Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aktivasi Nalar Kritis: Cara Ampuh Menangkal Penipuan Digital

27 Juli 2023   17:07 Diperbarui: 27 Juli 2023   17:18 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Internet ibarat pisau bermata dua. Selain berfungsi sebagai sumber informasi dan komunikasi secara mudah dan cepat, juga membawa dampak negatif bagi para penggunanya. Dari sekian banyak dampak negatif yang bisa ditimbulkan olehnya, internet menjadi tempat paling aman dan nyaman bagi manusia-manusia serigala berbulu domba. Yakni manusia-manusia yang memiliki potensi negatif yang sangat mungkin menjadi sumber dari dampak negatif yang muncul.  

Manusia-manusia serigala berbulu domba ini adalah manusia-manusia cerlik (cerdas, licik, tengik) yang mampu mengolah sistem software, aplikasi, informasi dan komunikasi dengan cara memanipulasi mekanisme, konteks, visualisasi, konten dan/atau segala jenis postingan sehingga memiliki daya tarik yang mampu memengaruhi panca indera setiap orang untuk mengikuti apa yang ditampilkan atau disajikan di berbagai platform media digital.

Tampilan dan sajian di berbagai platform media digital yang ditujukan untuk memengaruhi panca indera setiap orang selanjutnya kita kenal dengan istilah scam atau phising. Kedua istilah yang kemudian dapat direpresentasikan ke dalam beraneka jenis penipuan digital yang patut ditangkal oleh para pengguna media digital. Tapi bagaimana cara kerja penipuan digital?

Cara kerja penipuan digital sebenarnya sederhana, sebab sehebat dan secanggih apapun cara, media dan alat yang digunakan, targetnya adalah berusaha memengaruhi akalbudi lewat panca indera calon korbannya. Berupaya mengganggu dan merusak sistem berpikir logis dan sistematis calon korban sehingga kemampuan calon korban dalam mengambil keputusan maupun menyelesaikan masalah menjadi non aktif atau kacau.

Penyerangan terlebih dulu dilakukan lewat panca indera melalui manipulasi data, konten, visualisasi audio-video, gambar, tulisan atau lainnya. Serangan itu lalu mengganggu penglihatan, pendengaran, perasaan, kepekaan, penciuman dan mulai memengaruhi cara berpikir korban. Lalu pengaruh tersebut masuk jauh lebih dalam dan membuat sistem akalbudi calon korbannya bergejolak di antara dua pilihan iya atau tidak, terima atau tolak, tetap tinggal atau pergi dan pilihan di antara dua pilihan sulit lainnya. 

Akhirnya, serangan manipulatif itu secara perlahan menghalangi atau menutup nalar kritis korban. Maka apabila sistem berpikir logis dan sistematis calon korban sudah terhalang atau tertutup, dapat dipastikan sang serigala berbulu domba telah berhasil menjadikan calon korbannya seperti kerbau dicocok hidungnya. Calon korban akan menurut saja dan melakukuan apapun permintaan sang serigala. Demikianlah, penipuan digital pun berhasil dilakukan. Lantas apa yang bisa dilakukan untuk menangkal penipuan digital ini?

Jawabnya harus waspada penipuan digital. Tetapi waspada saja tidak cukup. Sikap waspada harus diiringi dengan tindakan atau aksi yang bisa menangkal segala jenis penipuan digital yang disajikan oleh serigala berbulu domba dengan beragam manipulasi yang dibuatnya. Cara ampuh untuk menangkal penipuan digital juga sederhana, yaitu dengan mengaktivasi nalar kritis. Selalu mengkondisikan nalar kritis yang kita miliki dalam keadaan aktif. Apa yang bisa diperbuat oleh nalar kritis yang aktif?

Nalar kritis adalah kemampuan cara berpikir secara logis dan sistematis dalam mengambil suatu keputusan maupun menyelesaikan masalah tertentu yang dimiliki oleh seseorang. Dengan kemampuan ini cara berpikir seseorang untuk mengambil suatu keputusan maupun menyelesaikan masalah senantiasa dalam kelogisan yang sistematis. 

Kondisi logis sistematis ini merupakan suatu keadaan cara berpikir seseorang yang sangat sulit untuk bisa dipengaruhi oleh karena akalbudi dan panca inderanya dalam situasi kepekaan yang maksimal untuk bisa menentukan keputusan yang positif, baik dan benar.

    

        

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun