Pembantu: Sdr. Sutari Prawiro-Widjojo
Alamat Sekretariat: Aoude Vest 35, Leiden, telp. 25183 (Ganeça, No. 2, Tahun ke-V, Februari 1957: 22).
Masa kerja Pengurus PPI Belanda adalah selama satu tahun. Pada tahun-tahun berikutnya, susunan kepengurusan lebih kompleks dibanding tahun-tahun awal berdirinya organisasi ini. Demikianlah umpamanya, susunan kepengurusan PPI Belanda periode 1956/1957 adalah sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.

Pada bulan Juni 1952, terbitlah nomor pertama majalah Ganeça yang disebut sebagai “Madjalah Persatuan Peladjar Indonesia (PPI)” (Gambar 4). Kelahiran majalah ini diberitakan dalam majalah Chattulistiwa/De Evenaar, 5e Jaargang, No. 8, Juli/Aug[ustus]/Vacantienummer 1952: 4. Ganeça berfungsi sebagai forum komunikasi dan “gelanggang pertukaran pikiran” di kalangan anggota PPI Belanda. Majalah ini berisi laporan mengenai berbagai kegiatan PPI Belanda, baik pusat maupun cabang-cabang, dan hal-hal yang terjadi dengan anggotanya (seperti berita keluarga, kelulusan, dan mahasiswa yang datang dan lulusan yang meninggalkan Belanda), artikel-artikel seni-budaya, dan berita-berita mengenai Tanah Air.


Keadaan mahasiswa Indonesia di Belanda tahun 1950an dan 1960an
Tahun 1950an, ketika hubungan Indonesian dengan Belanda sudah berangsur baik, namun masih ada masalah menyangkut Status Irian Barat, mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda meningkat lagi jumlahnya. Para mahasiswa bangkit, mengorganisasikan diri, dan berusaha memperbaiki keadaan yang begitu buruk, bahkan nyaris vakum, selama Perang Dunia II dan selama Revolusi Kemerdekaan Indonesia.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada masa itu, di Belanda sudah banyak juga perhimpunan-perhimpunan pelajar dan pemuda Indonesia, baik yang bersifat umum maupun khusus, baik yang berasal dari kalangan pelajar maupun dari kalangan orang biasa (imigran Indonesia dari berbagai profesi yang berada di Belanda). Pada era 1950an itu, untuk kategori organisasi pelajar, ROEPI (Roekoen Peladjar Indonesia), yang berdiri tahun 1936, masih tetap eksis, tapi namanya ditulis dengan ejaan baru: RUPI (Rukun Peladjar Indonesia). RUPI, yang memiliki cabang di beberapa kota, adalah paguyuban pelajar yang bersifat non politis, lebih menekankan kegiatannya dalam lapangan sosial dan kebudayaan.
Demikian juga halnya dengan Chung Hwa Hui (CHH), perkumpulan pelajar Indonesia keturunan Tionghoa. CHH adalah organisasi yang sangat solid. Anggotanya cukup banyak dan mereka memiliki persatuan dan ideologi yang kuat serta didukung oleh dana yang cukup. Klaas Stutje dalam artikelnya “The Complex World of the Chung Hwa Hui: International Engangement of Chineses Indonesian Peranakan Students in the Netherlands, 1918-1931”, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 171(4), 2015: 516-542, mengatakan: