Mohon tunggu...
Sumarti Saelan
Sumarti Saelan Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ketua KEB Hobi Membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Istimewakan tapi Kenali Jenis Potongan Daging Sapi

30 Juni 2016   23:29 Diperbarui: 1 Juli 2016   08:21 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi Kompasianer bersama Kemendag Bapak Thomas Lembong dipandu Mbak Livi (dok.Pribadi)

Kenali bagian potonga dagig sapi, yang tiap bagian potongan memiliki harga yang berbeda. Pilih sesuai kemamuan dan rencana pengolahan jenis masakan
Kenali bagian potonga dagig sapi, yang tiap bagian potongan memiliki harga yang berbeda. Pilih sesuai kemamuan dan rencana pengolahan jenis masakan
Saya setuju dengan hal ini, keluarga besar di kampung memang cenderung berprinsip demikian. Beli sapi untuk tabungan. Yang mana saat menjelang lebaran Idul Fitri dan Lebaran Haji saat harga tinggi, sapi akan mereka jual. Diungkapkan oleh Bapak Thomas Lembong, ke depan Kemendag ingin memberikan edukasi tentang menabung uang saja pada peternak sapi.

Saran saya, sekalian diajarkan investasi lain-lainnya Pak, bekerjasama dengan berbagai instansi terkait. Mulai logam mulia, reksadana, tabungan berjangka dan lain-lain :D

  • Sedangkan untuk swasembada sendiri, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Karena  investasi dan biaya yang diperlukan  tidak sedikit untuk memulai Industri peternakan sapi untuk pengadaan daging di pasaran. Padahal banyak lahan terbuka di Indonesia yang sangat memadai untuk ternak sapi. Dari kondisi iklim, yang menunjang pertumbuhan rumput untuk pakan lebih baik. Rumah pemotongan yag memadai dan pembibitan yang mumpuni.
  • Tapi kembali lagi, modal yang tidak sedikit membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mulai membangun industri peternakan sapi. Mari optimis dan dukung pemerintah agar 5 hingga 10 tahun ke depan semua terwujud :D
  • Harga daging sapi di Indonesia tergolong tinggi dibanding negara-negara tetangga seperti Malaysia. Hal ini tak lepas dari alam geografis Indonesia yang mempengaruhi alur distribusi menjadi panjang dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sehingga berpengaruh pada harga pasaran sampai ke konsumen.
  • Antara saya dan kisah daging sapi yang seksi

Dan dari semua diskusi di #Nagkring kali ini, menurut saya memang lagi-lagi kita tidak bisa selalu menunjuk pemerintah sebagai pelaku utama yang sering dianggap kurang siap dalam menanggulangi kondisi ini hingga akhirnya terus terulang setiap tahun kondisi serupa. Tapi harus menyadari juga bagaimana kondisi masyarakat Indonesia yang mayoritas masih selalu berpegang pada tradisi untuk masak enak, istimewa dan berbeda setiap saat puasa dan lebaran.

Kumpul keluarga besar, bahkan yang merantau jauh juga pulang terkadang mendorong satu keluarga untuk mengistimewakan kondisi. Membuat masakan istimewa yang berbeda dari hari-hari biasa adalah salah satu hal yang dianggap sangat istimewa dan terbaik yang biasanya dilakukan saat puasa dan lebaran.

Harga daging yang masih dianggap tergolong mahal oleh sebagian masyarakat, baik dalam kondisi mentah maupun matang akhirnya menjadikan daging sapi masuk golongan masakan istimewa dan terkadang hanya disajikan dalam kondisi dan perayaan khusus.

Namun untuk saya pribadi dan keluarga, baik keluarga saya sendiri maupun suami sudah lama meniggalkan tradisi ini.  Kami tidak begitu terpengaruh dengan keadaan harga daging yang naik. Suami dan kekuarga besarnya bukan penyuka daging, mereka hanya mengkonsumsi daging sapi dalam bentuk olahan berkelanjutan seperti bakso.

Kalau lebaran, keluarga besar suami lebih suka memasak ayam kampung yang dibeli dilingkungan tetangga sendiri. Berdasarkan info yang banyak saya baca justru ini lebih sehat.

Saya pribadi sudah sejak lama membatasi seminim mungkin konsumsi daging sapi semua bagian potonga. Baik daging primary cut yang paling mahal maupun jeroan yang paling murah, benar-benar sudah sangat jarang saya konsumsi. Banyaknya artikel kesehatan yang menjelaskan dampak kurang baik untuk kesehatan bagi orang berusia di atas 30 tahun, dan jujur ini mempengaruhi pola konsumsi saya terhadap daging sapi. Membuat saya akhirnya benar-benar jarang mengkonsumsi olahan daging. Termasuk saat acara Nangkring saya juga tidak tertarik untuk mencicipi.

Begitu juga saat berlebaran di keluarga besar saya, meski masih tetap menyiapkan masakan istimewa, kami sudah mulai terbiasa dengan membuat beragam alternatif masakan yang berbahan baku non daging sapi.

Sedikit tips untuk terhindar dari panik harga daging sapi ala saya :

  • Tidak mengubah drastis kebiasaan dan menu makan saat puasa dengan hari biasa. Saya yang hari biasa tidak setiap hari masak, selang seling dengan beli di langganan yang sudah cukup saya kenal  dan tahu cara memasaknya bersih dan sehat tanpa MSG, tetap melakukan hal yang sama.
  • Tidak serta merta memborong daging dan sebagainya. Apalagi dalam jumlah yang nggak kira-kira untuk stok. Yang setelah berhari-hari diangetin terus justru semakin membuat selera makan menurun, karena warna dan rasa telah berubah.
  • Untuk pemenuhan gizi seimbang keluarga, protein juga bisa didapat dari seafood, dan jenis makanan lain. Jadi bisa dikombine.
  • Bagi yang sangat suka olahan daging, kalau kalian bisa terbuka dan menerima saran dari pemerintah untuk mulai menyukai dan beli daging beku, maka berati kalian juga harus terbiasa membuka pikiran dan inspirasi memasak dengan melakukan eksperimen olahan daging.
  • Seperti kalau mengolah bakso, daging dicampur daging ayam atau daging ikan laut, ikan tenggiri misalnya. Saya sering melakukan ini, di era serba digital yang mana banyak inspirasi dan contekan resep di internet bisa kita dapat dengan mudah.

Alasan “Ibuku (atau keluarga ku) terbiasa dengan resep baku turunan keluarga” menurut saya alasan yang terlalu maistream. Karena mayoritas orang tua sekarang juga open kok dengan perkenalan inovasi memasak ala mama muda masa kini, karena soal makan saat puasa dan lebaran, yang terpenting bagi mayoritas orang tua  adalah kebersamaan dan kekhusukan ibadah. Jadi mau eksperimen masakan juga oke-oke saja. yang penting saat menikmati, bersama-sama.

  • Mulai berfikir untuk tidak megistimewakan daging, karena sekarang semua makanan bisa diinovasi kok. Contohnya Rendang, sekarang tidak hanya daging sapi yang bisa dibuat rendang. Tapi ayam kampung, bebek, sampai jengkol hingga jamur pun sangat uenak dibuat rendang. Rendag jegkol itu menyerupai daging loh rasanya :D
  • Tidak terlalu mengistimewakan daging bisa juga dengan mengganti menu. Kalau yang pernah tinggal di Kalimantan tentu tahu bahwa masakan khas di sana ada ketupat atau lontong yang ikannya menggunakan ikan gabus bumbu merah. Jauh lebih nikmat dan sehat. Karena ikan gabus adalah ikan sungai, yang bahkan karena kandungan gizinya yang baik oleh dokter sering dianjurkan dikonsumsi rutin oleh Ibu melahirkan melalui operasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun