Mohon tunggu...
Sultan Sulaiman
Sultan Sulaiman Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Buruh Negara

Huruf-huruf yang tak pernah selesai/www.daengraja.com/sulaiman.putra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mencermati Penurunan Prevalensi Narkoba di Indonesia Tahun 2023

16 Januari 2024   09:54 Diperbarui: 16 Januari 2024   10:04 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Uji Publik terkait hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) tentang Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun 2023 telah dilaksanakan. Hasil penelitian yang dipaparkan menunjukkan hasil positif. Penelitian yang melibatkan Badan Riset  dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menyasar penduduk Indonesia usia 15-64 tahun yang jumlahnya 192.937.354 jiwa. Drs. Masyuri Imron, M.A selaku pemapar menyebut penelitian prevalensi narkoba dilatari oleh maraknya penyalahgunaan narkoba yang sudah menjadi fenomena global dan memengaruhi seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Selain itu, dampak penyalahgunaan narkoba menyebabkan penurunan pada aspek kesehatan, keamanan publik, meningkatnya tingkat kejahatan, rendahnya produktivitas, dan kekacauan pada tata kelola (International  Narkotics Control Board, 2014). Hal ini berpengaruh negatif terhadap daya saing perekonomian suatu bangsa karena produktivitas menurun, utamanya di kalangan generasi muda.

Ragam upaya telah dilakukan dalam menekan laju penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Hanya saja, jumlah "pemakai" mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sehingga perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam utamanya berkaitan dengan pola penyalahgunaan narkoba. Penelitian prevalensi narkoba lebih jauh mencoba mengungkap pengaruh individu, keluarga, dan lingkungan sosial baik langsung maupun tidak terhadap perilaku berisiko penyalahgunaan narkoba.

Prevalensi penyalahgunaan narkoba 2023 setahun terakhir sebesar 1.73% atau setara dengan 3,337 juta jiwa. Angka ini mengalami penurunan dari penelitian sebelumnya yaitu 1.95% atau setara dengan 3,6 juta jiwa di tahun 2021. Sementara angka pernah pakai sebesar 2.20% atau setara 4,244 juta. Artinya, ada 173 orang dari 10.000 orang penduduk Indonesia yang menyalahgunakan narkoba dalam setahun terakhir. Sementara ada 220 orang dari 10.000 orang penduduk Indonesia (usia 15-64 tahun) yang pernah terpapar narkoba.

 Lebih lanjut, dari 10.000 orang penduduk laki-laki di Indonesia usia 15-64 tahun, terdapat 241 orang penyalahguna narkoba atau 2.41%, sedangkan perempuan ada 103 orang dari 10.000 atau 1,03%. Adapun jenis narkoba yang sering dikonsumsi adalah ganja (44,7%), sabu/xtc/ATS (22,3%), pil nipam, lexotan, valium dll (11,2%). Berdasarkan jenis kelamin dan jenis narkoba yang dikonsumsi, laki-laki sering menggunakan ganja (45%), sabu (22%), dan nipam (11,6%) sedangkan perempuan menggunakan ganja (35,6%), sabu (23,7%), dextro (19,6%). Berdasarkan kawasan dan jenis narkoba, di perkotaan jenis yang sering dikonsumsi ganja 48,3%, sabu 20% nipam 13,2%. Di  perdesaan yang sering dikonsumsi: sabu (33,5%), ganja (24,7%) trihexphenidly (16,3%).

Adapun faktor asal memperoleh narkoba antara lain berasal dari teman/pacar (84,5%), kerabat (5,6%), bandar (4,2% ), dan apotek (2,9%). Berkenaan dengan faktor cara memperoleh narkoba, ada kesamaan antara di desa dan di kota. Untuk di desa narkoba  diberi gratis (74,9%), beli sendiri (32,7%), beli bersama teman (30,4%), titip (23,1%). Sementara di  kota yaitu: diberi gratis (83,1%), beli bersama teman (34,9%), beli sendiri (26,2%), titip (19,7%).

Hal lain yang diungkap dalam penelitian ini berkaitan dengan pertama kali pakai narkoba di di desa, presentase ingin coba (66,2%), ajakan teman (64,89%), pakai narkoba karena stres (42,18%), berada di lingkungan pemakai (41,94%), bersenang-senang (37,76%), mudah diperoleh (17,78%). Sementara di kota, presentase ingin coba (77,27%), ajakan teman (71,42%), stres (10,23%), berada di lingkungan pemakai (18,76%), bersenang-senang (2 35,32%), mudah diperoleh 22,46%.

Beberapa poin kesimpulan penelitian ini mencakup beberapa hal. Pertama, secara umum angka prevalensi penyalahgunaan narkoba mengalami penurunan pada tahun 2023, dari 1.95% tahun 2021 menjadi 1,73% untuk setahun terakhir pakai. Pada kategori pernah pakai, terjadi penurunan dari 2,47% menjadi 2,20%. Penurunan juga terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Meskipun jika dibandingkan dengan tahun 2019, terjadi  kenaikan angka prevalensi pada perempuan. Kedua, penurunan angka prevalensi setahun pakai terjadi pada laki-laki dan perempuan baik di desa maupun di perkotaan, berdasarkan seluruh kelompok umur, semua jenis kegiatan utama di perdesaan dan penduduk yang memiliki kegiatan utama bekerja, dan mengurus rumah tangga dan tidak bekerja/lainnya di perkotaan. Ketiga, penurunan angka prevalensi pernah pakai terjadi pada laki-laki dan perempuan baik di desa dan perkotaan untuk semua kelompok umur di perdesaan dan kelompok umur 25-49 tahun di perkotaan, penduduk pada semua jenis kegiatan utama di perdesaan dan penduduk yang memiliki kegiatan utama bekerja di perkotaan.

Keempat, kenaikan angka prevalensi setahun pakai terjadi pada mereka yang memiliki kegiatan utama bersekolah di perkotaan. Kenaikan angka prevalensi pernah pakai terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun dan 50-64 tahun di perkotaan. Pun pada penduduk yang memiliki kegiatan utama sekolah, mengurus rumah tangga, dan tidak bekerja/lainnya di perkotaan. Kelima, jenis narkoba yang banyak dikonsumsi yaitu ganja, hasis, sabu, ekstasi, amphetamine, dexamphetamine/dex adderall, nipam, lexotan, rohypnol, mogadon, valium, xanax, alprazolam, R. Clona, pil koplo, BK. Jenis narkoba yang banyak dikonsumsi pertama kali yaitu ganja, sabu, ekstasi, amphetamine, dan nipam. Rata-rata umur pertama kali menggunakan narkoba yatu 19 tahun di perdesaan dan 18 tahun di perkotaan.

Keenam, pertemanan merupakan sumber utama perolehan narkoba baik di perkotaan maupun perdesaan dan diperoleh secara gratis. Pemakaian narkoba pertama kali karena ingin mencoba dan ajakan/bujukan teman. Tempat yang banyak digunakan untuk pemakaian narkoba yaitu rumah, kamar, apartemen, tempat indekos, jalan/gang, rumah/bangunan kosong, lingkungan sekolah/kampus, pasar/warung, taman kota, kebun, kuburan, tempat hiburan malam. Ketujuh, penyalahguna narkoba yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang dampak penyalahgunaan narkoba cenderung berhenti memakai narkoba, khusunya di desa. Namun pada kelompok usia 15-24 tahun dan 25-49 tahun di perkotaan, cenderung masih banyak yang memakai narkoba walaupun memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Di perkotaan, laki-laki dan perempuan dengan tingkat pengetahuan tinggi cenderung masih memakai narkoba. Terakhir, kedekatan dengan pasangan maupun orang tua tidak menjamin terhindar dari penyalahgunaan narkoba karena alasan pertama kali menyalahgunakan narkoba maupun sumber perolehan narkoba lebih disebabkan oleh faktor pertemanan.

Kesimpulan tersebut tentu menyajikan ragam aspek yang perlu dicermati secara bersama-sama. Terjadi peningkatan penyalahgunaan narkoba pada perempuan sehingga perlu langkah antisipasi kelonjakan penyalahgunaan di tahun-tahun berikutnya. Antisipasi bisa dilakukan dengan inisiasi program melalui aktivitas perempuan, baik dengan meningkatkan peran kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di desa maupun di kota, atau kegiatan positif lainnya yang digagas penggerak dan aktivis perempuan.

Tempat rawan penyalahgunaan narkoba justru di sekolah, kampus, rumah, dan beberapa tempat potensial yang diasumsikan pengasawasan berjalan dengan baik. Selain itu, pendekatan pencegahan berupa penerbitan regulasi berkaitan dengan pengajaran Pencegahan dan Pemberantasan dan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) di kampus dan sekolah di wilayah perkotaan. Pembentukan dan pengaktifkan peran Satuan Tugas (Satgas Anti-Narkoba) di lingkungan pendidikan harus dilakukan, tapi tetap dievaluasi secara berkala. Selain itu, inovasi aktivitas positif berbasis "kekinian" perlu digagas mengingat kita sedang berhadapan dengan dunia baru yang memerlukan pendekatan yang lebih aktraktif. Kita menyambut baik ragam aktivitas anak sekolah yang "viral" namun tetap mengutamakan aspek edukasi yang berbasis minat dan bakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun