Mohon tunggu...
Susanto Purba
Susanto Purba Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Bergerak dari hal kecil..Mendatangkan sebuah perubahan besar..!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mantan Veteran Tua Penjual Koran yang Sebenarnya.

11 September 2020   21:56 Diperbarui: 12 September 2020   08:59 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Usia bukanlah sebuah alasan bagi mereka untuk berhenti bekerja, termasuk usia lansia, bukanlah suatu keadaan untuk mereka memilih diam dan pasrah di rumah. Apalagi keadaan ekonomi yang memaksa untuk bertindak dan tidak memberi waktu untuk diam. Jikalau diam putuslah sudah.

Seorang mantan veteran petengahan abad ke-20 yang terbilang sudah sangat tua setelah memasuki masa pensiun telah lama beralih provesi menjadi penjual/pengantar  koran untuk menyambung kebutuhan hidup. Sungguh memprihatinkan, di usia yang sudah saatnya menikmati masa tua itu beliau masih harus bekerja keras. Setiap kalia ia menjual koran hanya mampu paling banyak mencukupi dua kali kebutuhan makanya saja dalam satu hari, bahkan kurang. 

Tak lebih untuk memenuhi kebutuhan sandang, sehingga pakaianya sangat lusuh dan tipis karena dalam beberapa tahun sudah tidak mampu menggati pakaian.  Alangkah mirisnya lagi sandang yang dikenakaan  dalam satu pekan hanyalah dua kali pergantian saja.

Ternyata setelah diketahui beliau sering membuang beberapa lusin koran jualanya ke tong sampah. Sehingga upah yang didapatkanya selalu berkurang setiap harinya, tanpa sepengetahuan dari bosnya beliau langsung memotong sendiri upahnya karena membuang koran tersebut, hal itu dilakukanya secara sadar. Alasanya melakukan hal demikian karena dia selalu saja menemukan beberapa goretan di bagian kertas koran mengandung unsur pemecah bangsa, SARA, tulisan yang bertolak belakang dari sejarah yang ia ketahui sepanjang  bekerja sebagai abdi Negara.

Tak lupa juga kakek tersebut selalu membuang koran ke tempat sampah organik, bukan mengumpulkanya, manakala laku dijual kepada pedagang sebagai alas barang dagangan. 

Alasanya karena kakek itu kasihan sekali melihat tong sampah organik. Tong sampah organik kini merasa sedih di beri harapan palsu, dialihfungsikan, dan tidak sesuai isi dengan namaya. Sampah pada zaman ini jarang ditemukan sampah organik melainkan sampah pelastik yang merajalela di mana-mana, ditambah para mata kurang fungsi. 

Oleh karena itu supaya ada obat penyembuh rasa sakit hati tong sampah orgnik maka kakek itu lebih memilih koran itu di berikan ke tong sampah, lagian jika isi koran itu bukan hal yang baik melainkan merusak, berarti itu adalah sampah dan sampah tempatnya di tempat sampah.

Sungguh mulia perbuatanmu kek, semoga Tuhan membalas jasamu.

 Apa pesan yang dapat kita petik dari ilustrasi di atas? pastinya banyak dan luas. Tulis jawabanmu di kolom komentar dan share ke orang-orang terdekatmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun