- Gedung Graha Pemuda, Lantai II, Ruang 202
Kaidah ketujuh: Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau bagian kitab suci. Contoh:
- Bab III, Pasal 4, halaman 34
- Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhannya manusia." (QS 114: 1).
Kaidah kedelapan: Penulisan bilangan dengan huruf seperti dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi dilakukan sebagai berikut.
- Bilangan utuh ditulis secara mandiri. Contoh: empat belas (14), empat puluh dua (42), seratus dua puluh empat ribu (124.000)
- Â Bilangan pecahan ditulis dengan per- yang dilekatkan pada bilangan penyebut yang mengikutinya. Contoh: setengah atau seperdua (1/2), seperempat belas (1/14), dua pertiga (2/3), tiga persebelas (3/11), sepuluh persen (10%). Â
Kaidah kesembilan: Penulisan bilangan tingkat dapat menggunakan angka Romawi, gabungan awalan ke- dan angka Arab, atau huruf. Contoh: abad IX, abad ke-9, abad kesembilan.
Kaidah kesepuluh: Penulisan angka dan akhiran -an dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Contoh:
tiga lembar uang 10000-an (tiga lembar uang sepuluh ribuan)
seharga 7.000-an (seharga tujuh ribuan)
tahun 1800-an (tahun seribu delapan ratusan)
Kaidah kesebelas: Bilangan seperti yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, akta, atau kuitansi dapat ditulis dengan angka dan diikuti oleh huruf. Contoh: