Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pantai Ngampa dengan Segala Pesonanya

12 Maret 2022   20:46 Diperbarui: 12 Maret 2022   20:51 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MOBIL yang kami tumpangi berkejaran dengan hujan yang mulai turun di sore ini, Sabtu, 12 Maret 2022. Di timur, langit tuhan terlihat gelap pekat dan tampak dari kaca roda empat yang kami tumpangi. Hilux itulah nama mobil yang membawa kami dengan driver yang maha berani. Di luar sana kambing berlari mencari tempat berteduh, orang-orang mengemas jagung dalam karung agar tidak basah. Tanah mulai basah. Rerimbunan pohon jagung di ladang warga menyambut hujan dengan sumringah. Semua terlihat hijau menyelimuti bentangan pegunungan dari kejauhan.

Dokpri. Pantai Ngampa
Dokpri. Pantai Ngampa
Dalam perjalanan kali ini, kami bertujuan menyambangi pantai Ngampa yang ada di bibir teluk Cempi, Desa Cempi  Jaya, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Kalau biasanya, kami melewati Desa Jala, sebuah desa pesisir yang tidak terlalu jauh dari pantai Ngampa. Namun karena sebuah alasan, kali ini kami harus melewati Desa Sawe dan Desa Cempi Jaya sendiri. Tentu akan menyita sedikit lebih lama waktu jika dibandingkan melewati Desa Jala. Namun begitu, melewati arah yang berbeda menuju pantai Ngampa memiliki sensansi tersendiri.

Pantai Ngampa cukup dikenal warga dunia maya sekira satu tahun terakhir. Pantai ini terus berbenah. Beberapa kaffe sudah berdiri di sepanjang pantai. Ada yang masih aktif, tapi ada pula yang 'bosan hidup mati tak mau'. Salah satu yang menjadi daya tarik pantai Ngampa adalah deburan ombaknya yang melangit kala menghempas karang. Kombinasi bentangan karang dan pasirnya memberi sensasi tersendiri kala berpijak di atasnya.

Dokpri. Pantai Ngampa
Dokpri. Pantai Ngampa
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Jalan ke pantai Ngampa
Dokpri. Jalan ke pantai Ngampa
Selain itu, pantai ini terlihat masih bersih. Jika pun ada sampah, pengelolanya cukup mampu menjaga indahnya pesona pantai yang tidak jauh dari perkampungan ini. Dari jalan utama, pengunjung hanya  melewati jalan yang masih bebatuan dengan jarak kurang lebih lima ratus meter. Namun semakin ke dalam dekat pantai, pengendara, baik roda dua maupun roda empat akan disuguhkan pemandangan pantai yang indah.
Kami sempat menaruh kekhawatiran pada  kunjungan kali ini. Pasalnya, kalau hujan masih membasahi tanah, maka suasana pantai tak bisa dinikmati seperti biasanya. Sebab, view teluk Cempi akan terasa indah dan sedap dipandang jika senja temaram menyapa semesta. Kami bisa berpijak di atas pasir seputih tepung sambil berlarian. Sesekali mata camera mendokumentasikan momen kala cuaca bersahabat.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Teluk Cempi
Dokpri. Teluk Cempi
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Sesampainya di salah satu Kaffe yang pohon asamnya menantang langit, mobil kami pun berhenti. Hujan masih menyisakan geremis saat kami memasuki ruang utama Kaffe yang disambut hangat pengelolanya. Kami melepas lelah sembari menduduki kursi yang sudah tersedia.

Seorang di antara kami memesan beberapa gelas kopi. Ada yang kopi susu, ada pula yang ingin menikmati kopi hitam. Di luar,  geremis perlahan beringsut pergi. Langit mulai tampak cerah. Teluk Cempi mulai terlihat indah di pandang. Sembari menunggu pesanan, kami ingin bernyanyi. Karakoean. Lalu melepas suara ke udara dengan nada berat. Kami bukan penyanyi kawakan. Bukan pula vocalis band ternama, apa lagi yang belum punya nama.

Dokpri. Suradi 
Dokpri. Suradi 
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Kami hanyalah insan yang ingin melepas lelah dari kepenatan kehidupan. Kami ingin menikmati indahnya teluk Cempi dengan semesta yang menyertainya. Melepas beban sembari memaknai kepingan kehidupan yang menyertai hari. Memenuhi hasrat otak kanan agar kembali segar dan tidak dirundung masalah hingga terjebit di ujung senja. Membiarkan mekar lalu menyapa langit, dan berimajinasi pada semesta yang mulai menua.

Kami datang berombongan. Dalam misi yang sama, kami menyapa pesona pantai Ngampa yang sering dijamah pengunjung. Namun kemolekkannya tak pernah sirna dimakan waktu. Ia serupa gadis yang terus berdandan agar tetap tampil cantik dan menggairahkan kala di pandang. Pesonanya tidak pernah luntur walau mulai jarang di ekspos di beranda media sosial. Dia sadar akan ada saatnya, dirinya dikerumuni pengunjung, lalu memahat kisah hingga menjadi catatan hidupnya di masa mendatang. Dan juga waktu dimana dirinya akan jarang dikunjungi hingga sepi menyelimuti hari.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Kurang dari satu jam, langit benar-benar kembali cerah. Sapuan senja terselip menyapa di sela awan tebal. Langit kembali bersahabat. Air laut terlihat berkilau karena tersapu cahaya. Cuaca menjawab harapan hingga hampir pupus di makan gelapnya hari karena hujan. Hujan serupa pengendara yang sedang melakukan perjalanan jauh. Singgah sejenak, lalu kembali pergi dan meninggalkan kenangan. Ada titipan pesan yang tersampaikan. Alam memiliki bahasa yang tak terbaca manusia. Simbolnya memberi jawaban.

Sesaat hujan pergi, mata kamera handpone mulai membidik objek. Ada kenangan yang ingin diikat lewat dokumentasi. Jejak itu terurai dalam tulisan ini. Setelah sekian lama tidak berkunjung, pantai ini masih seperti awal kami kenal.  Pesonanya tidak berubah dan tetap menakjubkan. Bagi mereka yang pernah bertandang, akan selalu ada kesan yang di bawa serta. Ada kisah yang bisa diuraikan pada mereka yang memendam penasaran. Bahkan ada hasrat ingin kembali berpijak. Suguhan pesona pantainya serupa magnet yang sabang waktu menarik pengunjung untuk kembali bertandang. Merawat kisah yang pernah terlukis serupa senja menyapa dan menyapu semesta.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Duduk di depan Kaffe dengan bantalan kayu sebagai kursi lalu melepas pandang pada laut yang nan luas. Ada damai terasa. Di kejauhan, ada nelayan melepas jaring. Melepas harapan agar menjaring sebanyaknya isi laut, dan kemudian bisa memanen rupiah kala kesempitan hidup yang sesekali mencekik dompet. Mereka bersimbah peluh, menantang ganasnya ombak, merawat tradisi hingga melukis laut dengan kisah-kisah heroiknya. Di tengah indahnya hamparan laut serupa karpet, ada kisah para nelayan tangguh yang berkelindan pada tumpukkan hari.
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Semesta di sore ini memberi kabar baik pada cerahnya hari. Kami menikmatinya sembari merawat harapan untuk terus menjadi pembelajar. Memaknai hari dengan kebersamaan yang mulai tumbuh dengan misi menjadi pemenang. Tak perlu memendam kesal, apa lagi mengutuk sesuatu karena tak sesuai harapan. Belajarlah pada semesta yang setia menghamparkan kedamaian.
Karena hari semakin sore, malam pun segera menjemput, kami pun mulai bergegas. Beringsut meninggalkan kisah yang kelak menjadi kenangan. Biarkan semuanya mengalir apa adanya. Hiduplah sebagai pemenang sembari terus meniup api keyakinan pada apa yang pernah diretas. Karena dengan konsisten serta komitmen yang kuat, maka semesta akan menjawab segala harapan kita. Semoga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun