Mohon tunggu...
pungipung
pungipung Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Selebriti

.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

The Flash, Manusia Petir dalam Format Film Seri

9 Oktober 2014   23:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:41 4466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14128460221950667741

Setelah Gotham, Warner dan DC akhirnya merilis The Flash. Ini adalah serial ketiga dari empat karakter DC yang sudah disiapkan Warner untuk diremake dalam format film seri. Selain Arrow (yang sudah masuk musim ketiga), setelah ini masih akan ada Constantine (24 Oktober 2014).

Sangat sedikit orang yang tak mengenal The Flash. Jagoan ini pasti masuk dalam daftar komik favorit anak-anak nusantara di era 80-90an. Kini setelah genre komik tak begitu booming, film seri yang banyak dilirik produser. Apapun itu, cukuplah menjadi kabar gembira bagi penggemar sebagai obat kerinduan pada superheronya di masa lalu.

Alter ego the Flash adalah Barry Allen, seorang asisten forensik di kepolisian Central City. Ia dibesarkan oleh detektif Joe West sejak usia 11 tahun, setelah ibunya meninggal tanpa sebab yang jelas dan ayahnya ditahan karena divonis sebagai si pembunuh. Empat belas tahun kemudian ia tersambar petir yang sudah terkontaminasi akselerator partikel akibat kegagalan percobaan fisika yang dilakukan perusahaan Harrison Wells.

Barrry Alen mengalami koma selama Sembilan bulan hingga akhirnya tersadar dengan kekuatan baru di tubuhnya. Kisah selanjutnya adalah khas petualangan superhero; pahlawan melawan penjahat. Musuh perdana The Flash adalah Clyde Mardon, perampok bank dengan kemampuan super mengendalikan badai. Kekuatan Mardon ternyata bersumber dari kecelakaan serupa dengan yang dialami Barry Allen sebelumnya. Naga-naganya, lawan-lawan Barry berikutnya dipastikan memiliki kekuatan super yang bersumber sama dengan Barry.

The Flash series adalah spin-off dari serial Arrow, tim produksinya hampir sama. Dalam season dua lalu, beberapa kali Barry Allen juga muncul di layar Arrow. Sebaliknya di episode pilot The Flash ini, Oliver Queen juga muncul meski sekilas dan tak ada signifikansinya bagi alur The Flash. Semoga ke depan, spin off ini tak hanya berupa kemunculan masing-masing tokoh sebagai cameo namun jalinan cerita yang juga bisa ada kaitannya. Toh kreator kedua serial ini ada di tangan yang sama.

Sebagai adaptasi kisah komik, seri The Flash tetap mengikutkan sebagian besar karakter orisinil ke dalamnya. Barry Allen, Iris West, hingga Caitlin Snow masih bisa kita temui. Ada beberapa tokoh baru yang diciptakan khusus disini, semisal Harrison Wells, sang professor fisika. Jalan cerita juga memiliki sedikit persinggungan dengan komik namun tentu dengan tambahan banyak sekali perbedaan dan penyesuaian.

Iris bukan (atau mungkin belum) menjadi kekasih Barry. Meski Barry menyukai Iris namun Iris hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat bahkan saudara. Jadilah dia masuk dalam perangkap friendzone iris. Kecemburuan terhadap hubungan Iris dengan Eddie thawne ikut menjadi bumbu asmara di serial ini. Hampir mirip lah dengan kisah Peter dan Mary Jane dalam Spiderman versi Tobey.

Satu lagi kekuatan personal dalam The Flash adalah hubungan Barry dan ayahnya, Henry Allen. Percakapan mengharukan mereka di akhir episode menunjukkan itu. Meski mungkin tidak akan menjadi inti kekuatan intrinsic drama seperti di serial Fringe, namun hubungan Barry dan Henry yang sentimentil sepertinya akan melekat dalam perasaan penonton. Itu akan menjadi nilai lebih bagi The Flash.

Secara keseluruhan, episode perdana The Flash cukup memukau. Gelagatnya, serial ini akan mampu memikat penonton untuk setia menunggu episode-episode berikutnya. Ada Sembilan episode lagi yang akan diluncurkan. Dari situ kita akan mengetahui benar kehebatan The Flash, seperti apa kisah cintanya dengan Iris, serta bagaimana kelanjutan hidup sang ayah. Plus masih banyak misteri yang harus disibak; tentang pembunuh ibu Barry dan tentunya rahasia yang disembunyikan Harrison Wells dengan kemampuannya mengakses ke masa depan, seperti yang disingkap dalam pamungkas episode pilot ini. Kita tunggu saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun