3. Strategi Bisnis atau Budaya?
Kalau kita melihat dari sudut pandang bisnis, memberikan porsi lebih saat dibungkus sebenarnya masuk akal. Ketika pelanggan membawa pulang makanan, mereka tidak akan memesan minuman atau tambahan lauk lainnya yang bisa meningkatkan keuntungan restoran.
Di sisi lain, ini juga berkaitan dengan budaya berbagi. Orang Minang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kedermawanan. Memberikan lebih banyak nasi saat dibungkus bisa jadi adalah bentuk penghormatan kepada pelanggan.
4. Kesaksian Para Pecinta Nasi Padang
Banyak orang yang sudah membuktikan sendiri bahwa nasi Padang yang dibungkus memang lebih banyak. Bahkan, ada yang sengaja hanya membeli nasi bungkus karena tahu porsinya lebih besar.
"Setiap kali saya bungkus, saya bisa makan dua kali dengan porsi yang sama!" ujar seorang pelanggan setia rumah makan Padang.
"Bahkan, saya pernah iseng timbang nasi bungkusnya, ternyata hampir setengah kilo!" kata yang lain.
Jadi, bisa dibilang ini bukan hanya perasaan, tapi memang kenyataan!
5. Pengaruh Psikologi dan Ilusi Optik
Selain faktor budaya dan strategi bisnis, ada juga aspek psikologi yang bisa menjelaskan fenomena ini. Saat kita melihat nasi di piring, kita sering kali merasa porsinya cukup standar karena ruang di piring cukup luas. Namun, ketika nasi dibungkus dalam kertas, nasi tersebut dipadatkan, sehingga terlihat lebih besar dan lebih penuh.
Ditambah lagi, ada efek psikologis yang membuat kita merasa mendapatkan lebih banyak saat melihat sesuatu dalam bentuk yang lebih padat. Ini mirip dengan bagaimana kita merasa sebuah gelas kecil yang penuh air lebih banyak isinya dibanding gelas besar yang terisi setengah.