Cukup menjadi pertanyaan. Mengapa suporter yang hadir di Stadion Pakansari hanya berkisar lima ribu saat laga Indonesia versus Korea Utara?
Apakah karena pertandingan di lakukan di hari kerja? Tetapi  faktanya laga dimainkan saat malam hari yang keseokannya hari libur nasional.
Lalu, pertaandingan lawan Korea Utara seharusnya menjadi daya tarik karena posisi Korea Utara di level Asia dan dunia, selain daya tarik dari timnas Indonesia sendiri.
Apakah Korea Utara tidak menarik.untuk ditonton secara langsung? Atau Stadion Pakansari jauh dari Ibukota yang notabene memiliki Jakmania yang begitu gila mendukung Persija saat laga di mana saja, terlebih laga kandang.
Sepertinya pertanyaan dan kemungkinan jawaban itu, sedikit terjawab ketika saya coba bertanya kepada rekan-rekan pelarih dan orangtua siswa SSB pagi ini di arena Kompetisi Anak Usia Dini, Indonesia Junior Soccer League (IJSL) di Lapangan Jepang, Sentul City, Bogor.
Memang komentarnya beragam mengapa suporter tidak menggeruduk Pakansari, padahal timnas bukan bertanding di level persahabatan, tetapi sebuah turnamen.
Banyak komentar, menonton  U-23 tidak menarik, untuk apa datang ke Stadion. Nonton di televisi saja bikin gondok.
Hampir semua berkomentar sama akan ketidaktertarikannya menonton timnas U-23 saat ini.
Mereka mengatakan untuk apa nomton kalau timnas U-23 masih bermain dan dengan komposisi begitu-begitu saja.
Banyak pemain bagus di Indonesia, mengapa tim masih mengandalkan pemain yang tidak dapat membuat solusi ciptakan gol, dan Milla masih selalu coba-coba. Miris. Mereka semua sudah pesimis. Bagaimana dengan pendapat publik sepakbola nasional yang lain di seluruh nusantara?
Bagaiamana komentar Anda yang membaca artikel saya ini?