Mohon tunggu...
Surya Hadi
Surya Hadi Mohon Tunggu... Toko Global 89

Tukang plastik yang ngerti pajak, suka travelling (kepalanya), pengkhayal gila yang mencintai Avril Lavigne, Valencia, dan Dewi Lestari. Jajan ya di toko aku (Toko Global 89)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selamat Hari Kebudayaan Nasional (DULUAN)

15 Juli 2025   21:02 Diperbarui: 15 Juli 2025   20:50 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.antaranews.com

Sejujurnya saya tidak pernah peduli ada atau tidaknya hari kebudayaan nasional itu, kecuali jika hari tersebut menjadi hari libur karena mungkin akan sedikit menggelitik mengingat hal tersebut tentunya akan menambah daftar hari libur nasional yang tidak terkait dengan hari raya keagamaan seperti hari kebangkitan nasional, hari kesaktian Pancasila, hingga hari lahir pancasila

Namun pemilihan tanggal yang dilakukan Bapack Menteri Kebudayaan ini membuat saya sedikit tergelitik. Bukannya saya menyepelekan kebudayaan, tapi bagi saya pribadi, masih banyak hal lain yang harus dipikirkan dibanding menimbang 1 tanggal dalam 365 hari di kalender untuk kemudian disebut sebagai hari kebudayaan nasional dan SUNGGUH KEBETULAN, tanggal yang dipilih sama dengan Hari Ulang Tahun Presiden Prabowo Subianto.

"SUNGGUH KEBETULAN YANG SEMPURNA"

Moh Hatta pernah mengatakan bahwa kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa. Jika pernyataan itu ditarik kebelakang, maka bisa dibilang salah satu budaya Indonesia yang paling menonjol adalah gotong royong dan pekerja keras. Itu bisa dibuktikan dengan sejarah (yang belum tau resmi atau bukan soalnya lagi dikerjain) menuliskan bagaimana gigihnya para pejuang berjuang secara gotong royong dan tanpa kenal lelah melawan penjajah, yang bahkan digambarkan hanya dengan bambu runcing.

Budaya itu masih ada hingga saat ini, hanya saja narasinya menjadi negatif. Mereka yang tertangkap dalam kasus korupsi tidak pernah sendirian dan selalu melibatkan banyak orang. 

Mereka yang ingin mengakali ketentuan perudang-undangan dengan berbagai macam silat lidahnya juga selalu  bergotong royong untuk meng-gol kan aturan-aturan tersebut, menyisakan rakyat yang hanya bisa jadi penonton.

Lalu Ketika menjadi tersangka, para tersangka juga bekerja keras dengan para pengacaranya untuk mencari kesalahan dan celah hukum dalam dakwaan para jaksa, hingga kesaksian paras saksi. 

https://www.jawapos.com/
https://www.jawapos.com/
Tidak sedikit yang memilih bekerja ekstra keras hingga bikin drama benjol dikepala, atau memilih membawa massa (entah darimana) yang mungkin pengangguran (yang juga sedang bekerja keras agar dapurnya tetap ngebul dan dan isi celananya tetap terasah) untuk berorasi dan menjadi pendukung para tersangka.

Intagram.com/fyifact
Intagram.com/fyifact
Saya pribadi melihat budaya adalah sesuatu yang bisa diubah, walau mungkin butuh waktu yang SANGAT LAMA. Saya teringat sebuah video dimana anak-anak kecil di Jepang ditunjukkan dengan jelas melalui sebuah simulasi 'drama' bagaimana risikonya jika mereka menyebrang jalan ketika lampu masih merah. Dimana seorang pengendara sepeda menabrak cukup keras seorang yang melintas ketika lampu merah.

Bagi saya, hal-hal seperti itulah yang nanti kedepannya membentuk sebuah budaya, yang nantinya akan diwariskan ke generasi-generasi berikutnya. Jadi menurut hemat saya, dibanding sibuk berpikir untuk menentukan hari kebudayaan nasional, ada baiknya untuk berpikir bagaimana budaya yang sudah menjalar dengan sangat baik di negeri ini, disetir kearah yang lebih positif untuk kemudian bisa membentuk sebuah karakter baik yang akan diwariskan ke generasi berikutnya

*dan tak lama seorang Wanita berusia 24 tahun memecahkan rekor sebagai tersangka korupsi termuda

Jakarta 15 Juli 2025.

Sedang berpikir kreatif layaknya menteri, untuk bisa menjilat siapaaa gt... slurppp

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun