Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan

22 Oktober 2021   09:00 Diperbarui: 22 Oktober 2021   13:45 3120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERANAN SANTRI DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN

Sukir Santoso

Dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, peranan santri tidak perlu diragukan lagi. Sejak berdirinya pesantren di Indonesia, para kyai dan ulama terus menanamkan rasa patriotisme nasionalisme serta semangat anti penjajahan. Kita memiliki banyak catatan tentang perjuangan dan kepahlawanan para ulama dan santri dalam perlawanannya terhadap penjajah.

Di Singaparna, pada 25 Februari 1944, K.H. Zainal Mustafa memimpin para santrinya melakukan perlawanan kepada militer Jepang. Pertempuran itu bermula ketika Jepang memaksakan budaya 'Seikirei'  yaitu sikap membungkuk ke arah Tokyo di pagi hari sebagai penghormatan terhadap Kaisar Jepang (Tenno Haika) dan pengakuan bahwa Kaisar Jepang adalah keturunan "Dewa Matahari" (Ameterasu). K.H. Zainal Mustafa menolak karena menurut ajaran Islam tindakan itu berarti musyrik. Dalam pertempuran itu banyak santri yang tewas, dan K.H Zainal Mustafa ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Di Jombang, pada 26 Rabiul Awal 1317 H (3 Agustus 1899), K.H. Hasyim Asy'ari, yang dijuluki Hadratus Syaikh, mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur. Sejak beliau mendirikan pesantren, beliau dengan gigih menanamkan sikap antikolonialisme dan mengembangkan rasa nasionalisme. Bahkan beliau pernah mengeluarkan fatwa haram untuk mengenakan pakaian seperti yang dipakai orang Belanda, karena itu pakaian orang kafir.

Kiai Hasyim juga  mengeluarkan fatwa jihad melawan penjajah serta fatwa haram pergi haji dengan naik kapal milik Belanda. Menurut KH. Hasyim Asy'ari, jihad merupakan satu amalan utama dalam Islam. Ini menjadi kewajiban seorang muslim untuk melaksanakanya bila diserang oleh orang kafir. Sehingga jihad mempertahankan tanah air Indonesia hukumnya wajib. Fatwa jihad melawan penjajah ini memicu  perlawan terhadap Belanda di berbagai tempat.


Sikap antikolonialisme KH Hasyim Asy'ari pernah membuat beliau masuk penjara pada masa penjajahan Jepang. Pada saat itu KH Hasyim Asy'ari, seperti K.H. Zainal Mustafa, menolak kebudayaan 'Saikirei', yakni untuk membungkukkan badan kearah Tokyo setiap pagi untuk menghormat Kaisar Teno Heika. Beliau di masukkan ke dalam penjara di Jombang. Lalu dipindah ke Mojokerto kemudian ke penjara Bubutan Surabaya. Walaupun beliau disiksa hingga jari-jari beliau remuk, KH Hasyim Asy'ari tetap menolak budaya 'Saikirei' untuk diterapkan ke santri-santri beliau.

Pada tanggal 15 September 1945,  pasukan tentara sekutu di bawah Laksamana Muda W.R. Patterson   mendarat di Tanjung Priok. Kemudian tank-tank  "Stuart" memasuki wilayah Jakarta bersama pasukan Inggris dari kesatuan India.

Menyikapi kedatangan tentara sekutu yang ingin menjajah Indonesia lagi, KH Hasyim Asy'ari mengajak para ulama menggelar perundingan pada tanggal  21-22 Oktober 1945. Perundingan  itu menghasilkan keputusan untuk menyerukan Resolusi Jihad melawan penjajah Inggris dan Belanda pada 22 Oktober 1945.

Pada 25 Oktober 1945 Tentara Inggris yang tergabung dalam tentara sekutu atau Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) mendarat di Surabaya.  Selain tentara Inggris, tentara Belanda yang tergabung dalam Netherlands Indies Civil Administration (NICA) juga ikut membonceng di belakangnya.

Awalnya tujuan sekutu datang adalah untuk melucuti persenjataan tentara Jepang dan mengurus interniran. Namun diketahui bahwa ada maksud tersembunyi yakni berupaya untuk membantu tentara Belanda untuk menjajah Indonesia kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun