Di luar sana banyak manusia dengan penuh kebanggaan karena memiliki jabatan yang mentereng, harta melimpah, tapi tidak sedikit dari mereka yang sulit nikmati sejumput kebahagiaan.Â
Tanpa sadar bahwa kebahagiaan tidak melekat pada benda duniawi yang tampak. Kebahagiaan muncul, mekar dari hati terdalam lalu termanifestasikan dalam ucap dan laku. Jika mekarnya membumbung tinggi, maka akan memberi damai pada lingkungan sekitar. Harmonis.
Nasib telah membawa jalan hidupnya untuk menua bersama laut. Laut yang kini di pandangnya tidak seperti dulu. Kala itu hanya beberapa kali melepas jala, ikan bisa memenuhi badan perahu. Menjaringnya hanya bermodalkan kekuatan manusia. Sentuhan teknologi masih jauh dari harapan. Tapi kehidupan masyarakat nelayan tetap semusim kayak dulu.
Dia memandang jauh di ruang samudra. Menatapnya lama-lama. Di sanalah ia pernah menyulam kisah bersama lajunya waktu. Mengenangnya kadang membuatnya tersenyum, kadang membuatnya menunduk sedih teringat seorang kawannya yang pernah hilang ditelan ombak samudra. Laut baginya serupa kanvas yang dilukisnya dengan beragama cerita.
Kisah itulah yang dikenangnya kini, hingga dirinya tak mampu lagi bercumbu dengan laut karena dirayapi umurnya yang tak muda lagi.
Pada akhirnya semua hanya bisa dikenang. Semua yang berlalu hanya meninggalkan jejak. Ya, itulah hidup.