Berbeda dengan Budi, Sekretaris Umum Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan (Astindo) Pauline Suharno kepada media mengatakan bahwa harga tiket pesawat naik dipengaruhi dari banyaknya permintaan saat liburan.Â
Namun, saat ini, tiket-yang-mahal-meski-libur-telah-selesai disebabkan oleh hal lain: banyaknya permintaan partai politik untuk keperluan kampanye.
Sementara penerbangan internasional terasa lebih murah, alasannya: tersedianya banyak pilihan pesawat, mulai dari Full Service Carrier (FSC) hingga Low Cost Carrier (LCC), menjadikan maskapai mulai melakukan perang harga sehingga harga yang muncul jadi jauh lebih murah dibandingkan penerbangan domestik.Â
Alasan lain, di dalam negeri ada PPN, di luar negeri tidak kena PPN. Hal tersebut yang membuat perbedaan harga,
Terkait harga penerbangan domestik yang menjulang tinggi, Â Menteri Budi Karya bahkan telah menerima laporan soal isu warga Aceh yang ramai-ramai mengajukan pembuatan paspor hanya untuk terbang ke Jawa.Â
Penyebabnya, harga tiket Aceh ke Jawa melalui penerbangan langsung justru jauh lebih mahal dibandingkan dengan penerbangan yang mengharuskan penumpangnya untuk transit dulu ke Kuala Lumpur. Pada kasus penerbangan dari Aceh, harga tiket ke Jawa (Jakarta atau Bandung) akan menjadi lebih murah jika melalui transit ke Kuala Lumpur, Malaysia.
INACA turunkan tarif?
Atas kasus harga tiket ini, Ketua Umum Indonesia National Air Carrier Association (INACA) IGN Askhara Danadiputra mengatakan, di Kawasan SCBD Sudirman Jakarta, Minggu (13/1/2019), menegaskan bahwa sejumlah maskapai penerbangan sepakat untuk menurunkan tarif tiket pesawat.
Informasi yang dirilis, maskapai nasional yang tergabung dalam INACA telah menurunkan tarif tiket pesawat yang sempat mahal sejak Jumat 11 Januari 2019.
Terlepas dari infomasi INACA bahwa maskapai nasional telah menurunkan tarif harga tiket pesawat, namun persoalan mentarifkan bagasi, serta pernyataan banyaknya permintaan tiket pesawat oleh partai politik untuk kampanye menjadikan rakyat pengguna jasa angkutan udara resah.
Terlebih hingga saat ini YLKI baru sekadar memberikan penilaian atas kondisi ini, sementara Bapak Menteri perhubungan hanya meminta masyarakat agar tidak berlebihan dalam merespons. Aneh tapi nyata.Â