Ketika barang-barang curian tersebut dijual dengan harga tinggi, mereka akan menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi selama lebaran. Beberapa orang mungkin mencuri karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif yang berlebihan atau untuk mendapatkan barang-barang mewah yang tidak dapat mereka beli secara legal. Atau bisa juga sekadar untuk berfoya-foya ketika lebaran seperti konsumsi narkoba dan alkohol.
Para pencuri bisa melihat kesempatan untuk mencuri ketika tahu nilai aset barang-barang di rumah. Nilai aset barang-barant tersebut akan menjadi modal mereka untuk mempersiapkan perayaan lebaran nanti. Mereka dapat memantau rumah-rumah yang meninggalkan tanda-tanda kekayaan, dan mencoba memasuki rumah untuk mencuri barang-barang berharga sat rumah kosong ditinggal mudik.
Salah satu aset bernilai tinggi yang langsung laku dengan harga tinggi adalah kendaraa bermotor. Selama ini kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor menjadi sasaran yang menarik bagi para pencuri. Mereka dapat mencoba membobol kendaraan atau mencuri barang-barang di dalamnya.
3. Respons Aparat Lamban
Selama musim mudik lebaran, terjadi peningkatan jumlah kendaraan di jalan raya yang sering menyebabkan kemacetan. Para petugas keamanan, terutama polisi lebih diprioritaskan untuk mengurai kendaraan di jalan agar tidak terjadi kemacetan yang panjang di jalan raya. Kondisi  ini bisa membuat respons petugas keamanan terhadap kejahatan menjadi lebih lambat.
Lambannya respons aparat ini memberi kesempatan kepada para pencuri untuk beraksi dengan leluasa di rumah-rumah yang sudah ditinggal oleh para pemiliknya. Reaksi yang lamban merupakan peluang untuk menyatroni rumah-rumah kosong. Musim mudik menjadi kesempatan yang menguntungkan untuk melakukan pencurian.
Apalagi mereka juga tahu bahwa respons aparat kepolisian terhadap kejahatan tersebut lambat atau tidak efektif, mereka merasa lebih percaya diri untuk melancarkan aksi kejahatan tanpa risiko yang terlalu besar.
Meninggalkan rumah tanpa pengawasan dari pihak lain, seperti tetangga, saudara, atau satpam bisa menjadi pemicu munculnya peluang terjadinya kejahatan terhadap rumah kosong. Rumah-rumah yang ditinggalkan oleh pemiliknya selama musim mudik mungkin kurang terawasi dan lebih rentan terhadap pencurian.
Para pencuri menyadari bahwa tanpa adanya kehadiran penghuni atau pengawas yang dapat melaporkan kejahatan, mereka memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan untuk melakukan pencurian tanpa terdeteksi.
Kondisi tanpa pengawasan ini diperparah dengan koordinasi dan komunikasi yang buruk antara polisi dengan warga lokal selama musim mudik. Para pencuri akan memanfaatkan celah ini dan memanfaatkannya untuk melancarkan aksi kejahatan dengan lebih leluasa.