Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Disposal Disorder: Gangguan Mental atau Perilaku Boros?

18 Februari 2025   15:29 Diperbarui: 18 Februari 2025   15:29 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Kompasianer, Gaganawati Stegmann/1383862653675391516/Kompasian.com

Sudah banyak penelitian, tulisan, konten yang membahas tentang hoarding disorder, yaitu gangguan mental yang membuat seseorang gemar menimbun barang. Gangguan yang ditandai dengan kesulitan membuang atau berpisah dari barang-barang, terlepas dari nilai sebenarnya. 

Penderita gangguan ini memiliki keinginan yang kuat untuk menyimpan barang-barang dan sebaliknya, merasa tertekan ketika ada barang-barang yang hendak dibuang.

Menyimpan barang-barang karena gangguan mental tentu saja berbeda dengan mengoleksi barang. Selain karena hobi, seorang kolektor menyimpan barang-barangnya dengan teratur dan rapi serta menjaga kebersihannya lantaran memiliki nilai seni, filosofi, ekonomi hingga aktualisasi diri, kebanggaan dan kehormatan. 

Sementara penderita hoarding disorder cenderung menyimpan barang-barang dengan berantakan, tak berguna, kotor dan sampah sehingga tidak memiliki nilai apa pun. Bukan mendatangkan kebanggaan tetapi malah berpotensi mendatangkan hama pengerat, serangga, bau, hingga penyakit fisik bahkan kematian. 

American Psychiatric Association (APA) mengakui hoarding disorder sebagai diagnosis tersendiri dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) pada tahun 2013. Sebelumnya, gangguan ini dianggap sebagai gejala dari gangguan obsesif-kompulsif (OCD).

Tetapi, pernahkah Anda menemukan gejala-gejala sebaliknya, yakni gejala yang membuat seseorang mudah sekali membuang barang bahkan termasuk barang-barang yang masih digunakan, barang-barang yang masih memiliki nilai kemanfaatan, seni dan estetik bagi sebuah ruang hingga barang yang masih bernilai ekonomi tinggi. 

Barangkali untuk seseorang yang dengan sengaja membuang barang-barang yang masih memiliki nilai manfaat dan berbagai nilai lainnya termasuk nilai ekonomi dan membuangnya tanpa alasan yang jelas, eksistensinya masih terbilang jarang dan sulit dibedakan, apakah termasuk gangguan mental atau berperilaku boros?  

Namun gangguan membuang barang-barang yang bisa terkategori pada gangguan mental tentu harus mempunyai indikasi dengan ciri antara lain; keinginan yang kuat membuang barang-barang yang masih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi didorong oleh kecemasan bahwa barang-barang yang dibuang adalah barang-barang yang tidak higienis, sumber penyakit, pembawa sial atau ketidakberuntungan, kutukan atau keharusan mengganti dengan yang baru hanya karena memiliki harta berlimpah dan alasan bosan sehingga dalam sekejap dapat dilakukan.  

Pernahkah Anda bertemu dengan orang-orang yang ketika suatu benda apa pun miliknya terjatuh lalu benda tersebut menyentuh tanah, sampah atau terkontaminasi sesuatu yang dianggap kotoran yang di dalamnya terkandung kuman, benda tersebut langsung dibuang. 

Atau jika benda miliknya tersentuh oleh orang-orang yang dianggap tidak steril atau sehat, benda yang tersentuh tersebut juga langsung dibuang. Bagi orang-orang seperti ini, mencuci bersih barang yang terjatuh atau tersentuh orang lain, tidak akan menghapus ketidakhigienisan yang telah terkandung di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun