Tahap selanjutnya adalah membuat pupuk cair dari limbah dapur yang sangat mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan tanpa peralatan khusus. Langkah pertama adalah menyiapkan wadah tertutup, seperti botol plastik atau ember, untuk menampung bahan-bahan yang akan difermentasi. Campurkan bahan-bahan organik yang telah dikumpulkan, seperti kulit pisang, ampas kopi, atau kulit bawang, dengan air dalam perbandingan 1:5. Air cucian beras juga bisa langsung digunakan tanpa perlu fermentasi. Namun, akan lebih optimal jika dibiarkan selama satu malam agar kandungan nutrisinya lebih terkonsentrasi.
Setelah semua bahan tercampur, biarkan larutan tersebut difermentasi selama beberapa hari hingga tercium aroma khas yang menandakan proses penguraian sedang berlangsung. Jika ingin mempercepat fermentasi, bisa ditambahkan sedikit gula merah atau EM4 (larutan mikroorganisme efektif) yang berfungsi sebagai aktivator biologis. Setelah 3-5 hari, larutan bisa disaring untuk memisahkan ampasnya, dan pupuk cair pun siap digunakan.
Sebelum digunakan, pupuk cair sebaiknya diencerkan terlebih dahulu dengan air bersih agar konsentrasinya tidak terlalu tinggi dan tidak merusak akar tanaman. Biasanya, perbandingan pengencerannya adalah 1:10, yaitu satu bagian pupuk cair dicampur dengan sepuluh bagian air. Pupuk cair ini bisa langsung disiram ke akar tanaman atau disemprotkan ke daun agar nutrisinya cepat diserap.
Dengan penggunaan rutin, pupuk cair dari limbah dapur ini dapat membantu tanaman tumbuh lebih subur tanpa harus bergantung pada pupuk kimia. Kalium dari kulit pisang akan membantu memperkuat batang dan merangsang pembentukan bunga serta buah. Nitrogen dari ampas kopi akan mempercepat pertumbuhan daun, sementara air cucian beras dan kulit bawang akan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit. Secara keseluruhan, metode ini tidak hanya baik untuk tanaman, tetapi juga berkontribusi dalam mengurangi limbah organik dan menjaga keseimbangan ekosistem tanah secara alami.
Dengan demikian, sampah organik dari dapur Ramadan tidak seharusnya berakhir begitu saja di tempat pembuangan, karena sebenarnya banyak di antaranya yang masih memiliki manfaat besar. Dengan memanfaatkannya kembali, seperti membuat kompos, pakan ternak, eco-enzyme, atau pupuk cair, kita dapat mengurangi limbah yang mencemari lingkungan sekaligus menciptakan sesuatu yang berguna bagi tanaman dan ekosistem sekitar. Langkah kecil ini sangat membantu mengurangi volume sampah rumah tangga sekaligus mendukung praktik pertanian yang lebih alami dan berkelanjutan.
Momentum Ramadan dapat menjadi titik awal bagi kita untuk membangun kebiasaan hidup yang lebih ramah lingkungan. Dengan sedikit usaha dan kesadaran dalam mengolah limbah dapur, kita bisa berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan bahkan setelah bulan Ramadan berlalu. Jika kebiasaan ini terus dijaga, bukan tidak mungkin Ramadan tidak hanya menjadi waktu peningkatan spiritual, tetapi juga saat yang tepat untuk menumbuhkan kepedulian terhadap bumi yang kita tinggali.
Depok, 14 Maret 2025
Ramadan #14 | 1446
Ramadan Bercerita Hari 12
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI