Satu porsi tambahan itu ternyata bukan untuk ia makan. Hidangan tambahan itu disodorkan kepada kami. Saya dan Pak Ramli yang duduk di seberang meja Haji Suyono suka tidak suka harus menerima "anugerah" itu.
Sebenarnya, satu porsi pesanan saya sudah cukup. Berhubung ada porsi tambahan, saya pun enggan menolak. Dengan menahan rasa kenyang, saya menikmati perlahan-lahan daging bebek yang super empuk itu.
Sambal "biasa" yang disajikan sangat cocok di lidah saya. Demikian pula sambal lombok hijau yang dipesan Pak Ramli juga bisa dinikmatinya dengan nyaman.
Durasi makan tidak lama. Kami tahu waktu. Saat berangkat dari perumahan kami, waktu sudah cukup sore. Memang habis asar. Namun, untuk waktu menunggu semua rombongan berkumpul, perlu waktu tidak sebentar. Saat rombongan sudah berkumpul, ternyata ada satu yang mengundurkan diri. Ada upaya untuk mencari ganti anggota rombongan. Lagi-lagi tidak ada hasil.
Ketika kami sudah selesai menyantap hidangan, waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Sebelum meninggalkan tempat, pelayan restoran menawarkan diri untuk memotet-kan. Artinya, pelayan cewek itu menawarkan diri untuk membantu memotret kami berlima. Hal itu ia lakukan karena melihat Pak Ramli agak kerepotan mau berswafoto.
Saya pun tidak mau ketinggalan. Saya sodorkan ponsel saya untuk memotret kami berlima. Saya meminta posisi kamera direbahkan agar gambar tampak melebar ke samping.Â
Dalam foto tampak beberapa meja terisi oleh pengunjung lain. Hal itu menunjukkan bahwa restoran tersebut disukai atau digemari banyak orang. Bukan karena lokasi restoran yang baru tetapi memang masakan yang dijual cocok di lidah pengunjung.
Soal harga memang menjadi perrtimbangan lain. Bukankah tidak setiap hari makan di sana? Sekali-sekali memang perlu makan di luar rumah dengan menu yang berbeda.
Terima kasih saya ucapkan kepada Haji Suyono yang sudah mengajak saya dan teman-teman menikmati bebek goreng di restoran yang sangat representatif.