Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Pemerhati Isu-isu Pangan Lokal, mantan Peneliti Litbang Kompas

Senang menulis isu-isu pangan, lingkungan, politik dan sosbud kontemporer.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Dari Kas Bon ke "Bayar Nanti": Evolusi Utang dari Lisan ke Layar Digital

15 Mei 2025   11:13 Diperbarui: 15 Mei 2025   11:13 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang pria sedang menghitung cicilan dengan aplikasi Paylater (Sumber: Tirto.id)

Utang sudah lama menjadi budaya manusia yang diakui sebagai bagian dari sistem sosial yang memungkinkan individu atau keluarga bertahan dalam situasi kesulitan ekonomi. Dulu, masyarakat Indonesia melakukan utang  secara informal melalui kas bon di warung yang didasarkan pada kepercayaan dan hubungan sosial antarindividu. Kas bon sendiri mencerminkan hubungan ekonomi yang hangat dan penuh rasa saling percaya.

Namun, kini sistem utang berubah drastis. Utang tidak lagi hanya berlangsung di meja warung atau toko kelontong, tetapi sudah masuk dalam genggaman tangan lewat aplikasi digital dengan fitur yang terdengar manis: bayar nanti -- yang lebih populer di kalangan anak muda sekarang sebagai Paylater.

Perubahan ini bukan sekadar pergantian medium, tetapi juga mencerminkan pergeseran budaya, nilai, dan bahkan logika konsumsi. Dulu, utang bersifat darurat dan digunakan hanya saat benar-benar perlu. Kini, utang bisa menjadi gaya hidup harian: belanja online, pesan makanan, hingga beli tiket konser bisa dicicil tanpa rasa bersalah.

Dengan menjembatani lensa budaya, ekonomi, dan teknologi, utang digital bukan sekadar fitur modern, melainkan cermin dari perubahan cara kita menjalani hidup dan membuat keputusan finansial. Dengan menelusuri perjalanan sistem utang dari kas bon hingga paylater, artikel ini akan menggali bagaimana diksi dan norma sosial berubah, dan apa dampaknya terhadap generasi muda sekarang. Transformasi ini perlu kita pahami lebih dalam agar tidak terjebak dalam kenyamanan yang meninabobokan.

Di tengah kemudahan teknologi, kita perlu bertanya ulang: apakah mentalitas berutang juga ikut matang, atau justru jadi lebih sembrono? Apakah ini bentuk kemajuan atau kemunduran dalam pengelolaan keuangan pribadi?

Kas Bon: Utang sebagai Jembatan Sosial

Kas bon adalah bentuk utang paling sederhana dan manusiawi yang dikenal masyarakat Indonesia. Biasanya dilakukan antara pelanggan dan pemilik warung atau toko kecil di lingkungan sekitar. Tidak ada kontrak tertulis, bunga, atau penalti keterlambatan. Semua berjalan berdasarkan rasa saling kenal dan kepercayaan. Kas bon menciptakan hubungan yang personal: pemilik warung tahu kapan pelanggan biasa gajian, dan pelanggan merasa malu jika lupa membayar.

Ilustrasi warung yang identik dengan tempat untuk kas bon (Sumber: Kompas.id)
Ilustrasi warung yang identik dengan tempat untuk kas bon (Sumber: Kompas.id)

Dalam sistem ini, utang menjadi alat solidaritas ekonomi. Pemilik warung memberikan ruang kelonggaran kepada pelanggan karena tahu kebutuhan mereka bersifat mendesak, bukan konsumtif. Di sisi lain, pelanggan menjaga nama baik dengan membayar tepat waktu. Sistem ini memperkuat ikatan sosial dan rasa tanggung jawab bersama. Ada norma yang tidak tertulis tapi kuat: "Kalau belum bisa bayar, minimal bilang."

Rasa malu dan kesadaran moral menjadi pengingat agar tidak gegabah berutang. Tak jarang, pembeli hanya berani mengambil barang yang benar-benar dibutuhkan dan dalam jumlah terbatas. Konsumsi dikendalikan oleh kebutuhan, bukan keinginan. Karena utang dilakukan dengan tatap muka, ada rasa sungkan yang menahan keinginan berlebih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun