Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas Sepak Bola Wanita, Siapkan Diri Tidak Banyak Kebobolan!

7 April 2018   11:27 Diperbarui: 7 April 2018   22:39 2285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria saat ditemui seusai menyaksikan laga Timnas Wanita Indonesia kontra Legenda Timnas di Lapangan C, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (5/4/2018). (Tribunnews/Abdul Majid)

Asian Games dan Piala AFF 2018, bagi konstestan sepak bola wanita negara lain, tentu banyak yang memasang target juara. Bagi timnas sepak bola wanita Indonesia, yang justru akan menjadi tuan rumah event tersebut, jangankan berpikir target juara, persoalan elementer menyangkut standar pemain timnas saja masih selalu mengudara.

Barangkali, yang paling realistis, adalah pelatih menyiapkan saja tim yang betul-betul siap untuk tidak kebobolan banyak gol. Coba tengok apa yang terjadi dengan persiapan timnas sepak bola wanita.

Dua hari yang lalu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Ratu Tisha Destria berkomentar atas penampilan Tim Nasional Wanita Indonesia setelah meraih kemenangan atas Legenda Timnas Indonesia di Lapangan C, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (5/4/2018). Kok melawan Legenda Timnas? Apa maksud dan tujuannya!

Menurut Tisha, penampilan anak asuh Satia Bagdja Ijatna tersebut masih belum maksimal dan berharap mereka dapat berlatih lebih serius lagi. Saya tidak bisa banyak komen untuk pertandingan ini karena sifatnya persahabatan. Tapi hal yang harus digaris bawahi timnas sepak bola wanita harus berlatih sekeras bertanding. Mereka harus lebih kencang dan serius lagi.

Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri

Apa yang diungkapkan oleh Tisha, sejatinya bak peribahasa Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri, artinya Tisha justru sedang membuka borok sendiri. Borok bahwa selama ini PSSI tidak pernah serius membina, melatih, dan memutar kompetisi sepak bola wanita. Yang sama halnya bagaimana pembinaan, pelatihan, hingga kompetisi sepak bola akar rumput terlantar. Padahal PSSI punya kepanjangan tangan resmi di setiap provinsi, kabupaten, dan kota di seluruh Indonesia.

Bangkitnya sepak bola usia muda, dalam hal ini timnas U-16, U-19, dan U-23, apakah karena pengelelolaan PSSI yang berjenjang dan berkesinambungan? Karena keterlibatan swasta turun gunung mengadakan kompetisi!

Bagaimana timnas sepak bola wanita akan diisi pemain handal yang mumpuni dalam teknik, intelegensi, personaliti, dan speed bila mereka tidak dibina, dilatih, lalu berkompetisi secara reguler?

Timnas Wanita comot pemain?

Terus mengandalkan program comot pemain dan turnamen instan demi sebuah kewajiban membentuk timnas, adalah tabiat PSSI. Hasilnya, mengapa justru Sekjen-nya berbicara seperti itu?

Sementara pelatih timnas juga teriak-teriak tentang kondisi pemain yang sangat lemah dalam fisik (speed) dan teknik (skill). Ini bukan pekerjaan semudah membalik telapak tangan. Tidak mungkin pelatih tiba-tiba menyulap pemain menjadi wonder women kuat fisik dan pintar teknik dalam sekejap pemusatan latihan.

Apakah seluruh pelatih timnas sepak bola putra harus disibukkan dengan urusan fisik dan skillpemain? Rasanya, publik sepak bola nasional pasti tertawa membaca komentar Sekjen PSSI usia uji tanding melawan mantan pemain timnas yang sudah uzur. Untuk apa uji coba semacam itu?

Meski ada keterbatasan teknik dan fisik pemain timnas  wanita, karena mereka memang berasal dari tim antah berantah dalam arti tidak terlibat dalam kompetisi reguler, seperti sepak bola pria, hadapkan mereka dengan tim sepak bola yang benar. Boleh pria atau wanita. Dan benar-benar demi mengukur kemampuan. 

Asian Games dan Piala AFF jangan jadi bulan-bulanan!

Menghadapai event Asian Games dan Piala AFF tahun 2018 yang tinggal hitungan hari, tentu tidak ada waktu bagi timnas wanita dan pelatihnya untuk memutar waktu persiapan. Yang paling logis dan masuk akal, bagaimana caranya agar timnas sepak bola wanita Indonesia tidak menjadi bulan-bulanan timnas wanita lawan yang persiapannya jauh lebih mengilap di banding Indonesia.

Semisal, berlatihlah bertahan. Bagaiamana caranya tidak kebobolan banyak gol, karena kondisi dan keadaan tim yang tidak mungkin akan kedatangan dewi penyelamat tim kecuali upaya dari tim pelatih dan pemain sendiri.

Tidak usah berpikir membikin gol kemenangan, berpikir saja tidak kebobolan banyak gol dulu. Sadari bila fisik lemah, teknik lemah, tempatkan saja sepuluh pemain selalu di depan gawang sendiri. Halau setiap bola yang datang. Bila ada kesempatan, satu dua pemain lakukan serangan balik.

Barangkali itu yang harus dipikirkan Satia, ketimbang mengeluh dengan keadaan. Cukup timnas U-19 yang jadi bulan-bulanan 4 gol oleh 3 tim secara beruntun, tanpa ada pemikiran bagaimana agar tidak kebobolan banyak dulu. Bukan mencari menang dan bermain terbuka karena sadar kualitas pemain yang ada. Sadar akan mereka berasal dari mana? Sadar akan mereka belum terbiasa, belum terlatih oleh alam kompetisi!

Untuk Tisha, berpikirlah membumi. Jangan Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun