Magelang, kota kecil dengan kekayaan budaya yang luar biasa, memiliki berbagai tradisi unik yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu tradisi yang tetap lestari hingga kini adalah Prepegan, kebiasaan masyarakat Magelang dalam menyiapkan segala keperluan menjelang Hari Raya Idul fitri. Tradisi ini bukan hanya sekadar rutinitas tahunan, tetapi juga memiliki nilai sosial dan budaya yang mendalam.
Prepegan berasal dari kata "prepeg", yang dalam bahasa Jawa berarti 'persiapan' atau 'menyiapkan sesuatu dengan matang'. Tradisi ini biasanya berlangsung dalam dua hari terakhir sebelum Idul fitri. Di mana masyarakat Magelang berbondong-bondong ke pasar dan pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan hari raya, mulai dari bahan makanan, pakaian baru, hingga perlengkapan ibadah. Tak asing jika malam di mana takbir berkumandang, pusat perbelanjaan masih buka hingga pukul 00.00. Tak jarang pula toko mebeuler terlihat sangat sibuk. Mengantar segala keperluan kepada pelanggan, seperti meja kursi set, almari, dan lainnya.
Pun begitu, Prepegan tidak hanya tentang berbelanja, tetapi juga melibatkan berbagai aktivitas khas yang menjadi bagian dari persiapan Lebaran. Di antaranya; Berbelanja di Pasar Tradisional. Meskipun prepegan terjadi dua hari menjelang Idul Fitri, namun bahkan biasanya pasar sudah ramai sejak seminggu sebelumnya. Pasar-pasar di Magelang, seperti Pasar Rejowinangun, Pasar Muntilan, Pasar Grabag, dan Pasar Secang, menjadi pusat aktivitas utama saat Prepegan. Pasar-pasar tradisional lainnya pun penuh sesak. Masyarakat membeli berbagai kebutuhan seperti daging, sayuran, bumbu dapur, dan bahan untuk membuat kue Lebaran.
Kesibukan Masyarakat nyata terlihat. Setelah belanja, keluarga mulai memasak makanan khas lebaran. Seperti opor ayam, rendang, sambal goreng ati, dan ketupat. Aktivitas ini biasanya dilakukan bersama-sama sebagai bentuk kebersamaan keluarga. Nampak pada malam idul fitri, makanan sudah siap terhidang untuk dimakan pada buka puasa hari terakhir.
Meskipun disibukkan dengan aktivitas belanja dan memasak, membersihkan dan menata rumah menjelang lebaran menjadi aktivitas yang tidak boleh ditinggalkan. Rumah-rumah dibersihkan dan ditata ulang agar tampak lebih rapi dan nyaman untuk menyambut tamu yang akan datang saat hari raya. Selain dibersihkan, biasanya Masyarakat membeli furniture baru membuat rumah semakin terlihat semarak.
Hal yang mungkin berbeda dengan daerah lain atau bisa jadi sama adalah membagikan kue lebaran. Biasanya Masyarakat membagikan kue tersebut kepada kerabat dekat yang lebih tua. Baik itu keluarga maupun teman di tempat kerja yang dirasa menjadi sesepuh. Mereka biasanya membuat sendiri kue khas seperti nastar, kastengel, dan putri salju yang nantinya disajikan untuk tamu. Namun zaman sekarang, membeli atau pesan menjadi pilihan, dirasa lebih efektif dalam penyediaannya.
Ada makna di balik aksi berbagi kue oleh Masyarakat. Tidak hanya saling memberi dan berkirim makanan, namun menjadi ajang untuk bersilaturahmi. Juga menjadi momen bagi masyarakat untuk berbagi, baik dengan memberikan sedekah kepada yang membutuhkan maupun dengan menyiapkan bingkisan Lebaran bagi sanak saudara.
Prepegan nyatanya memiliki dampak sosial dan ekonomi. Prepegan tidak hanya menjadi tradisi yang mempererat hubungan kekeluargaan, tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang besar. Aktivitas belanja yang meningkat menjelang Lebaran memberikan keuntungan bagi para pedagang pasar, usaha kecil, serta sektor kuliner dan jasa. Tradisi ini turut menghidupkan perekonomian lokal dan menjadi ajang bagi masyarakat untuk mendukung usaha kecil menengah (UKM). Bisa disaksikan, pengusaha penyedia keperluan lebaran berkali-kali mengisi ulang semua dagangannya. Pada saat itulah mereka menikmati hasilnya berlipat-lipat. Mereka memanfaatkan moment tersebut untuk membeli keperluan lainnya seperti mebeuler dan keperluan rumah lainnya.
Prepegan menjadi suatu tradisi khas Magelang yang menggambarkan semangat kebersamaan dan gotong royong dalam menyambut Hari Raya Idul fitri. Dengan berbagai kegiatan seperti berbelanja, memasak, dan berbagi dengan sesama, Prepegan tidak hanya sekadar persiapan fisik, tetapi juga menjadi bagian dari warisan budaya yang memperkuat nilai-nilai sosial di masyarakat. Tradisi ini menjadi salah satu kekayaan budaya yang patut dijaga agar tetap lestari di tengah modernisasi yang terus berkembang.
Â