Mohon tunggu...
Surjadi Basuki
Surjadi Basuki Mohon Tunggu... lainnya -

Warga Kemayoran Jakpus sejak lahir. Muslim yang pernah 6 th di sekolah Jesuit. Pengajar di Dept.Ilmu Ekonomi FEUI. Alumni Fak.Ilmu Pengetahuan Budaya UI (disertasi tentang Identitas Kultural di Riau)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Enak Juga Berkunjung ke Yogya Saat Bukan Musim Turis

18 September 2016   06:20 Diperbarui: 18 September 2016   09:04 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rabu 14 Sep - Jumat 16 Sep 2016, saya berkunjung ke Yogya untuk sebuah kerjaan. Tapi sempat juga berwisata sedikit-sedikit. Inilah suasana Yogya "paling lengang" yang pernah saya alami dari sekian kali kunjungan ke kota ini. Mungkin karena ini baru minggu-minggu awal perkuliahan di perguruan tinggi, dan juga masih di hari-hari Tasyrik (bahkan ada sejumlah sekolah Islam yang meliburkan murid-muridnya). Jalan-jalan relatif lancar, termasuk di sekitar Malioboro. Di sekitar Tugu di malam hari, seperti biasa, terlihat turis-turis (terutama wisdom) berfoto. Tapi tidak sampai terlihat tumpukan warga yang nongkrong di sekitar bangunan itu.

Kebetulan saya diinapkan di Hotel Phoenix. Sepertinya di hotel lebih banyak bule-bule ketimbang orang lokalnya.  Saat sarapan juga terlihat masih banyak kursi yang kosong. Juga tidak terlihat kepadatan tamu di sekitar front office dan lobi hotel.

Kawasan trotoar Jl.Malioboro juga lengang. Enak juga berjalan di sana tanpa harus berdesak-desakan. Toko-toko lengang juga, jadi bisa memilih dengan leluasa. Di kawasan "ceruk" Malioboro yang terdapat toko-toko kaos & batik, terdengar riuh para pramuniaga memanggil pengunjung untuk mampir. Saya sempat membeli beberapa potong kaos & kemeja batik. Saya bisa memilih dengan santai dan mendapat harga-harga yang bersahabat. Saya sempat juga makan malam dengan teman di cafe angkringan Margomulyo yang dekat Mirota. Suasana juga lengang. Cukup enak untuk mengobrol.

Suasana Sop Ayam Pak Min Jl.Mataram sangat kondusif. Parkir mobil mudah, tidak ada antrian. Begitu juga Bale Raos: makanan enak, tanpa harus menunggu lama. Bisa dapat meja yang nyaman.

Sebelum pulang saya mampir ke gudeg Yu Djum di Jl.Dagen untuk membeli oleh-oleh gudeg kendil. Rupanya untuk paket Rp150ribu yang saya pilih, ayam & telor lebih mendominasi kendil ketimbang gudegnya :) Ngomong-ngomong, mungkin ada bro/sis yang bisa menjelaskan, ini Yu Djum di Dagen beda grup kah dengan Yu Djum yang di Jl.A.M.Sangaji? Dalam perjalanan ke bandara, kami sempat mampir ke Yu Djum yang di Sangaji, karena ada teman yang mau beli gudeg. Saya lihat koq beda ini setting nya dengan yg di Dagen. Dan saya lihat baik yg di Dagen maupun Sangaji menampilkan alamat cabang/alternatif gerai yang berbeda.

Bandara Adisutjipto juga tidak terlihat kepadatan berarti. Antrian wajar. Pesawat Citilink telat sedikit. Cuaca cerah. Alhamdulillah sampai di bandar Halim Perdakanakusuma dengan selamat :)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun