Mohon tunggu...
Surya Dewandari
Surya Dewandari Mohon Tunggu... -

Katakan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Beratnya Berobat Ala Orang Miskin

25 September 2012   06:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:45 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sungguh kaget ketika dokter mengatakan bahwa saya  memiliki miom dan harus secepatnya  dioperasi. Setelah menimbang-nimbang dan mencari tahu kira-kira berapa banyak biaya yang harus saya keluarkan untuk operasi nanti, maka bersiaplah saya menuju sebuah rumah sakit. Namun beberapa saat sebelum saya menuju rumah sakit, seorang teman mengatakan pada saya bahwa saya bisa menggunakan kartu kader untuk berobat ke rumah sakit. Kebetulan saya aktif  menjadi kader Posyandu di lingkungan tempat tinggal saya. Nah, kartu berobat kader Posyandu itu yang katanya bisa dipakai untuk berobat. Gratis. Di belakang kartu tertulis ada 17 rumah sakit yang ditunjuk   bisa melayani pasien dengan menggunakan kartu posyandu tersebut. Saya ragu. Teman saya juga sebenarnya belum yakin benar karena belum pernah menggunakan kartu tersebut meski telah mendapatkan kartu tersebut sejak 3 tahun yang lalu. Masalahnya saya kan harus operasi? Mosok iya gratis? Setelah tanya ke puskesmas, ternyata benar. Kartu itu bisa saya pergunakan untuk berobat gratis. Segera saya minta surat rujukan dari dokter puskesmas tersebut.

Ketika menghadap loket Gakin, dengan cepat petugas melayani. Dan semua proses saya jalani dengan lancar sampai tiba saya di hadapan seorang dokter muda. Saya diperiksa kembali dari awal. Kemudian saya disuruh ke lab dan juga menebus obat. Dari sinilah kelelahan dan kenjlimetan  mulai menyergap diri saya. Setiap tindakan apapun dari dokter, saya harus melapor ke petugas loket Gakin lebih dulu. Lembaran kertas yang berisi resep dokter, misalnya saya bawa dulu ke loket gakin. Setelah itu saya harus meminta harga obat ke apotik. Balik lagi ke loket Gakin untuk minta Acc. Difoto copi, baru bisa ke apotik lagi untuk mengambil obat. Waktu itu obatnya hanya berupa Sangobion yg seharga 16.000 rupiah. Dan tindakan-tindakan berikutnya juga harus melalui proses serupa. Untuk mendapatkan obat, lab, juga  USG. Dalam satu hari saya hanya boleh melakukan satu tindakan dokter. Misalnya sehari ini konsultasi dokter, besok ke lab, beberapa hari lagi USG. Dan setelah USG, untuk konsultasi ke dokter sekitar dua atau tiga hari lagi. Begitulah.

Namanya juga gratis. Saya tersenyum kecut mengingat hal itu sambil menghela nafas. Rasanya tidak sanggup saya meneruskan pemeriksaan selanjutnya. Capek banget dan nggak sabaran harus bolak-balik dari satu loket ke loket yang lain. Dan juga bolak balik ke rumah sakit hampir setiap hari. Padahal dulu waktu periksa tanpa katru kader, saya langsung ketemu dokter, di USG, dan langsung diketahui penyakitnya dan dokter menyuruh saya segera operasi. Lha, ini? Masya Allah.

"Kartu ini bentuk penghargaan kepada ibu karena ibu aktif menjadi kader dan sudah membantu program pemerintah."

Kalau nggak ingat kata-kata petugas puskesmas selaku pembina posyandu, saya malu berobat dengan kartu yang menggunakan biaya dari jaminan JPK Gakin APBD Provinsi DKI itu.  Saya sebenarnya punya kartu Askes. Tapi dengan askes, saya tetap nantinya harus bayar 40 % biaya rumah sakit. Dan belum termasuk membayar obat-obat yg kadang2 harus ditebus sendiri. Lagi pula saya ingat kata-kata dokter yang menjelaskan hasil USG terbaru mengatakan bahwa saya punya kista dan miom. Kemungkinan akan dioperasi 2 kali karena posisi kista dan miom saya tidak berada di satu tempat.

Bukan berarti saya miskin, kalau saya pakai kartu kader untuk berobat. Tapi ini pernghargaan, kata pembina posyandu saya.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun