Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ngabuburit Berfaedah, Menyimak Webinar AJI

9 Maret 2025   13:17 Diperbarui: 9 Maret 2025   13:17 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keteraangan: Dokumentasi Pribadi

Psikologi untuk Jurnalis: Upaya Kesehatan Mental Jurnalis Perempuan

Dunia jurnalis adalah dunia yang penuh tantangan dan tekanan. Di balik berita yang kita baca setiap hari, terdapat perjuangan panjang yang dialami oleh para jurnalis untuk mengumpulkan fakta, menggali cerita, dan menyampaikan informasi kepada publik. Namun, tidak semua orang menyadari bahwa profesi ini juga memiliki dampak besar terhadap kesehatan mental para pelakunya, terutama bagi jurnalis perempuan.

Jurnalis perempuan seringkali menghadapi tantangan ganda---tantangan sebagai seorang profesional dalam dunia jurnalisme yang keras, dan tantangan sebagai perempuan yang kerap kali mengalami diskriminasi, kekerasan, atau marginalisasi. Oleh karena itu, kesehatan mental menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai psikologi dalam konteks profesi jurnalis, serta upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mendukung kesehatan mental jurnalis perempuan.

1. Mengapa Kesehatan Mental Jurnalis Perempuan Itu Penting?

Seorang jurnalis dituntut untuk bekerja dengan deadline yang ketat, mengelola banyak informasi, dan seringkali harus berhadapan dengan situasi yang emosional dan penuh stres. Ini sudah cukup untuk memberikan dampak besar terhadap kesehatan mental mereka, apalagi jika mereka bekerja di zona konflik atau berhadapan dengan berita yang mengandung kekerasan, tragedi, atau situasi krisis.

Namun, bagi jurnalis perempuan, masalahnya bisa lebih kompleks. Perempuan sering kali harus berhadapan dengan stereotip gender, pelecehan seksual, diskriminasi, serta tekanan ganda antara pekerjaan dan tanggung jawab domestik. Tuntutan untuk tampil sempurna baik di tempat kerja maupun di rumah sering kali membuat perempuan merasa terjebak dalam peran ganda yang membebani mental mereka.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan dalam profesi ini lebih rentan terhadap depresi, kecemasan, dan stres, terutama jika mereka bekerja dalam lingkungan yang tidak mendukung atau terpapar kekerasan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan mental jurnalis perempuan.

2. Tantangan Kesehatan Mental yang Dihadapi oleh Jurnalis Perempuan

a. Stres dan Beban Kerja yang Tinggi

Jurnalis, secara umum, bekerja di bawah tekanan yang sangat tinggi. Jurnalis perempuan sering kali harus menghadapi beban ganda, yaitu bekerja dengan tuntutan profesi yang ketat sembari mengelola tanggung jawab keluarga dan kehidupan pribadi. Dalam banyak kasus, perempuan mungkin merasa bahwa mereka harus membuktikan diri lebih keras daripada rekan laki-laki mereka untuk diterima dan dihargai dalam lingkungan yang sangat kompetitif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun