Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kala Senja Memberi Makna

27 Maret 2020   18:15 Diperbarui: 27 Maret 2020   18:44 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


AKU tidak menemukan kata-kata yang tepat, untuk mengungkapkan penyesalan ini. Aku tetap melakukannya walau berulang kali berjanji, dan berjanji. Sampai aku sudah tidak tahu sudah berapa kali aku berjanji untuk tidak menempuh jalan  itu. Jalan dimana setiap orang akan tersesat, tertipu, terlelap, walaupun ia menawarkan kenikmatan sesaat. 

Kenikmatan itu acap kali mampu meruntuhkan tembok keimananku. Bangunan amalku hancur berkeping-keping, hatiku tidak sejernih embun pagi lagi, ia ternodai satu tetes tinta hitam yang menggelapkan semua kebaikan yang pernah ditanam. 

Aku sadar itu hal yang dibencinya, dimurkainya dan bisa membuatnya berpaling dari semesta. Ia bisa saja kirimkan Tsunami, angin puting beliung, dan bahkan ia bisa menggentarkan bumi kemudian meruntuhkan semua ego mahluknya yang membangkang atas anjurannya. 

Tapi ia adalah maha atas segalanya, baginya tidak ada yang sulit untuk dilenyapkan. Namun, hambanya tahu ia maha kasih, maha penyayang. Kembali bersimpuh dihadapnya bisa membuatnya tersenyum, dan membelai kepada jalannya yang lurus. 

Di senja itu aku merenung sendiri, pikiranku melalang ke masa lalu, membuka lipatan-lipatan kisah yang pernah terukir. Menimbang kembali keputusan-keputusan yang pernah diambil, mentertawai kelakuan konyol kala itu, dan menyesali perbuatan tak pantas yang pernah terkuak. 

Hidupku tak pernah berbuat hal-hal besar di masa lalu, paling tidak bisa aku banggakan saat ini. Aku membiarkan diriku menjalani hari-hari tidak seperti kebanyakkan orang. Mereka menentukan arah, menyusun target, kemudian menggapainya. Sedangkan diriku hanya menarik ulur layar HP, sambil menyeruput kopi hitam, dikala pagi menyapa semesta. 

Di senja seperti ini, aku masih memilih duduk menatap megahnya ciptaan sang khalik. Awan menggunung berkilau kemerahan, air laut yang tenang memberikan kedamaian kalbu yang sempat risau. 

Aku tidak tahu akan berhenti sampai dititik mana menjalani hidup ini. Hidup tanpa pernah aku memberinya harapan, memberinya arti, dan menarik pelajaran yang sarat makna di setiap kisah yang pernah singgah. 

Di sini. Ya, aku masih di sini memandang semesta, dan mencoba memaknai senja yang akan segera enyah karena malam akan segera menyapa. 

Senja datang dengan kedamaian, ketenangan, keharmonisan, lalu iapun pergi tanpa permisi dan aku hanya memendam harap kelak bersua lagi. Senja memberiku arti, bahwa yang datang pasti akan pergi, yang muncul akan pasti hilang, dan pasang akan surut. 

Namun, aku merenung penuh harap, semoga dilangit sana, ketika ia memanggilku pulang aku bisa seperti senja yang meninggalkan kedamaian bagi semesta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun