Mohon tunggu...
PAK Shoes
PAK Shoes Mohon Tunggu... Ringan, Relevan, dan Refresh

Menebar kebaikan melalui tulisan ringan, relevan dengan keadaan, dan merefresh untuk memulihkan kebahagiaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara Pengkaderan, dan Ingat Kematian

17 September 2025   10:18 Diperbarui: 17 September 2025   10:18 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok pribadi: Dzikrul maut menjadi penyulut semangat pergerakannya.

Adakah hubungannya antara mengingat kematian dengan program pengkaderan (PKPNU) yang makin giat dilakukan?

Diantara sekian banyak materi yang dipaparkan dalam pengkaderan dimaksud bila kami simpulkan adalah menggiring kepada setiap kader untuk mengingat kematian (dzikrul maut). Mari bongkar kembali memori kita, berapa kali paparan yang menunjukkan makam-makam muasis, tokoh-tokoh ulama pra kemerdekaan, hingga pasca merdeka. Menurut pemahaman yang bisa kami tangkap, hal tersebut dimaksud untuk membangkitkan kesadaran, apa yang kita jadikan bekal, dan apa yang kita tinggalkan kelak bila telah datang ajal menjemput?

Dzikrul Maut sebagai suatu Ibadah

Kematian akan datang kapan saja, tak ada syarat harus tua, dan kalau sampai waktunya tak bisa ditunda. Sebagaimana firman-Nya yang artinya, "Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al A'raf: 34).

Pada firman yang lain ditegaskan; "Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila. datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. Al Munafiqun: 11).

Sabda Nabi, "Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan", yaitu kematian". (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi).

Maka dari beberapa dasar syar'i di atas bukan hal sia-sia, bukan pula mengada-ada, tapi dzikrul maut adalah menjadi sebuah ibadah penting. Hal ini jelas dalam regulasi Illahi yang Maha Suci menegaskan tanpa ada keraguan, kematian pasti datang, tak ada yang bisa menghentikan. Sedang Nabi pun juga memerintahkan untuk banyak mengingatnya.

Dzikrul Maut Takaran Kecerdasan

Sebagaimana sabda Nabi, dari Ibnu 'Umar, ia berkata, "Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, "Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?" Beliau bersabda, "Yang paling baik akhlaknya." "Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?", ia kembali bertanya. Beliau bersabda, "Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas." (HR. Ibnu Majah).

Bila memperhatikan hadis di atas, memberi pemahaman bahwa kader yang cerdas adalah yang selalu mengingat kematian, sehingga ia dengan total akan mempersiapkan dengan amal terbaiknya, dengan pergerakan yang luar biasa.

Tiga Keutamaan Mengingat Kematian

"Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal: "Bersegera taubat, puas hati dan semangat ibadah, dan barangsiapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; menunda taubat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah" (Lihat kitab At Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa Umur Al Akhirah, karya Al Qurthuby).

Sebagaimana kutipan dari kitab di atas, dengan dzikrul maut, maka (Pertama) Kita kan terbimbing untuk segera menghentikan setiap dosa, dan tidak mengulangi berbuat lagi (taubat nasuha). Dengan taubat inilah Allah akan membukakan berbagai pintu kemudahan, dan solusi yang tak terduga. Sehingga dengannya memudahkan setiap upaya pergerakan dakwah dan sosial yang kita lakukan.

(Kedua), Puas hati adalah hati yang selalu merasa cukup (qanaah), suatu keadaan yang akan mendorong kita memiliki rasa syukur mendalam atas karunia Allah. Puasnya hati juga akan mampu menegakkan jam'iyah, kareanya semua pihak akan selalu bersyukur atas hasil dari suatu yang diupayakan, tak ada sikap saling salahkan.

(Ketiga), Semangat ibadah, ialah bersemangat melakukan segala kegiatan yang disandarkan kepada Allah, dan Rasul-Nya. Semangat mempertahankan, dan memperjuangkan tegaknya ajaran yang perintahkan Nabi, dan semua bentuk ibadah yang diridhoi Illahi. Semangat pula dalam bermu'amalah, tiada melemah sampai husnul khotimah.

Mungkin demikian hal-hal yang hendak diinternalisasikan kepada semua peserta pengkaderan, sehingga semua (seolah) terlahir kembali menjadi pribadi penuh semangat melakukan gerakan untuk kebaikan.

Semoga bermanfaat...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun