"Cinta seperti pisau bermata dua. Disatu sisi ia begitu melegakan, namun disisi lain begitu menyakitkan. Disatu waktu, ia mengobati, namun diwaktu yang lain, ia melukai. Cinta selalu datang  dalam dua sisi yang berlawanan, berputar bagai pusaran angin tanpa tahu kapan ia akan berhenti".
Perjalanan Tya sore itu di temani gerimis, handphone yang ia taruh dalam tas kecilnya bergertar pertanda ada panggilan masuk, namun Tya tak menghiraukannya. Ia pikir gerimis begini sekalian bukanya jika sudah sampai di rumah. Apalagi hari juga semakin gelab, Tya ingin sebelum maghrib harus sudah sampai di rumah.
Benar adanya setelah sampai rumah tiga kali panggilan Wathshap di ikuti dengan pesan chat. Tya lihat nomor yang memanggil tidak berada di kotak penyimpanan Tya belum mengenalnya. Tya bersihkan  badan, setelah meletakkan belanjaan dan juga bawaan yang ia beli tadi. Segera Tya mandi dan tak berselang lama adzan pun berkumandang. Tya tuniakan salat maghrib dan membaca Al-Quran beberapa lembar. Baru kemudian tya kembali buka handphone.
"Kenapa tidak di angkat? Kamu takut ya?, chat pertama yang Tya buka karena nomor belum di kenal dan saat itu berada di paling atas di antara chat yang masuk. Tya pun segera salam dan bertanya.
"Assalamu'alaikum, ini siapa ya ?,maaf tadi saya di perjalanan. jawab Tya dengan mengernyitkan kening penasaran siapa yang chat.
"Wa'alaikum salam, saya Reyna, istrinya Deni, kamu kenal kan? Apa yang kau mau?, jawaban dan juga pertanyaan yang bertubi-tubi. Kelihatan dengan nada sedikit tinggi.
Ingatan Tya kembali ke teman lamanya. Segera Tya mebalas chat itu.
" Ya mbk, saya kenal, saya temanya saat SMP, kami hanya bertanya kabar. Maaf mbk, jika kurang berkenan". Jawabku dengan permintaan maaf.
"Saya hanya pastikan, apa sebenarnya yang kamu mau? Jika kamu mau silahkan datang saja kesini !" pintanya. Jelas sekali jika Reyna sedang sedikit emosi, karena setelah chat itu Reyna tidak lagi membalas chat Tya.
Tya jelaskan semuanya dan sepertinya Reyna belum bisa menerima jika sore itu Tya menghubungi Deni sahabatnya waktu SMP dulu, hanya sebatas tanya kabar. Tya berusaha untuk berbaik sangka dan berdoa untuk kebaikan bagi keluarga Deni.
Deni dan Tya sahabat waktu SMP dulu dan mereka pernah ada rasa. Rasa yang bisa dirasakan oleh semua orang, ya bisa di bilang cinta monyet. Pada jamanya Deni hanya bertitip salam untuk Tya yang saat itu memang berbeda sekolah. Tidak ada cerita yang berlebih.