Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ada Cinta di Penyeberangan Pototano Menuju Kayangan

10 November 2020   11:26 Diperbarui: 11 November 2020   09:04 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Bersama pasutri penuh cinta, di atas laut, 

SAYA menempati salah satu kursi ketika menaiki kapal very penyebrangan pelabuhan Pototano (Sumbawa) menuju pelabuhan Kayangan (Lombok Timur), Selasa, 10 November 2020. Tepat matahari mulai menyengat, saya sudah berada di atas kapal. Kapal masih menunggu penumpang. 

Terlihat hanya beberapa kendaraan yang terparkir. Beberapa kursi masih banyak yang terlihat kosong. Suara para penjual sibuk bersahutan menawarkan dagangannya kepada para penumpang.

Dokpri
Dokpri
Tidak seberapa lama saya duduk. Beberapa saat kemudian, ada pasangan suami istri duduk di samping saya. Kami tidak saling sapa. Pasalnya kami tidak saling kenal mengenal. Saya pun tidak memberanikan diri untuk bertanya. Kami saling diam melempar pandang  di sekitar dek kapal.

Pasutri ini terlihat sudah tidak muda lagi. Dari raut wajahnya, garis ketuaan sudah nampak terlihat. Yang laki mengenakan peci dengan masker menutupi mulut dan hidungnya. Rambutnya sudah banyak beruban. 

Perempuannya juga mengenakan masker dengan jilbab  yang menutup kepalanya. Mereka berbicara dengan aksen daerah. Saya memperkirakan mereka  berasal dari kabupaten Sumbawa. Pasalnya, di Pulau Sumbawa di huni oleh dua suku besar Sumbawa dan Mbojo (Bima-Dompu).

Dokpri
Dokpri
Tiba-tiba hati saya ikut terbalut cinta ketika menyaksikan pasutri ini saling berbagi makanan. Bahkan sejurus kemudian, perempuannya berbaring tenang di pangkuan  lakinya. Ia tertidur. 

Sesekali lakinya memegang kepalanya. Mereka seperti pasangan muda mudi yang terbuai cinta pertama yang serasa dunia milik berdua, dan yang lain hanya ngontrak.

Pasutri ini menyuguhkan potret pasangan yang menua karena cinta. Mungkin mereka pernah cekcok sepanjang kebersamaannya. Mungkin juga mereka pernah salah paham karena suatu urusan. Bahkan  mungkin mereka pernah tidak saling bicara karena masalah yang menyesakkan dada.

Tapi ketika melihat kebersamaan pasutri ini dengan belaian berdua penuh kasih. Penuh cinta yang di saksikan semesta dengan deburan ombak yang menyisakan buih di badan kapal. 

Cinta mereka  nampaknya tak bisa lagi dihempas ombak badai. Cinta mereka telah mengakar kuat. Adegan singkat ini, telah membuat hati saya adem penuh cinta.

Dokpri
Dokpri
Kisahnya mungkin tidak setenar Romeo-Juliet. Tapi, satu adegan penuh keharmonisan pasangan dari pasutri ini memaksa benak saya membuka kembali lipatan-lipatan masa lalu kala menjalin asmara dengan orang terkasih yang ada di rumah. 

Pasutri ini juga terlihat tidak banyak berbicara. Mereka nampaknya puasa bicara. Hanya sesekali gerakan tangan dari yang laki memperbaiki jilbab dan baju yang dikenakan pasangannya.

Saya kehabisan kata-kata untuk menggambarkan keharmonisan ke duannya. Mereka seolah ingin mengatakan, waktu bisa saja berlalu. Hari  bisa saja berganti. Air laut bisa saja pasang surut. Tapi cinta keduanya telah terpatri sedalamnya rasa. Sekuat baja. Sebening embun pagi sebelum mentari menyapa semesta.

Adakah cinta ku dengan orang terkasih akan mengawet seperi pasutri ini? Walahualam. Biarkan  waktu yang akan menjawabnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun