Mohon tunggu...
Sutan Pangeran
Sutan Pangeran Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bersahabat

WhatsApp 0817145093

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ayo, Bantu Berantas Buta Keaksaraan Fungsional Kaum Ibu!

24 April 2011   15:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:27 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1303658263144860039

Tahukah anda, di Jakarta masih terdapat ribuan perempuan yang buta huruf dan jumlahnya dua kali lipat dibanding populasi laki-laki yang buta huruf?

Adalah YAPPIKA, sebuah LSM yang memperjuangkan masalah pelayanan publik, mensiyalir ada 8,3 juta penduduk Indonesiaberusia 15 tahun ke atas mengalami buta aksara, tidak bisa membaca huruf latin. Oleh karena itu, lembaga swadaya masyarakat ini memperjuangkanprogram pemberantasan buta aksara fungsional. Tujuannya bukan sekedar untuk membantu baca dan menulis saja, namun memuat pengenalan terhadap hak-hak dasarwarga Negara yang terkaitpelayanan publik seperti masalah kesehatan bagi GAKIN, Surat keterangan tidak mampu (SKMT) atau surat keterangan orang terlantar (SKOT). Dalam dialog,  sang moderator memberikan kesempatan berbicara lebih dahulu seorang ibu rumah tangga yang menjadibinaan dari program YAPPIKA dengan cara unik, yaitu memancing ibu tersebut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan moderatot. . Ia menjadi salah seorangpeserta program Keaksaraan Fungsional yang tengah diemban YAPPIKA bekerja sama dengan para relawan dari mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Ibu Karni, memberikan testimony, bahwa dirinya meski buta huruf dan memakai cap jempol di KTP, namun pandai berhitung saat berdagang ikan di Marunda.Menurut Tuti, wakil ketua dari YAPPIKA, saat ini program Keaksaraan Fungsionaltelah berjalan di 10 kelompok warga belajar di Kelurahan arunda dan Keluarahan Sukapura, Jakarta Utara. Dalam dialog “ Ayo Bantu 5,3 juta Ibu Indonesia Belajar Membaca” di Jakarta, Minggu (24/4) hadir pula sebagai pembicara Winoto dari Institute for Educatikon Reform (IER) yang memberikan alasan mengapa terjadi buta hurufsaat ini, antara lain pertama, karena mahalnya pendidikan. Kedua, dengan alasan mencari pekerjaan. Dan yang ketiga, karena alasan menikah dan sibuk mengurus keluarga. Alasan yang terakhir ini dijadikan 9 kali alasan yang lebih tinggi dibading alasan pria kenapa menjadi buta huruf.

Apa kendala menjadi orang buta huruf?Inilah jawaban yang disampaikan ibu Karni.Ia pernah mengalamipengalaman pahit saat ia terkecoh dalam menghitung pembayaran harga ikan dan udang kepada pengepul di tempat pelelangan ikan, karena tidak pandai membaca sehingga kelebihan membayar sejumlah tagihan. Tagihan yang semestinya dibayar 3.093.000 dianggap harus dibayar sebesar Rp.4juta. Akhirnya, ia termenung mencari kenapa yang ratusan ribu tidak ada? Bagaimana ada, karena ia telah membayar lebih sebesar Rp.907.000 karena hitungan pembulatan ke angka 4 juta dengan melebihkan pembayaran Rp.7.000 dianggap hal yang biasa kepad kasir sang bos. Ia sempat termenung, di kala sang bos bertanyamengapa termenung? Ia ceritakan semuanya, bahwa ia merasa tidak ada untung hari ini karena semua uang telah dibayarkan kepada pegawai bos.Tentu saja bos melacak kebenaran penjelasan Bu Karni. Untunglah akhirnya kasus itu berakhir ceria, singkat cerita, karena sang bos dapat mengembalikan jumlah bayaran yang kelebihan. Rupanya Ibu Karni memang lemah dalam membaca tulisan di dalam faktur tagihan.

Singkat cerita, setelah ditangani LSM Yappika selama 7 bulan, akhirnya Ibu Karni dapat lebih cermat dalam membaca tulisan, bahkan dengan bangga ia mengatakan telah membubuhkan tanda tangan di KTP dan bukan hanya cap jempol saja seperti selama ini dilakukan. Ayo, kita ketukhati semua pihak agar program ini dapat dibantu oleh Pemerintah pusat maupun daerah agar lebih serius membantupenanggulangan buta aksara di tanah air.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun