Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Mendaki Gunung Itu Ibarat Candu, Tapi Kita Bisa Belajar Kehidupan Dari Mendaki

19 Juli 2025   23:19 Diperbarui: 19 Juli 2025   23:19 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendaki gunung Merbabu via Tekelan (foto: dokpri)

Apa tidak pernah merasa bosan dan kapok mendaki? 

Pernah suatu ketika ada yang bertanya demikian. Jujur kadang kebosanan itu muncul dan seakan enggan untuk mendaki gunung lagi, khususnya bila baru turun gunung dan fisik lagi kecapekan. Tapi, perasaan seperti itu biasanya hanya sementara saja. Selang beberapa waktu berikutnya kalau ada jadwal agenda mendaki, pasti akan segera ngisi list pendaftaran lagi.  

Mengapa mendaki gunung dan apa sebenarnya yang dicari di gunung?

Setiap pendaki pasti memiliki jawaban masing-masing ketika diberi pertanyaan seperti itu. Masing-masing akan memberikan alasan sesuai dengan pengalaman dan pengetahuannya. Bahkan ada yang hanya akan menjawabnya dengan diam tanpa kata. Sebab terlalu indah untuk dilukiskan dan tak bisa diungkapkan dengan rangkaian kata-kata.

Ibarat dua sisi keping mata uang logam, mendaki gunung itu laksana melihat keping mata uang dari sisi yang berbeda dari kebanyakan orang. Yaitu melihat dunia dari sisi ketinggian yang tidak semua orang bisa melakukan bila tidak mendaki gunung. Betapa kecilnya manusia dan gedung-gedung yang ada di bawah sana. Dan betapa besarnya Kuasa Allah SWT terhadap segala makhluk ciptaanNya. Kondisi demikian sudah sepantasnya membuat kita manusia untuk selalu bersyukur atas nikmat yang dianugerahkan oleh Allah swt

Salah satu pendaki senior pernah menyampaikan kepada saya tentang filosofi mendaki gunung ketika kami ngobrol di rumahnya pada suatu malam.

" Mendaki gunung itu seperti halnya perjalanan hidup manusia. Kita mulai mendaki dengan tenaga yang masih fresh dan membawa bekal penuh. Perjalanan untuk menggapai puncak butuh perjuangan yang keras. Dan ketika sudah tiba di puncak gunung, kita pasti akan sangat bahagia, Namun sebaiknya kita jangan gembira berlebihan sebab kita masih harus melakukan perjalanan turun. Dan perjalanan turun ini juga tak kalah beratnya dengan waktu mendaki naik. Jadi masih butuh bekal yang cukup untuk perjalanan turun" ujarnya sambil meneguk kopi hitamnya.

" Demikian juga denga kehidupan manusia. Ketika muda kita harus bekerja keras untuk mencapai kehidupan yang mapan. Ini seperti mendaki ke puncak. Dan ketika kita sudah mapan atau sukses, kita jangan sampai hidup berfoya-foya sebab kita nanti akan pensiun dari pekerjaan. Jadi ketika tiba di puncak gunung jangan euforia berlebih. Dan setelah kita sudah menjadi pensiunan, kita harus cukup bekal untuk melanjutkan kehidupan. Sama halnya ketika kita turun gunung kita harus memiliki bekal yang cukup" ungkapnya.

Lama saya merenungi omongannya tersebut. Jadi hobi mendaki gunung itu sejatinya adalah potret kita dalam menjalani kehidupan. Begitu yang saya tangkap dari penjelasan beliau. Dan apa yang beliau sampaikan tersebut sedikit banyak telah membantu saya dalam menyiapkan bekal dan mengatur manajemen pendakian yang baik ketika kami akan mendaki gunung.

Bahkan ada pula selorohan dari beberapa orang teman yang mengatakan bahwa jika kamu ingin mengetahui karakter asli seseorang, maka ajaklah dia mendaki gunung. Di gunung nanti dia pasti akan kelihatan wujud asli karakternya. Apakah dia seorang yang setia kawan, ataukah seorang yang egois akan langsung terlihat selalu pendakian di gunung.

Mendaki gunung itu laksana candu. Begitu seseorang pernah sekali mendaki gunung, maka dia bisa ketagihan dan kecanduan untuk mendaki. Bagi anda yang belum pernah mendaki gunung, sebaiknya anda pikirkan dengan baik bila ada yang mengajak pergi ke gunung. Bisa jadi anda nanti akan tertular hobi yang satu ini. Sebab bila sudah kecanduan mendaki gunung, maka anda nanti akan sulit untuk berhenti. Silahkan anda buktikan sendiri bila masih ragu dengan hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun