Mohon tunggu...
Sulistianingsih
Sulistianingsih Mohon Tunggu... Mahasiswa Aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Aktif Semester 3, Prodi Pendidikan IPS. Lulusan SMK Negeri 42 Jakarta, Jurusan Produksi dan Program Siaran Radio.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Nutrisi dan Bonding pada Perkembangan Kognitif Anak (Tahap Sensorimotor)

21 Oktober 2023   03:43 Diperbarui: 21 Oktober 2023   03:58 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: https://pin.it/73JYQwv

Perkembangan  kognitif merupakan segala bentuk perubahan yang terjadi pada kemampuan manusia dalam berpikir dan bagaimana cara seseorang mendapatkan pengetahuan dari segi lingkungannya. Seperti yang kita tahu, pengetahuan merupakan hal yang penting sekaligus bekal yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam menempuh masa depannya. Dengan pengetahuan, kita menjadi banyak mengetahui hal baru yang sebelumnya tidak kita ketahui. Perkembangan zaman yang semakin modern membuat kecerdasan berpikir dan keterampilan sangat dibutuhkan, terlebih ketika bersaing baik dalam dunia pendidikan maupun dunia kerja. Dengan perkembangan zaman yang makin melesat ini, maka kita perlu membekali anak dengan kecerdasan berpikir sejak dini agar dapat memaksimalkan kemampuan kognitif anak, terkhususnya di waktu emas atau golden age.

Dalam pembekalan kemampuan kognitif, orang tua perlu tau dimana waktu yang tepat untuk membekali kemampuan kognitif anaknya. Salah seorang ahli psikologi dari Swiss, yakni J.Piaget mengidentifikasi tahap-tahap utama dalam memeriksa tahap perkembangan kognitif pada anak-anak dan remaja, yaitu salah satunya adalah tahap sensorimotor (Usia 0-2 tahun). Tahap sensorimotor ini merupakan tahap dimana bayi mampu mengembangkan pemahaman mereka dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoriknya (melihat, mendengar) dan gerakan motoriknya (menggapai, menyentuh) atau dengan kata lain pada tahap ini bayi dapat menunjukkan responnya secara langsung dengan gerakan yang ia lakukan.

Pada tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun), merupakan fase dimana manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat di otak. Usia 0-1 tahun merupakan fase dimana pertumbuhan dan perkembangan otak manusia mencapai 30%. Berikutnya, di usia 1-2 tahun pertumbuhan dan perkembangan otak manusia  mencapai 80%, yang artinya pada fase ini perkembangan otak sangat melesat jauh dibandingkan usia-usia lain atau dapat dikatakan tahap ini merupakan golden age bagi para orang tua untuk membekali kemampuan kognitif anaknya. Pemberian bekal yang dimaksudkan disini adalah orang tua harus memiliki insting langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi nutrisi anaknya dengan baik. Karena dengan pemenuhan nutrisi yang baik, akan membuat perkembangan kognitif anak meningkat.

Pemberian nutrisi yang baik pada anak di tahap sensorimotor sangatlah penting, hal ini juga untuk menghindari adanya pemberian makanan dengan gula yang tinggi pada anak. Pada usia ini, pemberian makanan dengan gula yang tinggi sangat berbahaya karena dapat mencetuskan seorang anak menjadi ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Makanan dengan kadar gula yang tinggi bisa berupa permen, coklat, ice cream, dan lain-lain. Gula yang tinggi dapat membunuh secara perlahan perkembangan dan pertumbuhan otak, efeknya tidak dirasakan secara langsung namun beberapa tahun kemudian, yang dimana hal ini akan membuat terhambatnya cara berfikir pada otak anak.

Pada tahap sensorimotor, selain pemberian nutrisi yang baik, pada tahap ini anak sangat membutuhkan bonding dengan orang terdekatnya, yaitu ayah dan ibu. Bonding adalah bagaimana seorang orang tua memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak. Anak usia 0-2 tahun yang terbiasa dengan bonding, maka timbul rasa pada anak tersebut yang membuatnya merasa sangat disayangi. Maka dari itu, bonding ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap anak, termasuk kepada tahap perkembangan kognitifnya karena hal ini dapat meningkatkan perkembangan kognitif sang anak. Di era sekarang, banyak ditemukan kasus seorang ibu yang memberikan asi kepada anaknya sambil bermain handphone, yang dimana hal ini membuat sang ibu merasa asik terhadap dunianya sendiri sehingga sang anak pun diabaikan dan tidak diajak berbicara atau berinteraksi. Hal ini akan menimbulkan rasa kesendirian pada sang anak atau dengan kata lain anak akan merasa tidak temani. Tanpa disadari, kasus yang terjadi pada ibu dan anak ini dapat  menghambat perkembangan kognitif sang anak.

Berdasarkan kegiatan perkuliahan mata kuliah Psikologi Pendidikan yang dilaksanakan pada (22/09/2023), terdapat beberapa pertanyaan yang  dilontarkan dari audiens kepada sang pemateri. Salah satu pertanyaan yakni, "Bagaimana jika ada seorang anak yang sudah duduk dibangku kelas 6 SD, namun ia belum bisa membaca. Faktor apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi?", pertanyaan ini dilontarkan oleh Rizal, selaku salah satu audiens di kelas Psikologi Pendidikan.

Pertanyaan ini kemudian dijawab oleh pemateri yang bertugas menerangkan materi, "Penyebab pertumbuhan kognitif anak terhambat, yaitu pengaruh genetik dari orang tuanya, bisa dari pola asuh orang tuanya yang tanpa menggunakan bonding, dan lingkungan yang kurang bagus sehingga dapat menggangu perkembangan kognitif sang anak". Dari jawaban tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwasanya faktor penghambat perkembangan kognitif selain bonding juga dapat  disebabkan oleh faktor genetik yang  diwariskan oleh orang tuanya dan juga adanya pengaruh lingkungan sekitar. Adanya pengaruh lingkungan yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak juga selaras dengan pernyataan salah satu ahli yakni Vygotsky, yang dimana Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif dapat dilihat dari lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar ini bisa berasal dari keluarga, nutrisi, sekolah dan lainnya. Sebagai contoh, jika ada seorang anak yang dibesarkan oleh orang yang tuna wicara, maka anak tersebut tidak akan bisa bicara.

"Seperti yang sudah dijelaskan tadi, salah satu penghambat kognitif anak adalah kurangnya sentuhan atau bonding dari orang tuanya. Anak yang perkembangan kognitifnya kurang dengan kasus kelas 6 yang belum bisa membaca, bukan sepenuhnya salah dari orang tuanya. Kita harus bisa juga menilai mengapa orang tua tersebut tetap menyekolahkan anaknya. Hal ini terjadi karena mereka sadar diri kalau mereka tidak bisa baca juga. Jadi, ketika ia sadar diri bahwasanya belum bisa memberikan perkembangan kognitif yang lebih kepada anaknya, maka ia menyekolahkan anaknya agar anaknya tersebut dapat mengembangkan kognitifnya menjadi lebih baik" seru Yumna ketika memberikan tambahan jawaban dari pemateri, yang juga merupakan salah satu audiens di kelas Psikologi Pendidikan (22/09/2023).

Jadi, dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki keterhambatan dalam perkembangan kognitif dengan kasus belum bisa membaca ketika ia sudah menduduki kelas 6 SD, ialah bisa disebabkan karena kurangnya bonding orang tua terhadap anaknya, namun selain itu pernyataan di atas juga menyatakan bahwasanya orang tua tidak dapat disalahkan seratus persen atas keterhambatan kognitif yang dimiliki oleh anaknya. Yumna menyatakan bahwasanya bisa saja orang tua dari anak tersebut memiliki latar belakang yang kurang mendukung dalam mengembangkan kognitif sang anak, maka dari itu ia menyerahkan kepada pihak sekolah dengan tujuan agar anak tersebut dapat lebih mengembagkan kemampuan kognitifnya dengan baik.

Kebutuhan nutrisi dan bonding terhadap anak merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan para orang tua dalam tahap sensorimotor sang  anak karena hal ini dapat membantu perkembangan kognitif atau perkembangan cara berpikir seorang anak. Maka dari itu, artikel ini bisa dijadikan acuan untuk menambah pengetahuan dan juga wawasan bagi orang tua di luar sana yang ingin mengembangkan kognitif anaknya sedari kecil. Dengan memiliki perkembangan kognitif yang baik, maka seorang anak nantinya akan tumbuh menjadi orang yang cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun