Dunia tengah berada dalam pusaran ketidakpastian. Gejolak geopolitik yang terus berkecamuk, dari konflik Rusia-Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, hingga persaingan global antara kekuatan besar, menghadirkan dampak nyata terhadap tatanan ekonomi dunia. Krisis rantai pasok, lonjakan harga komoditas, hingga inflasi global menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh banyak negara, termasuk Indonesia.
Di tengah situasi global yang tidak menentu ini, Indonesia dituntut untuk memperkuat ketahanan ekonominya dari dalam. Mengandalkan kestabilan eksternal semata bukanlah pilihan yang bijak. Negara harus bersandar pada kekuatan domestik, seraya memainkan peran aktif dalam percaturan internasional. Inilah saatnya Indonesia mengonsolidasikan diri sebagai bangsa yang tangguh, mandiri, dan adaptif terhadap perubahan dunia.
Dampak Geopolitik terhadap Ekonomi Nasional
Ketegangan geopolitik berdampak pada perekonomian Indonesia melalui berbagai saluran. Ketika konflik global mengganggu perdagangan internasional, ekspor dan impor Indonesia pun terguncang. Permintaan terhadap komoditas ekspor menurun, sementara harga barang impor strategis seperti energi dan pangan melonjak tajam.
Gejolak juga terasa pada investasi asing langsung , ketidakpastian global membuat investor bersikap konservatif, bahkan menarik modal dari negara berkembang. Rupiah menjadi rentan terhadap tekanan eksternal, dan inflasi dalam negeri pun meningkat akibat kenaikan harga barang global. Sektor-sektor utama seperti energi, pangan, dan industri pengolahan menjadi yang paling terdampak. Di sisi lain, Indonesia juga menghadapi tantangan struktural seperti risiko perlambatan ekonomi, potensi meningkatnya utang luar negeri, dan kesenjangan kesejahteraan yang semakin lebar.
Namun, tantangan ini juga menyimpan peluang. Kondisi global yang penuh tekanan dapat menjadi momentum untuk mempercepat transformasi ekonomi: dari ketergantungan terhadap komoditas mentah menjadi industri bernilai tambah, dari ekonomi konsumtif menjadi ekonomi produktif, dan dari ketergantungan impor menjadi swasembada strategis.
Jalan Menuju Ketahanan Ekonomi
Untuk menghadapi tekanan eksternal, penguatan ekonomi domestik adalah keharusan. Pemerintah perlu mendorong hilirisasi industri agar Indonesia tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah, tetapi juga produsen barang dengan nilai tambah tinggi. Di sektor riil, pemberdayaan UMKM dan pengembangan ekonomi kreatif harus terus diperluas, terutama di era digital saat ini.
Kualitas sumber daya manusia menjadi modal jangka panjang. Pendidikan vokasional, pelatihan keterampilan, serta peningkatan literasi digital dan kewirausahaan harus menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan.
Dalam jangka menengah, diversifikasi sumber penerimaan negara perlu diperkuat. Sektor ekonomi baru seperti ekonomi digital, energi terbarukan, dan ekonomi hijau dapat menjadi tulang punggung baru perekonomian nasional. Ketahanan pangan dan energi pun tak bisa ditawar, program swasembada harus kembali menjadi agenda strategis, tidak sekadar slogan, melainkan misi nyata yang ditopang oleh kebijakan lintas sektor.
Kebijakan fiskal dan moneter yang prudent serta fleksibel menjadi fondasi penguatan ekonomi. Pengendalian inflasi, pengelolaan utang yang bijak, serta stimulus terukur bagi sektor produktif harus tetap menjadi prioritas pemerintah.
Diplomasi Ekonomi dan Peran Global Indonesia
Meski fokus pada penguatan internal, Indonesia tidak boleh abai terhadap pentingnya kerja sama internasional. Prinsip politik luar negeri bebas aktif harus menjadi landasan dalam memperjuangkan kepentingan nasional di tengah dinamika global yang cepat berubah.
Kerja sama multilateral dan bilateral dapat dimanfaatkan untuk memperluas akses pasar, mempercepat transfer teknologi, dan mendatangkan investasi yang berkualitas. Forum-forum seperti G20, ASEAN, dan APEC bukan sekadar tempat diplomasi simbolik, melainkan arena penting untuk memperjuangkan tatanan ekonomi global yang lebih adil dan inklusif.
Indonesia juga perlu membangun kemitraan strategis baru, terutama dengan negara-negara yang memiliki kepentingan komplementer. Diversifikasi mitra dagang dan investasi akan membantu mengurangi ketergantungan pada satu blok kekuatan global saja.
Sinergi Nasional dan Global
Menghadapi masa depan yang sarat ketidakpastian, Indonesia memerlukan sinergi yang kuat antara ketahanan ekonomi domestik dan kecakapan dalam kerja sama global. Resiliensi nasional hanya dapat dibangun jika negara mampu memanfaatkan setiap peluang, menghadapi tantangan dengan perencanaan matang, serta menempatkan kepentingan rakyat sebagai kompas utama kebijakan ekonomi.
Untuk itu, diperlukan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil. Edukasi publik tentang pentingnya ketahanan ekonomi nasional harus digalakkan, agar masyarakat turut berperan aktif dalam transformasi ekonomi Indonesia menuju bangsa yang mandiri dan berdaulat secara ekonomi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI