Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Petani, Pahlawan Ketahanan Pangan di Negeri Salah Urus

4 September 2020   14:24 Diperbarui: 8 September 2020   17:11 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEMERBAK mentari pagi di ufuk timur. Sapuan cahayanya menyapa semesta, ketika saya bersama istri dan si kecil menuju sawah yang tidak jauh dari perkampungan. Dengan mengendarai roda, kami hanya membutuhkan kurang lebih lima menit perjalanan. 

Sebenarnya, kami bisa berjalan kaki, tetapi si kecil merengek harus menggunakan motor. Karena ketetapannya begitu mutlak, saya sama istri terpaksa tunduk dan patuh pada keinginannnya. Jadilah kami harus mengendarai roda dua, dari rumah menuju sawah.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri
Di pagi ini, Jumat, 4 September 2020, mulai terlihat ramai kendaraan yang melintasi jalan yang menghubungkan kecamatan Parado di bagian selatan dengan kota Bima di bagian utara. Maklum, tidak jauh dari kampung tempat saya tinggal, ada pasar Tente yang sabang hari hingga malam selalu ramai. 

Pasar ini cukup sentral, karena menghubungkan puluhan kampung, baik dari selatan, tenggara maupun utara kabupaten. Bahkan di pasar ini mobil lintas provinsi biasa menunggu penumpang. Bahkan saya bersama istri cukup sering menyambangi pasar Tente untuk membeli segala kebutuhan. Pasar ini menjadi denyut nadi perekonomian masyarakat sekitar.

Dokpri
Dokpri
DokDokpri
DokDokpri
Di sawah, kami memanen ubi jalar yang pernah di tanam dua bulan sebelumnya. Walaupun belum cukup umur, yang mestinya menunggu satu bulan lagi baru tepat untuk dipanen, tetapi karena suatu kebutuhan, kami memutuskan mencari ubi yang sudah cukup besar. 

Di bawah terik matahari mulai menyengat, saya menggali ubi jalar yang beberapa di antaranya sudah menyembul di atas tanah. Karena belum saatnya untuk diambil, maka ubi jalar yang digali masih banyak yang kecil.

Saya hanya menggali satu bedekan saja. Yang penting cukup di bawah pulang untuk di masak. Sayang, kalau diambil banyak, karena sebagian ubi jalar masih bisa lebih besar lagi kalau di panen satu bulan ke depan. 

Setelah di rasa cukup. Istri kemudian mengumpulkan dan memasukkannya ke dalam keranjang. Sebelum memutuskan kembali ke rumah, istri memberi tahu, akan memetik kangkung terlebih dahulu yang tumbuh liar di sela-sela jagung warga.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Sembari menunggu istri, saya melempar pandang pada beberapa petani yang sedang sibuk mengairi persawahan. Ada pula sedang menyangkul, memanen, bahkan ada pula yang sedang membajak. 

Sebab, di beberapa tempat di kabupaten Bima, pulau Sumbawa, para petani tidak lagi mengenal musim tanam karena faktor hujan.

Karena pada umumnya, masyarakat sudah menggunakan air pengeboran untuk mengairi persawahan tanpa harus menunggu hujan tiba. 

Sehingga tidak perlu heran, ketika ada sebagian yang sedang memanen, dan sebagian lagi sedang menanam.

Tanaman yang ditanam warga sangat beragam. Ada yang menanam jagung, ubi jalar, padi, ketimun, cabe merah, terlebih bawang merah. Untuk komoditi yang terakhir ini, merupakan komoditas yang banyak ditanam oleh masyarakat setempat. 

Selain karena tidak mengenal musim, juga harganya yang sangat mahal. Bahkan bawang dari Bima memiliki ke khasan tersendiri.

Sehingga menjadi salah satu komoditas yang meramaikan pasar di luar provinsi seperti di pelabuhan Paotere (Makassar) dan pasar Klungkung (Bali) .

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri

Tidak hanya karena pahlawan yang pulang dari medan laga, negeri ini bisa tahan banting seperti sekarang ini. Tetapi juga karena jasa petani sehingga negeri ini bisa berdiri kokoh dan kuat.

Sebab, jika berkaca pada sejarah, petani memainkan peran penting untuk memenuhi ketahanan pangan dalam negeri, walaupun petani di negeri ini masih jauh dari kata sejahtera. 

Mereka kadang kala, menjadi komoditas politik seperti sekarang ini. Janji-janji politik begitu mudah terucap dari mereka yang sok berpihak kepada petani, tanpa mengerti betul apa yang petani inginkan.

Dokpri. Tanaman Ubi jalar
Dokpri. Tanaman Ubi jalar
Dalam keadaan terduduk, sesekali saya melihat dahan semak belukar mendayung di hempas angin. Dan sejurus kemudian, para petani sedang berjibaku dengan tanamannya.

Sengatan matahari menjadi tidak berasa, karena sadar bahwa dapur di rumah harus tetap mengepul. Anak mereka harus tetap melanjutkan pendidikan, walau tidak mudah untuk menjalani hidup di negeri salah urus ini.

Tiba-tiba istri saya mengajak untuk segera pulang. Kemudian saya meraih keranjang berisikan ubi jalar untuk kembali melanjutkan hari demi masa depan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun