Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... profesional -

Sejak 2007 terus menerus mengembangkan sistem pendidikan dan pengajaran menggunakan ICT terpadu (weblog), rumah panen hujan serta model pengelolaan limbah domestik dengan teknologi rawa buatan. Saat ini anggota partai mengajak ke syurganya Allah, pensyarah dan peneliti; Ketua Lembaga Penelitian Universitas Palembang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sifat Malas, Diperlukan atau Tidak Ya???

1 Desember 2009   09:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:07 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bismillah. Malas. Satu kata yang sangat akrap dengan kita. Siapa yang tidak kenal dengan kata ini memang harus istifar he he. Malas, tidak lain merupakan sikap atau perilaku yang tidak mau melakukan sesuatu kegiatan dalam tempo waktu yang ditetapkan, namun malas juga ada dari sisi yang “baik”. Aneh ya? Malas yang “tidak baik” dapat merugikan diri sendiri dan juga akhirnya dapat merugikan negara kalau hal itu sudah merupakan bagian dari budaya masyarakat di negara itu. Nah,

Saya, kalau boleh bersaya-saya, adalah seorang yang melihat sisi positif untuk setiap hal. Sangat sering sesuatu itu tidak selalu positif, namun saya selalu mencoba untuk bisa mencari sisi positifnya. Setiap manusia diberi hidayah yang berbeda-beda oleh Allah. Terkadang di sekitar kita ada teman-teman yang dapat memberi kesadaran kita tentang pentingnya berfikiran positif. Sikap ini ternyata mempunyai faedah yang luar biasa.

Orang bijak pernah berkata “Biarpun sejahat apapun seseorang itu, tetap ada baiknya”. Memang, kalau kita fikir-fikir apa betul ada kebaikan dari orang yang jahat. Tentu dengan spontan kita akan berkata: "Ah, masak si ada kebaikan dari orang yang jahat? Tapi coba renungkan, sebagai manusia kita juga seringkali melakukan kesalahan seperti orang lain juga kan? Oleh karena itu mari kita coba (terutama saya) hindarkan (sesekali atau selalu) melihat kelemahan orang lain. Kita coba untuk membuat daftar positif dari orang-orang yang kita kenal, yang jauh atau dekat. Tentu saja ini memang “easy said than done”, tapi “worth trying”.

Suatu hal yang penting juga bahwa rata-rata kita mempunyai sifat yang ingin dilihat lebih baik dari orang lain. Ini negatif bukan, tetapi manusiawi lah. Karena itu jangan lupa kita positifkan dengan sering-sering melakukan instrospeksi diri kita sendiri. Tidak perlu sibuk melihat sisi negatif orang lain. Prilaku seperti ini jauh lebih baik. Hanya, kewajiban kita untuk menegur teman-teman atau siapa saja yang berbuat kesalahan tetap harus dijalankan dengan bijak – tepat cara, tepat waktu dan tepat yang lainnya. Jika kita biasa menegur dengan sopan dan santun, insya allah orang akan berbuat demikian. Kalau memang ternyata ada orang yang menegur kita dengan tidak sopan, nggak papa...karena nabi juga biasa dilempar kotoran hewan, diomongi gila dsb.

Kembali ke soal malas. Kenapa malas ini ada positifnya? Teman-teman pasti ada yang tidak setuju dengan pernyataan ini, tetapi inilah sifat yang telah relatif lama saya (anda juga pasti) miliki. Saya malas memberi catatan atau nota kuliah baik dalam bentuk hard copy atau soft copy kepada pelajar atau mahasiswa. Mahasiswa saya wajibkan membuat blog. Semua catatan kuliah, mereka boleh transfer dari blog saya ke blog mereka. Saya juga terkadang malas untuk datang memberi kuliah ke kelas kalau kebetulan sedang di luar kota (bandar). Saya umumkan kelas maya (distance learning) untuk mata ajaran yang pada hari, tanggal dan jam tertentu. Semua pelajar harus “menampakkan” muka di kelas itu. Semua tidak harus pakai baju – karena di ruangan asrama masing-masing. Saya juga mungkin di airport atau di rumah atau sedang istirahat.

Sistem ini membangunkan pelajar atau mahasiswa yang malas bertanya, malas menulis di kelas. Kalau mahasiswa masih malas juga tidak masalah, karena di akhir semester siapa yang malas dan atau rajin akan dapat mereka ketahui sendiri. "They get it if they do or work for it", kata orang bijak.

Saya juga malas untuk memeriksa tugas mahasiswa yang bertumpuk-tumpuk – penuh di ruang kerja. Pengalaman mengajarkan laporan, VCD dan DVD itu hanya dilihat sebentar kemudian menjadi “sarang” debu, lalu dibuang ke kotak sampah. Bukankah itu pemubaziran sumberdaya alam (rizki dari Allah). Mubazir itu kata qur’an adalah “dulur” setan.. Ngeri kan?

Dengan pengajaran seperti itu kita tinggal memperbaiki bahan kuliah yang ada di dalam blog kita dari waktu ke waktu. Karena saya juga malas untuk menyusun lagi kuliah-kuliah pada masa yang akan datang. Ternyata malas seperti ini telah banyak “buah” manisnya. Pada konferensi PBB bidang pendidikan dan kebudayaan (Unesco) di Hangzou China 15-17 Nov 2009 lalu saya telah paparkan makalah tentang pengajaran dengan menggunakan blog ini.

Saya juga malas memikirkan uang, barang atau apapun yang hilang/rusak. Kalau sudah hilang tinggal doa dan mengucapkan kalimat: “innalillahi wa inna ilaihi rojiun”. Kita syukuri saja yang masih tersisa. Dulu saya rajin untuk memberitahu kalau lagi "untung", tetapi sebaliknya "bising" (dalam bhs Melayu) kalau kehilangan. Nah ini bisa kita kurangi atau hindarkan sema sekali.

Saya juga malas untuk dendam, bermuka masam kepada orang-orang yang jelas-jelas zalim kepada kita. Kita pura-pura tidak tahu saja. Semua ada ujungnya kan? Kita maafkan juga lebih baik kan? Kalau dia sudah terlalu juga akan berlaku hadis nabi: “man zaliman zulimu” (barang siapa zalim akan dizalimi). Terkadang saya juga malas untuk memikirkan hal-hal yang terlalu jauh kedepan, karena ingat dengan kata-kata nabi Isa as melalui lisan Nabi Muhammad saw bahwa hidup manusia hanya tiga hari saja – hari kemaren, hari esok dan hari ini.

Saya juga sudah malas untuk mengumpat dan mencela serta memfitnah (kata orang Malaysia mengkeji). Teman-teman tentu lebih tahu mengapa? Kalau yang kita katakan itu benar tetap itu dosa karena sama dengan memakan bangkai saudara kita sendiri. Kalau itu tidak benar maka memfitnah itu dosanya lebih besar dari membunuh. Membunuh itu sendiri dosanya juga sudah besar. Saya meyakini bahwa saya sendiri termasuk orang yang “bangkrut”. Kok gitu ya? iya, betul karena rekening pahala saya sangat sedikit sementara dosa mengumpat dan mencelah atau memfitnah saya sudah bergung-gunung banyaknya. Ampun ya allah. Dosa orang yang kita cela itu kembali kepada kita sementara pahala kita akan diberikan kepada mereka. Nauzubillah. Belum lagi mempromosikan kejahatan akan memperoleh dosa secara terus menerus sebaliknya akan memperoleh pahala terus menerus (QS.1.3.85).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun