Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Pemerhati Isu-isu Pangan Lokal, mantan Peneliti Litbang Kompas

Senang menulis isu-isu pangan, lingkungan, politik dan sosbud kontemporer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hujan Ekstrem Awal Ramadan, dari Rumah Terendam hingga Bahan Cerita Buka Puasa

6 Maret 2025   08:08 Diperbarui: 6 Maret 2025   08:08 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Banjir merendam ratusan rumah akibat hujan ekstrem yang melanda kawasan Jabodetabek pada 3-4  Maret 2025 (Sumber: Kompas.com)

Hujan ekstrem awal Ramadan telah menyisakan kenangan buruk bagi warga yang terdampak banjir, terutama di Bekasi dan beberapa wilayah di Kota Depok. Hujan yang mengguyur bumi sejak semalam sebelumnya terbilang deras dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Tepatnya, hari Senin, 3 Desember 2025 hujan mulai turun bersamaan dengan azan Maghrib yang menghantarkan waktu berbuka puasa hari keempat.

Sore itu, saya sedang berada di rumah saudara menghadiri acara buka puasa bersama di Perumahan Maharaja, Sawangan, Kota Depok. Seiring berjalannya ritual pengantar buka puasa bersama, suasana langit mendadak gelap. Suasana ini dianggap biasa, karena beberapa hari sebelumnya di Depok sudah sering terjadi fenomena serupa yang diakhiri dengan hujan lebat.

Setelah mencicipi takjil alakadarnya Kami berangkat salat Magrib di Musolah terdekat diiringi dengan gerimis. Hujan sore itu belum menunjukkan tanda-tanda lebat. Bahkan, setelah Magrib pun volume hujannya tidak lebih deras. Bahkan, ketika berangkat salat Tarawih ke musolah yang sama, tidak ada lagi gerimis yang menemani perjalanan Saya. Kondisi tenang ini berlangsung hingga saya pulang lagi ke rumah saudara.

Hujan baru mulai turun lagi ketika Kami dalam perjalanan pulang ke rumah di Sawangan. Awalnya saya tidak peduli karena intensitasnya masih rendah, masih gerimis meski butiran airnya agak padat. Makin lama intensitasnya makin tinggi lalu berubah menjadi deras. Saya menepikan sepeda motor untuk mengenakan jas hujan. Di beberapa titik sudah terlihat banyak sepeda motor yang terparkir. Setelah beres, saya dan istri kemudian melanjutkan perjalanan.

Hujan masih terus turun. Kali ini terasa lebih deras disertai dengan angin sehingga menghalangi jarak pandang mata saya yang sudah minus. Laju sepeda motor saya kurangi untuk mengimbangi jarak pandang yang sangat dekat. Badan terasa basah ditembus air hujan, padahal jas hujan yang saya kenakan cukup tebal. Air sudah mulai mengalir dari pinggir jalan ke tengah jalan yang terbuat dari aspal.

Saya mengambil jalan pintas lewat perkampungan yang jalannya sudah dibeton. Di sini air semakin deras merangsek dari pinggir jalan ke tengah sehingga beberapa permukaan jalan beton tersebut ditutupi oleh air. Kami terus melintas dengan kecepatan rendah meskipun di jalan itu sudah jarang berpapasan dengan sepeda motor lain.

Saya hanya membatin, hujan ini sebentar lagi berhenti dan semoga tidak terjadi banjir. Ketika melewati satu-satunya jembatan yang menghubungkan posisi kami dengan akses menuju ke jalan raya Pasir Putih, debit air di bawah jembatan itu kelihatan mulai naik. Ini terdengar dari suara gemuruh air yang mengalir deras di bawah jembatan tersebut. Jalan di seberang jembatan itu sangat populer dengan nama "Jalan 2000."

Kecut juga hati ini setelah melihat pemandangan di jembatan dekat Jalan 2000 itu. Keyakinan akan banjir semakin kuat karena hujan masih tetap lebat. Setelah melintasi jembatan, sepeda motor agak saya geber supaya lebih cepat nyampe ke rumah. Persoalannya, kalau hujan dengan intensitas tinggi yang turun agak lama, jalan di depan rumah pasti mulai diserbu air kiriman dari perumahan yang ada di atasnya.

Begitu melewati gerbang perumahan, kondisi masih aman karena air masih mengalir lancar di bawah guyuran hujan. Motor kami terus melaju melewati aliran kali yang berada di sisi perumahan. Debitnya mulai naik, tetapi masih mengalir kencang sehingga menimbulkan suara yang menderu. Hujan masih deras ketika sepeda motor berhenti di depan pagar rumah.

Alhamdulillah, kondisi jalan di depan rumah aman dari aliran banjir. Konblok yang menjadi alas jalan hanya dibasahi air hujan, tidak ada genangan sedikitpun. Kondisi ini baru pertama kali saya lihat setelah saluran air utama temboknya ditinggikan sebulan yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun