Berkunjung ke Sekolah Penggerak, 27 Oktober 2022
Hari Kamis adalah hari pasar di pasar induk Penajam. Istri tercinta akan ke pasar. Seperti biasa, ia akan ikut alias membonceng saat saya berangkat kerja. Agenda saya hari ini, Kamis tanggal dua puluh tujuh Oktober 2022 mau berkunjung ke SMP 22 PPU (Penajam Paser Utara), Kaltim yang berlokasi tidak jauh dari rumah.
Sebagai suami siaga, semua harus dapat berjalan sesuai rencana. Mula-mula saya mengantarkan istri ke pasar lebih dahulu. Baru kemudian kembali ke arah Gunung Seteleng. Sebelum menuju SMP 22 PPU, saya singgah ke SPBU untuk membeli BBM.
Sejak kemarin siang ada tulisan "Pertalite Habis" di dekat pintu masuk SPBU di Penajam itu. Mumpung pagi ini tulisan seperti itu tidak ada, yang berarti stok pertalite ada, saya ikut antre untuk mendapatkan isi tangki sepeda motor kesayangan. Tinggal tiga orang di depan motor antrean. Namun, saya sudah sempat memotret para pengantre itu. Saat saya berswafoto, terlihat sudah cukup banyak pengantre di belakang saya.
Untunglah petugas SPBU cukup cekatan dalam melayani konsumen. Satu per satu pengantre segera meninggalkan lokasi SPBU setelah tangki BBM kendaraannya diisi sesuai keperluan. Setelah saya menyerahkan uang dua puluh ribu, segera saya mendorong kendaraan ke depan untuk memberikan kesempatan kepada pengantre berikutnya. Namun, saya lihat petugas SPBU sedang mengisi sebuah jeriken dari pengantre yang sebelumnya sudah antre di depan saya.Â
Keluar dari SPBU Penajam, sepeda motor segera saya arahkan menuju SMP 22 PPU. Jalur jalan cukup ramai. Saya perlu berhati-hati karena harus melewati beberapa simpang jalan. Saat hampir memasuki halaman SMP 22 PPU, saya berhenti sebentar untuk memotret papan nama sekolah yang sudah "cukup tua". Papan nama itu dibuat sekitar tahun 2012-an. Â
Saya merasa terharu, melihat papan nama "jadul" masih dimanfaatkan sebagai penanda lokasi SMP 22 PPU. Betapa tidak terharu, dalam kurun 2012-2015 saya pernah bertugas di SMP 22 PPU. Sebagai kepala sekolah pertama di sekolah itu saya merasa banyak kenangan yang membekas dan akan terus saya ingat. Kejadian-kejadian menghadapi peserta didik yang "luar biasa" benar-benar menguras pikiran dan tenaga.
Setelah mengambil gambar papan nama "penuh kenangan" itu, saya segera menjalankan sepeda motor menuju tempat parkir. Tidak ketinggalan, saya memotret tulisan nama sekolah yang dibuat oleh kepala sekolah berikutnya.
Warna-warni yang cerah dalam papan nama yang baru menambah semangat siapa pun yang berkunjung ke sekolah yang sudah "menghabiskan" empat kepala sekolah tersebut. Siapa saja mereka? Setelah saya dimutasi ke SMP 15 PPU (tahun 2015), pengganti saya adalah Pak Mokhamad Syafii. Setelah Pak Mokhamad Syafii diangkat menjadi pengawas sekolah, Pak Nuzuludin Susanto menggantikan kepsek SMP 22 PPU.
Dalam rotasi berikutnya, Pak Raif Wijaya menggantikan Pak Nuzuludin Susanto. Selanjutnya, Bu Dwi Astutik yang menjabat kepsek SMP 22 PPU saat ini.
Sebelum masuk ke ruang guru yang bergabung dengan ruang kepsek (berbatas/sekat dinding), saya sempatkan untuk memotret musala. Tempat ibadah itu dibangun dengan sumbangan dari berbagai pihak dan dirintis sejak sekolah berdiri. Semoga para donator selalu diberi kesehatan dan rezeki yang melimpah.