Mohon tunggu...
Sutan Sukarnotomo
Sutan Sukarnotomo Mohon Tunggu... lainnya -

Anggota DPR RI Komisi VII (Energi Sumber Daya Mineral, Riset dan Teknologi & Lingkungan Hidup)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Krisis Kepemimpinan di Indonesia

4 Februari 2011   06:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:54 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Didalam banyak kesempatan, sering kita dengar bahwa Negeri ini sudah kehilangan figur kepemimpinan, generasi yang ada sekarang tidak memiliki panutan yang bisa dijadikan sebagai sebuah gambaran citra diri yang di inginkannya.  Walaupun dalam  pelajaran sejarah atau pendidikan kewarganegaraa yang diberikan disekolah-sekolah, para siswa diberikan gambaran sejarah para pejuang bangsa, mulai dari zaman penjajahan, sampai perjuangan kemerdekaan, proklamasi dan seterusnya. tetapi usaha yang dilakukan oleh para pengajar itu tidak dapat mengisi figur pemimpinan bangsa didalam otak para generasi muda tersebut.

Mungkin saja banyak yang merasa heran dan mungkin putus asa serta  menyalahkan maraknya infiltrasi budaya sebagai akibat kemajuan teknologi.  Serangan budaya asing melalui tayangan televisi, majalah, internet dan saluran informasi lainnya menyebabkan generasi saat ini dan yang akan datang lebih mengenal tokoh-tokoh fiksi dan tokoh internasional, sedangkan tokoh yang ada didalam negeri tidak ada sama sekali di siarkan dimedia-media. justru media sibuk memperburuk citra para tokoh karena adanya kepentingan-kepentingan sesaat dari kelompok tertentu.

beberapa hari ini dikabarkan ada informasi beredarnya beberapa buku yang menceritakan tentang figur Presiden SBY yang tentu saja memberikan gambaran yang baik-baik tentang presiden yang sedang memimpin ini. Berbeda dengan buku yang pernah ada yang banyak menyindir SBY, mencari-cari kesalahan dan memandang seluruh tindakan SBY dari perspektif negatif saja, buku yang beredar di kalangan pelajar SMP di tegal tersebut nampaknya ingin memberikan sebuah citra positif dari SBY. Dikabarkan lagi bahwa Buku yang bercerita tentang  profil SBY itu terdiri dari 10 jilid yaitu: Lebih Dekat dengan SBY: Jalan Panjang Menuju Istana; Lebih Dekat dengan SBY: Merangkai Kata Menguntai Nada; Lebih Dekat dengan SBY: Memberdayakan Ekonomi Rakyat Kecil; Lebih Dekat dengan SBY: Jendela Hati; Lebih Dekat dengan SBY: Adil Tanpa Pandang Bulu; Lebih Dekat dengan SBY: Peduli Kemiskinan; Lebih Dekat dengan SBY: Diplomasi Damai; Lebih Dekat dengan SBY: Menata Kembali Kehidupan Bangsa; Lebih Dekat dengan SBY: Indahnya Negeri Tanpa Kekerasan; Lebih Dekat dengan SBY: Berbakti untuk Bumi.

Dari Pemberitaan media yang tidak berimbang dan komentar pengamat-pengamat yang lebih mementingkan popularitas sesaat, menyatakan bahwa penerbitan dan pengedaran buku itu menyalahi aturan, menyalahi ini dan menyalahi itu. bahkan ada tuduhan bahwa buku tersebut merupakan sebuah propaganda yang dilakukan oleh  SBY dalam rangka mencitrakan diri yang katanya lagi berujung pada perebutan kekuasaan pada pemilu 2014.

Nampaknya nafsu keinginan berkuasa pihak-pihak tertentu telah membutakan hati mereka. setiap langkah yang berhubungan dengan SBY selalu dipandang secara negatif, tidak melihat dari perspektif kepentingan bangsa dan negara, kepentingan sebuah bangsa  yang telah terombang ambing oleh keinginan berkuasa.

Jika kita mencoba merefleksikan kembali kepada perjalanan bangsa ini, dimana diawal berdirinya negara ini dipimpin oleh seorang tokoh yang sangat dicintai oleh rakyat dimasa pemerintahannya, yaitu Bung Karno. Bung Karno sangat berjasa dalam memperjuangkan berdirinya negara ini, mulai dari zaman perjuangan, proklamasi, dan turut serta merancang bentuk sistem pemerintahan. Memang ada pasang surut dalam perjuangannya, tetapi tidak dapat dinisbikan bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Bung Karno sangat bermanfaat bagi bangsa ini. Kemudian citra Bung Karno luluh lantak karena adanya petaka Nasional yang ditandai oleh adanya gerakan G30S. setelah itu citra Bung Karno merosot, hancur lebur dengan berjalannya waktu, sebagai efek sampingan tindakan-tindakan reflesif pemerintahan orde baru.


Kemudian Bangsa ini memuja-muja Pak Harto sebagai sebuah figur yang membanggakan, sebagai seorang tokoh yang memiliki kemampuan yang luar biasa untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini dalam bentuk pembangunan. seluruh aspek kehidupan di negeri ini mengalami kemajuan pesat selama pemerintahan Pak Harto, pembanguan fisik  terlihat dimana-mana. Tingkat pendidikan masyarakat juga semakin meningkat. tentu saja hal ini merupakan hasil perjuangan yang dilakukan dengan format tertentu dengan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk stabilitas nasional. Dengan adanya stabilitas, maka pembangunan dapat dilakukan dengan baik. Tentu saja ada efek-efek negatif dari  format pembangunan yang dilakukan Pak harto ini.  Dengan gerakan mahasiswa yang didorong oleh beberapa tokoh tokoh nasional, akhirnya Pak Harto mengundurkan diri.

Setelah pemilu 1999, Sidang Umum MPR mengangkat Gus Dur sebagai Presiden ke 4. tetapi tidak lama setelah itu, MPR yang sama menjatuhkan Gus Dur dengan alasan-alasan tertentu. Habibie dan Megawati tidak dapat disebut sebagai pemimpin nomor satu di negeri ini, karena keduanya hanya melanjutkan kepemimpinan presiden yang berhenti dan diberhentikan. Pemilu 2004 dan pemilu 2009 yang merupakan pemilu dengan format pemilihan langsung terhadap kepala negara tersebut, telah menghasilkan SBY- JK ( pemilu 2004) dan SBY- Boediono (2009) sebagai pemimpin negeri ini. pelaksanaan pemiliu dilaksanakan dengan lancar, walaupun ada hambatan disana-sini, tetapi secara umum pemilu dilaksanakan dengan baik. SBY merupakan pemimpin yang masih dapat dibanggakan oleh bangsa Indonesia saat ini. sebagai presiden yang dihasilkan dari sebuah pemilihan langsung oleh rakyat, jadi sudah sepantasnyalah rakyat Indonesia memiliki rasa kecintaan kepada pemimpinanya.

Sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi bagi para politisi yang memiliki hasrat untuk maju pada pemilu 2014, karena UUD 1945 hasil amandemen sudah melakukan pembatasan seorang presiden hanya bisa maju memimpin selama 2 periode saja. jadi tidak ada alasan untuk memojokan  dan menuduh SBY  melakukan politik pencitraan dalam rangka suksesi 2014.

Kalau memang diperlukan, mungkin saja seluruh buku tentang SBY ini di jadikan buku wajib bagi seluruh pelajar di Nusantara mulai dari tingkat SD sampai Mahasiswa, dengan harapan bahwa generasi yang akan datang tidak kehilangan figur pemimpin bangsa, SBY bisa mengisi figur pemimpin bangsa ini dimata generasi yang akan datang, sehingga bangsa ini memiliki kebanggan untuk menjadi sebuah Bangsa.

Marilah kita membuka hati, agar memandang semuanya dalam perspektif yang positif, sehingga bangsa ini tidak tercabik-cabik, saling cakar mencakar, tusuk menusuk dan hantam menghantam. Janganlah kita hanya terpukau oleh kepentingan sesaat yang hanya mengedepankan napsu keinginan untuk berkuasa.  Pemilu 2014 masih lama, biarkanlah SBY menyelesaikan tugas dan menghantarkan bangsa ini ke 2014, menuju demokrasi yang lebih baik, sehingga didapatkan pemimpin-pemimpin yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

sumber asli

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun