Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik. Telah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keraton Kuto Gawang; Rekonstruksi Kota Benteng Maritim Kerajaan Palembang Abad Ke-17

13 Juli 2025   14:22 Diperbarui: 13 Juli 2025   14:22 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi Keraton Kuto Gawang yg sudah berganti menjadi PT Pusri Palembang // Sumber; Travelingyuk

Joan Nieuhof, dalam "Voyages and Travels to the East Indies (1653--1670)", menyebutkan kota Palembang sebagai "dikelilingi oleh benteng kayu besar yang menjaga istana raja, dengan masjid dan tempat tinggal bangsawan di dalamnya.

Buku Johan Nieuhof yang menjadi sumber primer penulisan sejarah Keraton Kuto Gawang // Sumber; Sutanadil Institute
Buku Johan Nieuhof yang menjadi sumber primer penulisan sejarah Keraton Kuto Gawang // Sumber; Sutanadil Institute

The city of Palimbang was fortified with vaſt trunks of trees put clofe together, up-on which were planted a vaſt number of great cannon, fo that it ſeemed impoffible to be taken by ſo fmall a number, being befides this invironed with a deep and miry ditch ((Johan Nieuhof, p.187)

Lukisan Sketsa Palembang Lama oleh John van Del laen, Laksamana VOC yang menyerang Palembang th 1659 // Sumber; Johan Van der Laen
Lukisan Sketsa Palembang Lama oleh John van Del laen, Laksamana VOC yang menyerang Palembang th 1659 // Sumber; Johan Van der Laen

Joan van der Laen, komandan serangan VOC ke Palembang tahun 1659, membuat sketsa yang menunjukkan tata letak Kuto Gawang, lengkap dengan tembok, sungai-sungai sekitar, dan tiga bastion menghadap Sungai Musi. Sketsa ini diterbitkan tahun 1719 dalam dokumen VOC yang kini tersimpan di Belanda (Nationaal Archief).

2.2 Sumber Sejarawan Kolonial

Sejarawan Belanda seperti H. D. Colenbrander dan J. A. van der Chijs mencatat bahwa Palembang adalah kota pelabuhan yang penting dengan pertahanan yang luar biasa untuk ukuran kota Melayu pada masa itu. Dalam Nederlandsch-Indi disebutkan:

"Kuto Gawang dibangun dari balok kayu keras yang ditanam sedalam fondasi batu; tidak mudah ditembus, bahkan oleh meriam."

2.3 Sumber Sejarawan Nasional dan Lokal

Prof. Dr. Djajadiningrat mencatat bahwa Palembang merupakan satu dari sedikit kesultanan di Sumatera yang mempertahankan sistem pertahanan maritim dan sungai dengan teknologi adaptif (Djajadiningrat, Kesultanan di Pesisir Timur Sumatra, 1960).

Selain sumber-sumber kolonial dan nasional, narasi lokal mengenai Kuto Gawang juga diperkuat oleh pandangan sejarawan lokal  Palembang, Djohan Hanafiah, yang selama puluhan tahun meneliti sejarah kota tua Palembang dan Kesultanan Palembang Darussalam.

Dalam berbagai wawancara dan seminar budaya, Djohan Hanafiah menegaskan bahwa Kuto Gawang bukan hanya pusat pemerintahan, tetapi juga pusat pertahanan dan peradaban sungai. Ia menyebutkan bahwa:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun