Mohon tunggu...
Suseno Pranoto
Suseno Pranoto Mohon Tunggu... Guru - guru yang ingin terus berguru

Senang baca-baca, traveling_picnic, mendaki gunung_camping, ngaji, ngopi-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter pada Proses Upacara Bendera

30 Januari 2023   22:48 Diperbarui: 30 Januari 2023   23:04 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Upacara bendera merupakan kegiatan wajib yang dilaksanakan di sekolah selain di instansi-instansi pemerintah. Hal ini merupakan kebijakan pemerintah yang diatur oleh undang-undang nomor 22 tahun 2010 permendikbud RI. Kegiatan tersebut dapat berfungsi untuk menumbuhkan rasa nasionalisme, cinta tanah air, kepemimpinan, kebersamaan kerja sama.

Setiap hari Senin disekolah penulis biasa mengikuti kegiatan upacara bendera. Kecuali jika bertepatan dengan hari libur nasional atau ada ulangan tengah semester, ulangan akhir semester. Setiap kelas akan mendapat giliran untuk menjadi petugas upacara bersama dengan wali kelas yang menjadi pembina upacara.

Disitulah akan ada berbagai peran yang penting untuk menjadi petugas upacara. Ada tura, pemimpin upacara, pemimpin barisan grup, ada grup paduan suara plus dirigen, ada pengibar bendera. Ada pembawa acara, pembaca janji siswa, pembaca teks pembukaan undang-undang Dasar 1945. Ada pembawa teks Pancasila, dan pembaca doa.

Semuanya harus terisi oleh peserta didik yang akan bertanggung jawab untuk menjadi pelaksana dalam tugas tersebut. Ada siswa yang meminta sendiri berperan sebagai apa. Namun ada juga yang ditunjuk oleh wali kelas. Biasanya anak-anak akan senang dengan tugas yang mudah untuk dilakukan. Misalnya jadi tim paduan suara, mudah karena hanya menyanyi beberapa lagu wajib nasional yang pasti sudah pasti hafal. Selain itu juga karena dilakukan secara berjamaah dalam tim padus.

Ada yang agak sulit untuk dilakukan untuk dilakukan misalnya pasukan pengibar bendera. Atau pemimpin upacara. Jika tidak kuat mental maka belum tentu akan siap untuk menjadi petugas upacara tersebut. Karena itu tidak mudah untuk dilakukan oleh orang yang tidak biasa. Biasanya walas akan menawarkan kepada anak-anak untuk menjadi petugas pada bagian-bagian yang agak sulit. Jika tidak ada yang bersedia maka walas akan menunjuk langsung kepada anak-anak yang dianggap bisa untuk tampil menjadi petugas upacara yang agak sulit tersebut.

Biasanya ada anak yang siap hanya ketika ditunjuk. Ada juga yang menolak dengan alasan tidak siap atau tidak berani. Maka walas harus bisa memotivasi, meyakinkan agar mau untuk belajar dan mencoba untuk melaksanakan tugas yang ada. Kadang-kadang hal tersebut tidak mudah. Seperti orang tua juga kadang-kadang seperti anak-anak jika diminta untuk tampil tidak selalu siap untuk maju. Lebih suka jika hanya jadi penonton yang siap untuk mengomentari apa yang dilihatnya, mungkin karena mudah tanpa perjuangan. Padahal hidup adalah perjuangan, demikian kata orang bijak.

Jika akhirnya tidak ada yang bisa untuk menjadi petugas pengibar bendera maka akan minta kepada anak-anak anggota ekskul paskibra. Mereka tidak akan keberatan jika diminta untuk menjadi petugas upacara khususnya untuk menjadi petugas pengibar bendera. Karena anak-anak paskibra selalu rutin latihan baris-berbaris termasuk pengibaran bendera minimal sepekan dua kali, bahkan bisa lebih jika menjelang lomba baris berbaris.

Setelah semua petugas sudah lengkap maka selanjutnya pelaksanaan latihan upacara. Jika tanpa latihan mungkin akan terjadi banyak kesalahan pada saat upacara. Maka sangat perlu dan menjadi wajib untuk latihan upacara. Supaya semua bisa bertugas dengan baik maka para petugas harus latihan sekurang-kurangnya sekali. Latihan biasanya setelah pulang sekolah supaya tidak mengganggu pembelajaran. Meskipun sering ada juga yang latihan pada saat jam pelajaran yang sesuai dengan jadwal walasnya.

Selanjutnya proses latihan upacara bendera yang memerlukan waktu sekitar satu jam. Dalam latihan tersebut dilakukan simulasi, mereka seolah-olah petugas upacara yang sedang menjalankan tugasnya. Satu demi satu melaksanakan tugas sesuai dengan peran yang telah sepakati. Ada yang duduk-duduk santai sambil ngobrol, ada juga yang bergurau. Ini membuat proses latihan berjalan lebih lambat sehingga walas harus berulang kali memanggil dan menertibkan anak-anak yang kurang disiplin. Selesai latihan anak-anak diminta pulang ke rumah masing-masing.

Tibalah hari Senin sesuai jadwal upacara bendera semua anak-anak yang bertugas harus hadir lebih awal. Semua menempatkan diri pada posisi masing-masing. Karena sudah berlatih bersama sebelum melaksanakan tugas maka semua anak-anak dapat melaksanakan tugasnya. Salah sedikit masih bisa dimaklumi. Inilah urgensi latihan sebelum melaksanakan tugas yang tidak biasa.

Seperti diketahui bahwa kegiatan upacara bendera di sekolah merupakan salah satu sarana untuk pendidikan karakter. Dapat melatih kedisiplinan, menumbuhkan cinta tanah air, rasa percaya diri, kepemimpinan, tanggungjawab. Seorang peserta didik kelas delapan yang telah bertugas menjadi pemimpin upacara bercerita setelah ditanya penulis. Ketika melaksanakan tugasnya ia sempat merasa tegang dan gemetar namun itu tidak lama. Karena ia bisa menenangkan diri dan mengatasi rasa tegang dan gemetar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun