Mohon tunggu...
Sutarno Drs
Sutarno Drs Mohon Tunggu... Guru - Arsitek Jiwa

Mengajar dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berani Berbagi di Tengah Pandemi

29 Oktober 2021   11:23 Diperbarui: 17 November 2021   13:11 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi kehidupan dan ketahanan ekonomi masyarakat dengan beberapa bantuan yang diberikan seperti bantuan sembako, bantuan langsung tunai, bantuan langsung tunai dana desa, insentif listrik, dan lain sebagainya, akan tetapi mengingat besarnya jumlah penduduk dan luasnya wilayah Indonesia yang terdampak maka bantuan pemerintah pun menjadi kurang maksimal. Apakah kita akan diam berpangku tangan melihat kenyataan ini? Atau kita akan menyerah? Harus diingat bahwa penderitaan akan menang ketika orang baik hanya diam saja.

Pemerintah perlu dukungan nyata dari masyarakat dalam menghadapi pandemi yang menyebabkan banyak penderitaan. Dibutuhkan jumlah yang sangat banyak tangan-tangan untuk berani memberi. Saatnya pikiran menyatu dengan perasaan. Saatnya beban itu sama dipikul. Sebagai anak bangsa diperlukan kesadaran bahwa simpati itu baik, tetapi empati jauh lebih baik. Saatnya kata-kata menjelma menjadi perbuatan nyata. Kehidupan perekonomian masyarakat sudah seharusnya dijaga dengan segala upaya dan kekuatan yang yang dimiliki semua anak bangsa. Kita bersaudara dan selamanya akan begitu adanya. Dalam situasi seperti ini, banyak hal yang bisa dilakuakan oleh masyarakat Indonesia  untuk menjadi "pahlawan" masa kini di tengah kesulitan hidup akibat wabah pandemi.

Sebenarnya, banyak orang yang mampu untuk membantu, tapi belum tentu banyak orang yang mau melakukan. Diperlukan "keberanian" untuk mau membantu. Tidak harus menunggu setelah mampu secara ekonomi baru membantu. Besaran rupiah dan banyaknya barang tidaklah menjadi ukuran bantuan tetapi keiklasan dan rasa empati itulah yang dibutuhkan. Energi ayo berani berbagi harus ditularkan kepada semua anak bangsa. Jadikan sebagai sebuah "gerakan" yang nyata untuk menggerakkan seluruh elemen bangsa menyumbangkan dana melalui berbagai media yang tersedia.

Pandemi hanya bisa dilawan dengan gerakan ketaatan dan hati nurani. Ini sebuah kebangkitan visi dan tujuan hidup manusia sejati yang mengenal dan merasakan kekuatan nilai-nilai Pancasila. Bukan lagi saatnya memandang agama, budaya, warna kulit dalam membantu tetapi sisi kemanusiaan yang harus didahulukan. Ini tragedi kemanusiaan yang harus diatasi bersama-sama. Rasa persaudaraan dan gotong royong menjadi sendi utama ketahanan ekonomi masyarakat Indonesia saat ini. Bukankah berbagi itu indah?

Kita percaya masih banyak orang baik yang mau berdonasi di negeri ini. Pandemi akan berhenti ketika orang baik bersatu hati. Kebaikan tidak boleh ditunda, kebaikan tidak boleh kalah, kebaikan harus menemukan jati diri karena kita tidak tahu kapan selesai hidup di dunia .

Berbuatlah selama masih bisa. Bukankahkah banyak hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat baik secara pribadi maupun berkelompok untuk meringankan beban ekonomi masyarakat sekaligus membantu pemerintah dalam penanganan wabah pandemi? Salah satunya dengan membagikan makanan terhadap tetangga yang sedang terdampak, menggantungkan sembako di sekitar rumah atau pagar, aksi borong makanan di tengah malam lalu untuk dibagikan dan sebagainya. Atau berdonasi melalui lembaga resmi yang dibentuk oleh komunitas, lembaga keagamaan atau publik figure dan lain sebagainya. Mari berani berbagi dengan tulus hati, jangan sembunyi dan berhenti pada niat diri tapi wujudkan dalam bentuk donasi, hari ini bukan nanti. Selamat datang "pahlawan" masa kini yang berani berbagi di tengah pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun