Mohon tunggu...
Supli EffendiRahim
Supli EffendiRahim Mohon Tunggu... Penulis - pemerhati lingkungan dan kesehatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin jadi orang baik di mata Allah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buyung Nurman dan Roni Baid Jelaskan Prosesi Bimbang Adat Bengkulu Selatan

4 September 2021   09:29 Diperbarui: 4 September 2021   13:53 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bismillah,

Buyung Nurman seorang penyuluh asal Bengkulu menjelaskan tentang prosesi Bimbang Adat. Prosesi bimbang.adat serawai Bengkulu selatan sungguh melelahkan, tidak hanya yang dirasakan oleh yang empunya hajatan tetapi bagi warga masyarakat desa yang berpartisifasi untuk ikut menyukseskannya.

Betapa tidak,. setelah selesai musyawarah warga dusun halaman yang biasanya di laksanakan 2-1 minggu sebelum hari puncaknya maka sudah banyak famili yang berdatangan untuk membantu masak beraneka ragam masakan dan menyelesaikan pekerjaan -pekerjaan kecil yang akan di perlukan pada saat waktunya tiba dan tidak sedikit  ada yang datang untuk sekedar ngobrol.

Ada tiga hari paling tidak yang sudah banyak warga dusun sanak famili hadir untuk membantu dan tiga hari ini memiliki nama khas yaitu hari mengambil bambu dan daun,. hari melemang serta hari bimbang yang merupakan hari puncak.
Belum lagi rangkaian ritual bimbang adat itu sendiri,  seperti gegerit, makan sepagi, menari sambil menombak kerbau,  mempelai duduk di atatar,  berbelanja, dan penganten mata menari, serta  mempelai perempuan menari di pangkal tangga rumah.

Ada suatu hal yang menarik masih dalam.rangkaian ritual bimbang adat itu juga yaitu mengambil satu malam.

Ritual mengambil satu malam ini mengandung makna tersendiri karena sepasang mempelai beserta kawan-kawan dan pengikut yang lain di ungsikan di sebuah rumah yang memang sudah di sepakati.


Warga yang rumahnya di tumpangi satu malam ini  sudah pasti hubungan kekerabatanya dengan yang punya hajat masih relatif dekat dan merupakan suatu petunjuk.

Malam di rumah pengasingan ini ritual berepat (memotong rambur sedikit) untuk penganten pria dan.berinai (bekutek) untuk penganten wanitanya, dari rumah ini penganten turun untuk ikut ritual gegerit dan besoknya untuk menari nombak kerbau setelah ritual makan pagi disaat ketua kerja memapar niat dalam hati yang mendalam tujuan sahibul hajat melakukan pernikahan anaknya disertai dengan bimbang adat.

Ketika Bapak saya Marzuki melaksanakan Bimbang adat kakanda Jaalni yang mengambil satu malamnya adalah paman A. Rahim.
Di situlah saya melihat bahwa pamanda Rahim cukup terampil dan mengerti untuk melakukan berepat (motong rambut sedikit) dengan tangan beliau sendiri dan juga membuat topi penganten pria.#

Sementara itu Roni Baid pengacara asal Lubuk Langkap kini bermukim di Bandung menimpali pendapat Buyung.

Acara bimbang (upacara adat) itu sarat makna yang terkandung dalam (filosopi) kehidupan. Filosipi di maksud masih banyak yang belum dapat di realisasikan secara tepat guna dan manfa'at. Karena disamping masih banyak yang tidak faham, bobotnya yang berat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun