Investor yang sesuai dengan masyarakat sepakbola Kabupaten Sleman juga bisa ditafsirkan sosok yang berasal dari Sleman atau Yogyakarta, diterima suporter atau yang benar-benar orang bisnis dan mengerti sepakbola.
Urgensinya investor ini tak bisa dibantah, karena dalam perjalanan musim kompetisi 2019 saja terlihat sempoyongannya PT PSS mengelola tim. Tentunya bicara soal tim tak semata tim senior yang ditangani Seto, tapi juga menyangkut banyak pihak seperti Akademi PSS (ofisial dan para pemain U16,U18 dan U18) serta karyawan PT PSS.
Sering luput, bahkan tidak pernah, dikemukakan masalah karyawan yang sering telat menerima gaji. Lain soal jika pemain terlambat gajian, pasti jadi headline di banyak media. Padahal semuanya saling terkait dan membutuhkan.
Di sinilah kehadiran investor baru yang mengerti bisnis dan dinamika sepakbola dibutuhkan. Tak sekedar pengusaha yang menghitung laba rugi, saklek. Dinamika dalam mengurus sepakbola itu tak sama dengan mengurus mall, hotel atau properti lainnya.
Investor yang juga menyehatkan manajemen di tubuh perusahaan, menstabilkan keuangan sehingga tak terulang praktek ketergantungan pada Muncul Grup, perusahaan milik Soekeno yang dalam prakteknya juga jadi penentu kas keluar PT PSS. Sudah saatnya PT PSS bisa mandiri dalam hal finansial, setidaknya dalam pengelolaan keuangannya sendiri.
Siapa investor baru PSS, nanti akan dibahas setelah manajemen mengumumkan usai RUPS pada 28 Januari 2020 mendatang. ***