Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jejak Digital Medsos yang Kejam

4 April 2018   05:40 Diperbarui: 5 April 2018   03:38 3900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (thinkstock photo)

Sedangkan medsos adalah ranah publik yang sebaiknya tidak dijadikan ajang curahan hati. Tersebab, dengan curhat pengguna seperti menelanjangi diri sendiri. 

Bisa jadi membuka aib diri dan keluarga. Hal ini juga bisa menyebabkan kejahatan yang bersumber dari curhat. Misal curhat tentang keberadaannya saat itu, justru akan dimanfaatkan orang jahat terhadap dirinya. Sungguh akibatnya sangat fatal.

2. Isue SARA
Jangan sekali-kali mengunggah konten di medsos yang memicu konflik karena isue SARA. Karena isue ini mudah sekali 'digoreng'. Apalagi di Indonesia yang notabene memiliki suku yang banyak dan terdiri dari berbagai agama. Bagi yang merasa mayoritas bisa merasa dihina yang minoritas merasa dipinggirkan. Untuk itulah konten SARA tidak dianjurkan diunggah di medsos apapun.

3. Merendahkan orang lain
Pengguna medsos kadang-kadang tidak menyadari bahwa kalimat-kalimatnya terbilang merendahkan orang lain. Setelah menuai banyak protes baru sadar dan akhirnya minta maaf. Hal ini tentu menjadi satu hal layaknya 'nasi telah menjadi bubur'. Saat sudah menyebar tak bisa ditarik kembali. Meskipun telah dihapus, jejaknya sudah terekam pengguna lainnya. Konten positif, sekali lagi menjadi pilihan yang lebih baik.

4. Unggah foto tak berperikemanusiaan
Masyarakat pengguna medsos tentu harus banyak belajar dengan apa yang diunggah di medsos. Jangan karena alasan ingin viral dan terkenal mengesampingkan perikemanusiaan. Bisa dibayangkan saat foto korban kecelakaan, foto mayat, foto pelaku kejahatan diunggah begitu saja tanpa sensor. 

Dampaknya keluarga bisa tidak terima, membuat resah masyarakat, mempermalukan orang lain, menjadi kejahatan visual karena tanpa 'tedheng aling-aling' apa adanya. Penggunaan medsos seharusnya tetap memegang perikemanusiaan, meskipun di jaman teknologi harus tetap menggunakan hati dan perasaan. Kita kembalikan pada diri sendiri, jika itu dialami oleh kita sendiri rasanya seperti apa, tentu tak mau bukan?


Untuk itulah sebaiknya pengguna  medsos berhati-hati. Selalu menyeleksi konten yang dibaca. Sebelum komentar dan mengunggah kembali, pastikan konten tersebut, pertama, mencantumkan sumber yang jelas. Dari mana sumber bacaan dan rujukannya. Siapa pemilik akunnya, apakah bisa dipercaya atau sekadar akun abal-abal yang ingin menyebarkan berita dan informasi hoax.

Kedua, tidak merepost informasi yang belum jelas. Hal ini sering terjadi di medsos. Informasi sudah viral dibagikan jutaan orang, ternyata berita hoax yang tidak benar. Jadi berpikir seribu kali sebelum unggah kembali. Karena salah-salah justru semakin banyak orang teracuni. 

Ketiga, gunakan medsos untuk mengembangkan diri. Misalnya dengan bermedsos berkomunikasi dengan sesama orang dengan hobi yang sama sehingga mampu mengembangkan diri. Mencari portal-portal informasi yang bagus sehingga akan meningkatkan pendidikan, pengetahuan, dan karir seseorang. Sehingga medsos benar-benar dapat dimaksimalkan dengan baik.

Keempat, medsos digunakan untuk meningkatkan produktivitas. Saat ini marak di medsos jualan online, jika dimanfaatkan dengan baik akan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Meskipun tetap harus hati-hati dengan modus penipuan yang bertebaran. Lain lagi bagi penulis baik fiksi maupun non-fiksi. Dengan medsos bisa meningkatkan produktivitas menulisnya. Bahkan dapat mengambil keuntungan berupa materi dengan menggunakan medsos.

Nah, lebih baik bermedsos dengan bijak dari pada dianiaya kekejaman bermedsos bukan?

-Ummi Azzura Wijana-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun