Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hiduplah dengan Cinta

19 Februari 2020   07:16 Diperbarui: 19 Februari 2020   11:34 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Ketika kita menapaki kehidupan ini yakinkan oada diri bahwa saya lahir ke dunia ini adalah karena cinta. Cinta siapa saja? Mari kita urut satu satu. Kita semua adalah hasil cinta Tuhan Pencipta kita kepada kita sebagai makhlukNya. Dia menciptakan kita karena Dia mencintai kita. Dia sudah menyiapkan surga untuk kita.  Selanjutnya kita terbentuk karena taqdir Allah melalui pertemuan sel sperma bapak kita dan sel telur ibu kita di dalam dalam rahim ibu. Itupun terjadi karena ada cinta asmara antara bapak dan ibu kita.

Demikian juga setelah kita lahir cinta ibu, kakek, bapak, nenek, paman, bibi, tetangga dan keluarga lainnya termanefestasi melalui penjagaan kita dengan sebaik mungkin. Berkah cinta guru-guru, kita diajari tulis baca, kita diajari bersikap dan bertingkahlaku. Karena cinta orangtua, kita disekolahkan, kita dinasehati, dimotivasi dan dimarahi jika salah.

Cinta Rasulullah

Semua umat akhir zaman pada hakekatnya adalah umat nabi Muhammad saw. Beliau siang malam pagi petang, susah senang memikirkan dan mendoakan kita karena cinta. Nabi Muhammad saw juga selalu meminta kepada Allah dalam doanya atau melalui perantaraan malaikat jibtil as agar memprioritaskan umatnya untuk dihindarkan dari mala petaka di dunia, dihindarkan dari azab neraka.

Hanya saja banyak di antara umat beliau yang enggan masuk ke dalam surga. Beliau pada suatu saat diajak keliling oleh malaikat jibril melihat lihat surga dan neraka. Kala itu beliau tersenyum manakala mengetahui indahnya surga dan ada peluang bagi umat beliau untuk masuk surga lebih dahulu dibanding umat sebelumnya. Namun beliau juga menangis karena ada umat beiau yang akan dimasukkan ke dalam neraka.

Cinta kakek dan nenek

Selain memperoleh cinta dan bapak dan ibu, saya memperoleh cinta dan kasih sayang dari kakek nenek sejak kecil. Kakek dan nenek ikut keluarga bapak ibu sejak kami kecil. Perhatian, kasih sayang kakek nenek memang terasa lebih dicurahkan kepada keluarga bapak dan ibu saya. 

Sejumlah alasan kenapa kakek dan nenek saya memilih ikut bapak dan ibu. Pertama, ibuku adalah anak terakhir dan perempuan dari keluarga kakek dan nenek saya. Berdasarkan adat kebiasaan di keluarga kami, orangtua memilih hidup di keluarga anak perempuan apalagi ibu adalah anak terakhir. Kedua, bapak saya termasuk punya akhlak yang baik kepada orangtua dan mertua. Beliau sangat hormat dan ramah kepada mertua, menganggap sebagai orangtuanya sendiri. Beliau juga perhatian kepada kakek dan nenek dalam segala hal. Makanan, obat obatan serta keperluannya dipenuhi dengan baik.

Pada saat kami kecil kakek nenek memilih hidup di kebun kopi milik bapak dan ibu yang relatif jauh jaraknya dari desa - tepatnya di bagian atas daerah aliran sungai yang mengalir ke desa kami. Jaraknya sekitar 7 km. Dengan jalan kaki perlu waktu 2 jam.

Alasan lain adalah mereka ingin menopang perekonomian keluarga bapak dan ibu yang ingin sekali menyekolahkan anak anaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun