Mohon tunggu...
PM Susbandono
PM Susbandono Mohon Tunggu... -

Berpikir kritis, berkata jujur, bertindak praktis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hot Talk

22 Juni 2012   02:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:41 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1340331440362219932

Saya merasa beruntung, ketika minggu lalu  diminta  menjadi moderator dalam suatu Talk Show yang sangat menarik.  Itu disebabkan karena sang pembicara tunggal adalah tokoh muda yang banyak memberi inspirasi bagi bangsa.  Dia begitu menguasai masalah, inspiratif dan telah menorehkan beberapa accomplishment yang pantas dicatat dalam kehidupan berbangsa.   Umurnya baru sekitar 40 tahunan.  Tapi, ketika belum genap 40 tahun, sang tokoh sudah dipercaya menduduki jabatan rektor di  Universitas Paramadina, sebuah universitas terkemuka di Indonesia.  Dia adalah Dr.  Anies Baswedan. Dr. Anies diminta berbicara di HOT Talk,  singkatan dari "Hit on Thursday Talk".  Menggambarkan ia diadakan pada hari Kamis pagi, 2 bulan sekali, di bilangan Slipi, Jakarta Barat; lokasi perusahaan yang mensponsori acara tadi.   HOT Talk mengundang tokoh terkemuka untuk bicara mengenai topik yang sedang in di masyarakat kita.  Baiklah, reportase acara Kamis pagi itu, akan menjadi bahan renungan saya minggu ini. Kali itu, panitya penyelenggara HOT Talk memilih tema yang brilyan, "Education, Change and Leadership" (ECL).  Rasanya, ECL merupakan 3 kata yang paling menentukan bagi kehidupan berbangsa.  Ia begitu pas  dan relevan dibawakan Dr. Anies  Baswedan yang mempunyai kapasitas dan otoritas terhadap isu-isu yang berkenaan dengan tema  tadi. Pada awal diskusi, Dr. Anies menekankan bahwa kehidupan manusia, mau tak mau, harus diwarnai bahkan dipenuhi dengan pendidikan.  Manusia tanpa pendidikan, disebut mati sebelum ajal.  Manusia tanpa pembelajaran, menjadi zombie yang berkeliaran. Siap merusak alam, cenderung "membunuh" manusia lain,  dan mencekik diri sendiri.  Pendidikan yang baik dan benar, menjadi kata kunci untuk perjalanan hidup seseorang dan bangsanya di masa kini dan mendatang.  Singkatnya, "pendidikan" harus menjadi predikat yang melekat dalam hidup manusia,  sampai mati. Biasanya, pendidikan yang berhasil  membuahkan perubahan.  Manusia terdidik akan berubah, tentunya perubahan yang menuju perbaikan.  Pendidikan membuat perubahan menjadi berarti, untuk kemaslahatan sesama.  Tanpa pendidikan, manusia sulit berubah.  Tanpa berubah, manusia akan terlindas oleh perubahan alam yang terjadi setiap saat, sampai bagian unit waktu terkecil.  Perubahan adalah keniscayaan dan  hukum alam bagi eksistensi manusia di bumi ini.  Pendidikan dan perubahan merupakan 2 kata kunci  bak 2 sisi muka mata uang.  Tak dapat dipisahkan dan terjadi beriringan.  Entah, bagaimana keduanya bisa saling mempengaruhi. Pendidikan yang membuat perubahan, melahirkan pemimpin.  "Education and change create leadership".  Tanpa pendidikan dan tanpa perubahan, pemimpin tidak akan lahir.  Oleh karenanya, jangan heran kalau saat ini Indonesia paceklik pemimpin.  Ini pasti karena kita tidak melakukan pendidikan dengan baik dan perubahan yang benar.  Pemimpin lahir karena ada mereka yang mau dipimpin.  Dari rakyat yang terdidik lahir pemimpin yang heroik dan efektif. Memang sulit untuk melaporkan jalannya talk show pagi itu menjadi renungan kali ini.  Tetapi, kira-kira begitulah "kuliah" yang disampaikan Dr. Anies Baswedan yang sempat saya catat.  Sulit bagi saya untuk merekam apa yang   disampaikan dalam suasana yang hangat menjadi bacaan yang kaku dan dingin.  Tetapi konsep Dr. Anies yang nampak "masuk akal" dan sederhana, membuat saya terhenyak membaca harian Kompas, Rabu, 20 Juni 2012, di halaman depan. Headline harian itu mengabarkan bahwa posisi Indonesia dinilai memburuk dalam daftar indeks Negara Gagal 2012.  Dalam indeks yang disusun lembaga riset nirlaba The Fund for Peace (FFP) itu, negara kita menduduki urutan ke 63 dari 178 negara yang dinilai.  Di Asia Tenggara, kita hanya lebih baik dibanding Myanmar (21), Timor Leste (28), Kamboja (37), Laos (48) dan Filipina (56).  Sementara negara lain berada di urutan yang lebih baik, Thailand (84), Vietnam (96), Malaysia (110), Brunei (123) dan Singapura (157).  Di sana, Indonesia dinilai sebagai negara dalam keadaan bahaya, in danger. Masih menurut lembaga tadi, Indonesia menghadapi faktor penghambat untuk disebut sebagai negara sukses seperti pendidikan, korupsi, pengangguran, kesehatan, lingkungan, infrastruktur dan kekerasan terhadap kelompok minoritas agama.  Sedangkan yang dinilai  positif oleh lembaga penilai adalah pertumbuhan ekonomi dan reformasi politik. Terlihat  sangat beralasan apa yang menjadi tema HOT talk di atas, bahwa pendidikan merupakan faktor utama untuk membuat suatu masyarakat menjadi maju dan sukses.  Apa yang dinilai FFP sebagai faktor negatif untuk disebut negara sukses bagi Indonesia adalahnya lemahnya proses pendidikan bagi bangsa, meskipun pertumbuhan ekonomi dan politik dinilai positif. Mungkin, kita bisa menunjukkan keberhasilan variabel pendidikan dalam perspektif angka.  Akan tetapi, ia masih sangat miskin dalam spirit atau ruh.  Pendidikan tanpa spirit, tanpa ruh, justru lebih membahayakan  masyarakat yang dididik, karena bisa mendatangkan perubahan yang kontra-produktif.  Pendidikan harus mempunyai jiwa yang "inklusif-progresif", agar tidak melahirkan pemimpin-pemimpin yang  sempit dan koruptif.  Tema HOT talk yang berbunyi Education, Change and Leadership bisa berjalan cepat menuju kearah berlawanan, bila pendidikan dilakukan tanpa ruh inklusivitas. Sebagai penutup dari acara HOT Talk pagi itu,  Dr.  Anis Baswedan menitip pesan kepada para hadirin, yang ingin saya teruskan kepada anda sekalian.   Untuk memberikan sesuatu kepada bangsa ini, anda tidak perlu harus lebih dahulu menjadi seseorang. Lakukan sekarang juga apa yang anda bisa lakukan, sekecil apapun itu. You don't have to be somebody, to do something.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun