Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Segera Umbar Konflik ke Media Sosial! Ini Alasannya

30 Oktober 2023   23:34 Diperbarui: 30 Oktober 2023   23:39 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Konflik (Photo on Freefik/Liputan6.com) 

Tantangan hari-hari kita ke depan bukan sekadar tentang pentingnya etika dalam penggunaan transportasi terkait konflik di transportasi umum yang sedang marak terjadi. Sebab beretika sudah sepatutnya diterapkan di manapun, kapanpun dan dalam aktivitas apapun. 

Konflik adalah bagian dari kehidupan sosial yang tak bisa dibantah kehadirannya. Etika memang sangat penting dan berguna dalam mencegah dan meminimalisir terjadinya konflik. Tetapi kita tidak bisa berharap bahwa semua orang akan berkenan atau mampu menerapkan etika. 

Kita harus menyadari bahwa orang-orang yang mempunyai sifat temperamental, perilaku agresif, sumbu pendek (mudah tersulut) atau orang-orang yang dalam kondisi emosi labil tidak bisa diharapkan untuk memiliki kesadaran atau kemampuan mengaktivasi tombol etikanya.  

Maka ketika konflik di transportasi umum atau tempat-tempat umum terjadi, yang perlu diupayakan adalah cara menyikapinya, merespon dan bagaimana menyelesaikannya dengan bijaksana saat itu juga sehingga tidak menimbulkan konflik baru, berkelanjutan atau malah masuk ke jalur hukum. 

Sisi lain yang perlu diperhatikan dan dipahami agar sebuah konflik bisa diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan konflik baru, berkelanjutan atau masuk jalur hukum adalah jangan segera mengumbar konflik ke media sosial! Pemberitahun tersebut ditujukan untuk semua, baik pihak yang berkonflik maupun orang-orang yang menyaksikan konflik. 

Berikut alasan mengapa jangan segera mengumbar konflik di transformasi umum (tempat umum) ke media sosial:

1. Akar masalah terjadinya konflik belum diketahui dengan pasti sehingga siapa salah dan siapa benar belum bisa diukur hanya dengan apa yang dilihat, dibaca atau didengar saja. Informasi sebuah konflik yang diungkap ke media sosial bisa jadi baru dari satu sudut pandang saja.

2. Kekeliruan menilai siapa yang salah dan siapa yang benar bisa menimbulkan konflik baru dan berkelanjutan. 

3. Konflik yang diumbar ke media sosial biasanya suka menimbulkan kegaduhan, pro dan kontra, menciptakan kubu pembela dan pencela, dan kadang memunculkan perburuan terhadap akun seseorang yang dianggap bersalah dalam konflik. Padahal kembali ke poin pertama tadi, siapa salah dan siapa benar belum dapat diketahui secara pasti.

4. Kubu pembela dan pencela yang tercipta kadang menjadi konflik baru dan berkelanjutan sampai fakta konflik yang terjadi sebenarnya menjadi bias. Bahkan tidak jarang menimbulkan perisakan atau perundungan dari warganet kepada salah satu pelaku konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun