Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Olok-olok Konten Lamaran, Bukti HRD Kerja, Ayo Serius Bikin CV!

12 Juni 2025   09:47 Diperbarui: 12 Juni 2025   09:47 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melamar pekerjaan.(FREEPIK/IJEAB/lifestyle.kompas.com)

Olok-olok HRD mengunggah sebuah CV pelamar kerja yang dianggap tak niat untuk melamar kerjaan, di laman akun X (media sosial) sejatinya adalah kabar baik yang patut diapresiasi secara positif oleh para pelamar kerja.

Pasalnya di masa lalu, selain tidak mudah mencari atau menemukan lowongan kerja dengan cepat, berkas lamaran kerja yang diajukan ke banyak tempat sering kali tidak diketahui nasibnya.

Sebab jarang sekali ada respons balik untuk mengetahui ke mana jejak dari berkas lamaran kerja yang diajukan. Bila ada respon balik berupa panggilan interview atau tes pun kerap datang terlambat. Maklum panggilan interview atau tes di masanya masih memakai pos surat. 

Makanya bagi para pemilik berkas lamaran yang saat itu tidak diketahui rimbanya, terbangun narasi bahwa berkas lamaran kerja yang masuk ke HRD hanya akan ditumpuk tanpa dilihat sekilas pun lalu dibuang ke tempat sampah atau dijual sebagai kertas bekas untuk pembungkus gorengan. 

Sebuah narasi negatif yang umum terjadi dan ditujukan pada HRD-HRD perusahaan tempo dulu, kritik tanpa bukti yang mengarah pada lemahnya kinerja HRD di berbagai perusahaan pada masa-masa itu.  

Narasi negatif tersebut juga merujuk pada informasi bahwa HRD tempo dulu akan mengutamakan para pelamar yang memiliki referensi, atau koneksi orang dalam (ordal). 

Bahkan lebih ekstrem, iklan-iklan lowongan yang telah dipasang di berbagai media cetak, selebaran atau poster oleh HRD, hanya cara atau formalitas agar HRD terlihat kerja dan supaya orang tahu bahwa perusahaannya ramah pengangguran dengan menebarkan banyak posisi lowongan kerja bagi orang-orang yang mengalami dilema pengangguran.  

Tapi mari kesampingan narasi negatif pada kinerja HRD, yang kebenarannya barangkali cuma sekian persen. Fokus saja pada dampak positif di masa kini. Bahwa olok-olok lamaran adalah salah satu bukti HRD kerja. Bukti bahwa HRD sungguh memerhatikan lamaran kerja para pelamar secara detail dan serius dalam merekrut karyawan untuk kebutuhan SDM bagi perusahaannya.    

Jadi, jangan anggap lamaran kerja yang diunggah oleh HRD di media sosial sebagai olok-olok, melainkan kritik sekaligus koreksi atas kekurangan yang menjadi petunjuk penting untuk mengubah cara membuat CV dan surat pengantar kerja menjadi jauh lebih baik dan diminati HRD. 

Oleh karenanya, daripada merespons kembali HRD yang bermaksud membangun jiwa petarung pada pelamar kerja dengan komentar buruk, lebih baik koreksi diri, pelajari di mana letak kesalahannya dan segera mulai serius bikin CV. Tetapi bagaimana cara serius membuat CV? 

Pertama pahami dulu antara surat lamaran kerja (surat pengantar lamaran kerja) atau sebut saja resume, dan CV (curiculum vitae) yang merupakan lampiran wajib pada setiap berkas lamaran yang diajukan. 

Isi CV sesungguhnya tidak akan banyak berubah sebab selalu terdiri dari ringkasan kehidupan seseorang yang biasanya berupa identitas diri, riwayat pendidikan, aktivitas keorganisasian, prestasi yang pernah diraih dan riwayat pekerjaan. 

Artinya, setiap orang tidak mungkin bisa membuat CV yang tidak sesuai dengan riwayat hidupnya demi mendapatkan posisi pekerjaan yang tidak cocok dengan kapasitas kemampuannya. Membuat CV memang harus fleksibel agar mampu menarik perhatian, tapi bukan dengan cara mengarang data.

Fleksibilitas CV yang dimaksud tentu merujuk pada tata letak atau susunan tulisan (ketikan), format, tampilan foto yang digunakan, warna, latar belakang halaman CV, besar kecil huruf dan tanda baca dan segala hal yang terkait dengan estetika formal penulisan tanpa mengubah bagian-bagian dari isi CV sehingga tidak berkesesuaian dengan riwayat hidup yang sebenarnya.

Kemudian untuk membuat resume (surat pengantar kerja) yang perlu diperhatikan adalah gaya bahasa dan penulisan, susunan penulisan, format tulisan, etika bahasa, isi tulisan yang sesuai dengan posisi lowongan yang dituju dengan CV, deskripsi singkat terkait kelebihan yang dimiliki tanpa berlebihan, semangat atau motivasi yang menunjukkan antusiasme untuk bekerja dan berkarya di dalam perusahaan yang dituju serta menghindari isi resume yang konteksnya bertentangan dengan CV.

Perlu dipahami bahwa resume permohonan kerja atau surat pengantar kerja adalah ringkasan atau rangkuman pengajuan permohonan kerja seorang pelamar kepada perusahaan yang dituju dengan mengambil bagian yang penting saja. 

Resume permohonan kerja merupakan bagian inti atau pokok informasi dari permohonan kerja yang menggambarkan pilihan posisi kerja yang diinginkan, semangat dan antusiasme pelamar kerja pada posisi dan perusahaan yang dituju untuk bisa diterima, yang secara psikologis akan mampu dibaca oleh penerima kerja dalam hal ini HRD.     

Pada akhirnya, berkas lamaran yang terdiri dari resume, CV, ijazah, sertifikat, portofolio atau berkas pelengkap lainnya yang diajukan untuk melamar pekerjaan adalah berkas lamaran yang isinya harus menunjukkan keseriusan seorang pelamar kerja dalam upayanya mendapatkan posisi pekerjaan yang menjadi targetnya. 

Keseriusan isi berkas lamaran juga harus menunjukkan semangat, motivasi, antusiasme dan mampu menggambarkan diri kita (pelamar kerja) sebagai orang yang enerjik, adaptif, pantang menyerah dan masuk kategori pemenuhan kriteria pegawai yang sedang dibutuhkan oleh HRD. Sehingga membuat HRD tertarik dan tidak akan berpaling ke kandidat (berkas lamaran pekerja) yang lain.  

Terakhir, tunjukkan pula segenap daya dan kemampuan secara tertulis bahwa diri kita adalah kandidat yang pantas dan tepat untuk bergabung, bekerja dan berkarya serta berpotensi besar akan menjadi karyawan yang ikut memberikan kontribusi dalam membangun dan memajukan perusahaan. Jadi tunggu apalagi? Ayo serius bikin CV!       

   

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun