Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan dari Penajam Menuju Klaten Selatan, Jawa Tengah

17 Februari 2024   20:47 Diperbarui: 17 Februari 2024   20:48 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan dari Penajam Menuju Klaten Selatan, Jawa Tengah

Hari Jumat (16/2/24) saya dan istri tercinta memulai perjalan sekitar pukul delapan pagi. Sebagai pensiunan ASN saya merasa memiliki waktu leluasa untuk bepergian.

Kami mulai perjalanan dari rumah dengan santai. Semula istri tercinta saya boncengkan dengan sepeda motor butut kesayangan. Namun, pinggang saya tiba-terasa terasa ngilu karena harus merenggangkan paha kaki. Beban dua tas di depan sadel membuat kaki agak mengangkang.

Ada rasa nyeri begitu hebat. Saya tidak dapat menaikkan telapak kaki ke atas injakan sepeda motor. Kedua kaki saya menggantung. Hal itu terasa tidak nyaman.

Ketika sampai di dekat Kantor Inspektorat Kabupaten, saya berkata kepada istri agar naik ojek saja. Untung banyak penjual jasa ojek yang lewat.

Dalam waktu tidak lama, istri tercinta sudah berpindah ke boncengan sepeda motor tukang ojek. Saya mengikuti dari belakang. Perjalanan dari samping Kantor Inspektorat menuju Pelabuhan Penajam hanya beberapa menit.

Seperti biasa, saya menitipkan sepeda motor ke tempat penitipan langganan. Tempat itu buka 24 jam dan ada pintu besi yang kuat.

"Menginap sekitar lima hari!" Demikian saya berbicara kepada penjaga penitipan, sebelum keluar dari sana.

Berswafoto di depan tempat titip motor (dokpri)
Berswafoto di depan tempat titip motor (dokpri)
Selanjutnya saya berjalan kaki menyusul istri tercinta yang tentunya sudah menunggu di dekat tempat penjualan tiket kapal klotok di pelabuhan.

Saya segera menuju loket yang sudah begitu saya kenal penjaganya, Pak Kumis. Eh, entah siapa namanya. Yang saya tahu penjaga itu berkumis.

Dokpri
Dokpri

Saya selalu menanyakan nomor kapal yang akan saya naiki. Meskipun sudah jelas tertera ada angka di dalam tiket, saya tetap bertanya agar sang petugas loket merasa dihargai tugasnya karena diajak berdialog.

Menunggu kapal klotok yang akan sandar (dokpri)
Menunggu kapal klotok yang akan sandar (dokpri)
Banyak kapal klotok sudah tertambat atau parkir di dermaga. Namun, kapal dengan nomor sesuai tiket terlihat baru akan sandar. Sambil menunggu kapal mendekat, saya manfaatkan waktu untuk berswafoto.

Dokpri
Dokpri
Begitu kapal sudah tertambat di dermaga, para penumpang yang menunggu segera naik untuk "berebut" tempat duduk. Jumlah bangku dalam kapal sangat terbatas. Kalau tidak segera naik, tentu ada penumpang lain yang akan mengambil tempat duduk yang disediakan.

Ada barang bawaan dua tas besar dan satu kecil (dokpri)
Ada barang bawaan dua tas besar dan satu kecil (dokpri)
Angin bertiup sejuk pada pagi hari yang cerah. kami menikmati perjalanan dengan senang. Tidak ada rasa terburu-buru atau "kemrungsung".

Biaya naik kapal klotok dua puluh ribu berdua. Begitu tiba di dermaga Pelabuhan Kampung Baru, Balikpapan, saya berkata kepada istri bahwa perjalanan selanjutnya naik ojek dan turun di depan Kantor Pegadaian.

Ongkos naik ojek per motor sepuluh ribu rupiah. Hanya beberapa menit kami berdua sudah berada di depan Kantor Pegadaian. Saya segera membuka aplikasi untuk memesan mobil secara online.

Hanya dalam hitungan kurang lima menit, mobil yang saya pesan sudah datang. Harga yang tertera dalam aplikasi untuk perjalanan menuju Bandara SAMS, Balikpapan sebesar Rp 70.500 (tujuh puluh ribu lima ratus rupiah). 

Pesan mobil online (dokpri)
Pesan mobil online (dokpri)
Saat berada di dalam mobil, saya bertanya kepada sang driver, berapa biaya parkir di bandara SAMS. Dengan segera, sang sopir yang bernama Kasman Siregar itu menjawab bahwa biaya parkir di bandara satu jam pertama sebesar delapan ribu rupiah.

Saya pun menghitung-hitung berapa ongkos yang akan saya bayarkan nanti. Rp 70.500 ditambah Rp 8.000 sama dengan Rp 78.500. Tidak sampai delapan puluh ribu rupiah.

Istri tertidur (dokpri)
Istri tertidur (dokpri)
Sepanjang perjalanan, saya ajak sang driver mengobrol. Sementara itu, istri tercinta tampak tertidur di bangku tengah. Dengan bercakap-cakap sepanjang perjalanan sekitar tiga puluh menit, waktu berlalu tiada terasa.

Tiba di bandara, dua lembar uang kertas berwarna biru saya berikan kepada sang driver. Kemudian saya segera membuka pintu dan turun.

Barang bawaan kami turunkan sendiri. Selanjutnya, kami berdua berjalan menuju tempat wrapping di bagian agak jauh dari ruang check in. Untuk menjaga keamanan barang bawaan, tas perlu dililit dengan plastik tipis berulang-ulang. Selain untuk keamanan isi tas, wrapping berguna untuk melindungi keamanan fisik tas itu sendiri dari kerusakan akibat gesekan dengan tas lain.

Petugas sedang melakukan wrapping (dokpri)
Petugas sedang melakukan wrapping (dokpri)

Saya tidak tergesa-gesa karena istri tercinta izin pergi ke toilet. Dengan demikian, saya dapat begitu santai menunggu satu tas ukuran agak besar itu dililit-lilit dengan plastik tipis menggunakan mesin.

Proses wrapping selesai (dokpri)
Proses wrapping selesai (dokpri)

Setelah proses wrapping selesai, saya segera meminjam spidol kepada petugas. Saya perlu menuliskan identitas di luar atau di atas lapisan lilitan paling luar. Identitas yang saya tuliskan adalah nama anak kami yang paling pendek namanya, yaitu anak ragil kami, Adib.

Biaya wrapping Rp 65 ribu (dokpri)
Biaya wrapping Rp 65 ribu (dokpri)

Pembayaran biaya wrapping dilakukan secara nontunai. Saya agak kaget karena pada penerbangan sebelumnya, biaya wrapping dilakukan secara tunai.

Berikutnya, saya mencetak tiket boarding. Proses pencetakan cukup lancar. Setelah dua lembar kertas putih berisi identitas penerbangan kami tercetak, segera saya antre untuk memasukkan barang bagasi.

Ada tempat antrean khusus untuk mencatatkan barang bagasi. Saya harus sabar menunggu tiga antrean di depan. Setelah tiba giliran, saya pun ditanya-tanya perihal isi bagasi dan kondisi kesehatan kami.

Sesudah selesai dicatat bagasi kami, ada satu tahapan yang agak menjengkelkan. Kami harus antre lagi untuk memasukkan barang bagasi ke antrean pemeriksaan barang bagasi. Tahapan ini agak menjengkelkan karena antrean cukup panjang. 

Makan di dekat pintu masuk pemeriksaan tiket boarding (dokpri)
Makan di dekat pintu masuk pemeriksaan tiket boarding (dokpri)
Usai memasukkan barang bagasi ke tempat pemeriksaan, OOG, kami segera masuk ke sebuah warung makan dekat tempat antre masuk ke ruang pemeriksaan tiket boarding.

Kami memilih masakah soto ayam kampung. Minuman kami hanya pesan satu gelas teh panas. Kami menyadari minum satu gelas seorang diri tentu tidak habis. Ukuran gelas di bandara rata-rata agak jumbo.

Soto ayam kampung bandara SAMS (dokpri)
Soto ayam kampung bandara SAMS (dokpri)
Makanan hangat dapat menambah stamina. Setelah perjalanan yang agak menguras tenaga, mulai dari rumah naik sepeda motor, kemudian naik kapal klotok, naik ojek, dilanjutkan naik mobil pesan online, tenaga terasa terkuras.

Dokpri
Dokpri
Sambil menikmati hidangan soto hangat, pandangan saya melihat ke kiri dan ke kanan. Pada sisi sebelah kiri, saya dapat melihat kesibukan karyawan warung makan tersebut.

Dokpri
Dokpri
Pada sisi kanan tempat saya duduk, saya dapat menyaksikan para calon penumpang yang antre menuju ruang tunggu. Antrean cukup ramai tetapi tidak padat.

Nota dua porsi soto ayam kampung (dokpri)
Nota dua porsi soto ayam kampung (dokpri)

Selesai menikmati hidangan hangat, kami segera ikut antre menuju ruang tunggu. Pemeriksaan tiket boarding dilakukan dengan tertib.

Kami segera menuju Gate tempat menunggu pesawat setelah mengikuti prosedur pemeriksaan barang tentengan dan pemeriksaan anggota badan.

Dokpri
Dokpri

Setelah meletakkan barang pada kursi dekat pintu masuk ke tempat pemeriksaan tiket boarding terakhir, saya pun mengintip tulisan pada atas pintu masuk itu. Hal itu untuk memastikan jenis pesawat dan jam terbang.

Dokpri
Dokpri

Setelah saya merasa yakin bahwa jenis pesawat, tujuan, dan jam penerbangan sesuai yang tertera dalam tiket, rasa aman dan tenang menyelimuti.

Dokpri
Dokpri

Berswafoto dengan latar penumpang yang duduk menunggu jadwal penerbangan tidak lupa saya lakukan sebagai kenang-kenangan.

Petugas sudah siap (dokpri)
Petugas sudah siap (dokpri)

Dari kursi ruang tunggu, kami dapat menyaksikan para pramugari yang bersiap-siap untuk naik pesawat. Mereka masuk ke pesawat lebih dahulu untuk menyiapkan segala sesuatunya, khan?

Tidak berapa lama ada informasi bahwa penumpang dengan nomor kursi 15-31 diminta untuk segera naik ke pesawat lebih dahulu. Kebetulan nomor kursi kami adalah 30E dan 30 F.

Kami berdua segera berdiri dan dapat antrean agak di depan. Dengan santai kami berjalan menuju lambung pesawat. Tidak perlu berdesak-desakan atau adu cepat masuk lambung pesawat.

Perjalanan di udara hampir dua jam. Setelah tiba di bandara Kulonprogo, Yogyakarta, saya segera memberitahukan kepada Mas Topik, driver mobil yang menjemput kami.

Mas Topik menginfokan keberadaannya yang masih di dalam masjid. Saya merasa lega karena perjalanan selanjutnya akan lancar. 

Foto dokumentasi Mas Topik
Foto dokumentasi Mas Topik
Mas Topik sudah berdiri di luar begitu kami meninggalkan tempat pengambilan barang bagasi. Dengan senyum ramah Mas Topik menyalami kami berdua.

Dokpri
Dokpri
Barang (tas) kami yang di-wrapping diambil alih oleh Mas Topik untuk segera dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Perjalanan berikutnya cukup menyenangkan. Jalanan cukup ramai tetapi lancar. Tidak terjadi kemacetan.

Dokpri
Dokpri

Dalam perjalanan menuju Kabupaten Klaten, istri tercinta sempat tertidur. Saya dan Mas Topik mengobrol ringan agar dalam perjalanan tidak mengantuk.

Saya menginfokan kepada Mas Topik untuk singgah ke warung Bakmi Jawa sebelum menuju rumah ibu kandung saya tercinta. Mas Topik setuju.

Warung Bakmi Jawa (dokpri)
Warung Bakmi Jawa (dokpri)

Saya sudah beberapa kali menikmati masakan bakmi Jawa di warung yang cukup sederhana itu. Kami bertiga segera memesan masakan sesuai selera masing-masing.

Bakmi Goreng Jawa (dokpri)
Bakmi Goreng Jawa (dokpri)

Saya memesan bakmi goreng Jawa lengkap sedangkan istri tercinta memesan cap cay berkuah. Sementara itu, Mas Topik memesan bakmi goreng Jawa tanpa kol. 

Selesai menikmati hidangan, kami segera menuju rumah adik kandung saya, Harwahyuni. Kami sudah mempunyai rencana untuk pergi ke Solo pada malam hari itu.

Adik Harwahyuni yang biasa dipanggil Nanik ikut dalam mobil kami bersama sang suami, Sriyono. Jadilah kami berempat plus driver dalam mobil menuju rumah ibu kandung saya.

Ibu tercinta yang sedang beristirahat memang tidak diberi tahu sebelumnya. Kedatangan kami pun disambut dengan suka cita. Istri tercinta langsung bercengkerama dengan ibu mertuanya.

Ibu dfn menantu (dokpri)
Ibu dfn menantu (dokpri)

Saya berberes diri. Kantuk yang menyergap membuat saya ingin segera berbaring. Saya perlu beristirahat karena pada malam hari itu akan melakukan perjalanan lagi.

Ditulis di rumah ibu kandung Klaten, 17 Februari 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun