Mohon tunggu...
Cala
Cala Mohon Tunggu... Freelancer - Titus

Penggemar komik silat, sepakbola, meski cuma sebagai penonton.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Seto Lengser, Suporter Menghentak dalam Ketergesaan

21 Januari 2020   17:42 Diperbarui: 23 Januari 2020   14:46 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Twitter.com @PSSSleman

Pertama, kekecewaan akan pergantian pelatih PSS jelas menjadi alasan utama dikeluarkannya catatan itu, dibarengi dengan reaksi keras di media sosial dan pemasangan poster.

"In Seto We Trust" jelas menunjukkan bagaimana suporter percaya penuh akan kemampuan lelaki asal Kalasan, Yogyakarta, itu untuk terus menakhodai tim Super Elang Jawa.

Suporter menyegel memberi taburan bunga kantor PT PSS (Foto: dok.Slemania)
Suporter menyegel memberi taburan bunga kantor PT PSS (Foto: dok.Slemania)
Kedua, dimunculkannya 8 tuntutan yang semuanya dinilai tidak bisa dijalankan oleh PT PSS kembali menegaskan bahwa suporter PSS bukan sekedar pendukung atau jadi pemain ke-12. Mereka sudah bertindak seperti pemegang pemilik atau pemegng saham mayoritas perusahaan. Tak salah memang adanya rasa memiliki terhadap klub, tapi harus pada garis atau batas tertentu.

Apakah semua tuntutan itu belum dijalankan oleh PT PSS? Akademi, misalnya, sudah dibentuk dan tiga tim kelompok umur ikut berkompetisi di masing-masing kelompok usia. Ada hal-hal yang dirasakan kurang, wajar saja. Apalagi mengingat gagapnya PT PSS saat mengawali pijakan kakinya di Liga 1. Modal satu musim kompetisi yang bisa mencapai lima kali lipat dibanding saat Liga 2. Ditambah lagi tumpulnya divisi marketing yang hanya mampu menarik sedikit sponsor.

Apakah BCS tidak mengetahui kegagapan itu? Saya yakin mereka tahu. Bukankah mereka juga punya anggota yang turut di dalam manajemen?

Jadi, jika berbicara soal isi tuntutan, seperti pada penyelenggaraan pertandingan yang baik, bukankah anggota BCS sendiri duduk di panitia pelaksana?.

Tak hanya BCS, Slemania pun tentu tahu kondisi yang ada di tubuh PT PSS. Dan dengan segala kekurangannya, semusim kompetisi bisa terlewati dengan hasil membanggakan, tentu patut diberi apresiasi. Dalam ketertatihan itu, sosok Soekeno tak bisa dilupakan sebagai orang yang mau memberikan talangan dana sehingga roda organisasi dan tim bisa berjalan.

Memunculkan nama-nama yang dianggap baik, juga yang lainnya tidak baik (tidak berkompeten) tentu menimbulkan pertanyaan, "Kenapa sejauh itu suporter masuk ke ranah perusahaan? Apakah ada kepentingan politik untuk memaksakan kehendak dengan masuknya orang tertentu, sebaliknya juga mendepak mereka yang dinilai tidak layak?"

Investor

Ketiga, BCS juga menginginkan adanya investor baru yang masuk ke PSS. "Selain itu, kami juga mendesak secepatnya untuk mencari investor yang sesuai dengan masyarakat sepakbola Kabupten Sleman," tulis pengumuman BCS.

Spanduk di salah satu sudut Stadion Maguwoharjo, Sleman. (Foto: Radar Jogja)
Spanduk di salah satu sudut Stadion Maguwoharjo, Sleman. (Foto: Radar Jogja)
Penyebutan investor itu tentu diarahkan pada dominasi kepemilikan saham yang digenggam Soekeno sebesar 68,3%. Di bawahnya, terpaut jauh dipegang oleh Retno Sukmawati sebesar 14,3%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun