Mohon tunggu...
Suhindro Wibisono
Suhindro Wibisono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

. ~ ~ ~ ~ " a critical observer " ~ ~ ~ ~ ( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diantara Kedelapan Nama Ini, Siapa yang Paling Egois?

1 Juli 2016   12:58 Diperbarui: 1 Juli 2016   16:26 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: indonesiaone.org

"AHOK ; FADLI ZON ; YUSRIL ; ARB ; MEGA ; SBY ; PRABOWO ; JOKOWI ; ..... Siapa Paling Egois & Munafik??"
 .
 -------------------
 .
 "EGOIS & MUNAFIK Penyakit Mengerikan Bangsa" (Apakah AGAMA ikut ambil bagian?)

 Opini Nyinyir Resah & Jengkel (‪#‎SPMC‬) Suhindro Wibisono
 

Kemarin, Kamis, 30 Juni 2016, KPK OTT lagi, tidak perlu saya cari datanya siapa saja yang "tersandung" kali ini. Beritanya pasti sudah sangat heboh bukan? Yang pasti itu adalah hal paling patut kita benci, padahal belum juga sepekan sebelumnya habis OTT yang mencokok anggota DPR dari Partai Demokrat. GILA! Tidak ada yang takut, atau banyak dari kita yang sebetulnya sudah sangat kronis?

Kasus korupsi tidak pernah berhenti, kebacut, waktoe itoe justru wacana hak sadap KPK malah mau dilucuti, dalihnya sadap adalah melanggar hak asasi, memang kalau korupsi tidak melanggar hak asasi? Dalih lanjutannya adalah, bagaimana kalau yang disadap ternyata tidak korupsi? Alasan kok maunya menang sendiri, memangnya KPK nyadapnya tanpa kecurigaan apa-apa? Semua tokoh pasti disadap gitu? Pembodohan atau memang sendirinya yang beralibi benar-benar bodoh? Kalau tidak niat jadi maling, napa kebakaran jenggot? Wong rakyat awam saja banyak yang gembira dan tidak takut, napa justru para tokoh politik yang sepertinya sangat geram? Dan ngenesnya, justru kroni tokoh-tokoh yang geram itulah yang terbukti banyak dicokok KPK dalam OTT. Apakah memperjuangkan melucuti hak sadap KPK itu sejatinya agar "oknum" dan kroni politisi bisa selamat dalam menjarah uang negara?

Menjengkelkan memang kalau banyak maling yang sedang punya kekuasaan. Silahkan diingat-ingat atau dicari beritanya siapa-siapa saja waktu itu yang begitu ngotot lantang bersuara untuk menghapus hak sadap KPK, karena menurut saya patut dicurigai mereka dan kroninyalah sebetulnya yang berpotensi menjadi maling atau rampok yang akan menjarah uang rakyat.

NARKOBA juga sangat mencemaskan, bahkan Pak Presiden Jokowi sudah memerintahkan jajaran kepolisian untuk menumpas peredarannya, bila perlu dengan sangat keras asal masih dalam koridor UU.

Vaksin palsu yang terbongkar kasusnya benar-benar membuat geram, ngenesnya sudah diproduksi sejak tahun 2003. Sindikat "raja tega" yang tidak peduli dengan masa depan bangsa.

Masih jengkel dengan banyaknya pembuat mie utamanya industri rumahan atau sekala sedikit diatas "kecil" yang masih sering diberitakan tertangkap karena menggunakan campuran bahan-bahan berbahaya untuk kesehatan, menurut saya juga lebih membahayakan dari pada vaksin palsu, karena "meracuni" rakyat secara langsung. Begitu juga kebanyakan produsen tahu. Masih ingat ketika itu ada ibu pengusaha mie yang tertangkap dan memberi penjelasan semacam tantangan, "Produsen mana yang tidak melakukan hal seperti yang dilakukan??" Betul-betul pernyataan yang mengerikan tentang keadaan "sesungguhnya" di negeri ini.

Kemana adat-istiadat rakyat negeri ini yang doeloe sangat terkenal baik, ramah, santun, welas asih, suka tolong menolong, dan sebagainya itu? Apakah kini semua sifat baik itu hanya sebagai topeng kemunafikan? Karena dari semua kejadian yang padahal baru sebagian saya ceritakan, kalau boleh disimpulkan hanya dengan satu kata, maka kata yang paling tepat menggambarkan sifat rakyat bangsa ini adalah "EGOIS". Sungguh keegoisan yang amat sangat, keegoisan yang bahkan patut dijuluki rajanya egois, raja tega! Egois yang dibalut tipu daya itu juga sangat mengerikan, tipu daya untuk menutupi keegoisan itulah yang banyak dilakukan. Untuk mencurigai tokoh-tokoh punya sifat egois akut atau tidak, mungkin bisa dilihat dari kekayaannya, berapa toh gajinya Gubernur, Walikota, Bupati, Jenderal, Pegawai Negeri, Pegawai Pajak, bahkan Presiden dan lain-lainnya ....?? Lalu kalau kenyataan kekayaannya menggunung dan gaya hidupnya bak jetset, dari mana semua harta itu kalau tidak dari sifat EGOIS?

EGOIS memang akar segala masalah jahat sifat manusia. Egois itu artinya mau menang sendiri walau sebetulnya salah. Egois itu merasa paling benar padahal hakim kebenaran itu adalah suara penilaian rasa oleh awam. Egois itu juga penyebab tega melakukan korupsi, melakukan bisnis tercela, karena egois memang tidak peduli dengan orang lain. Egois sepertinya kata biasa yang tidak terlalu salah atau menyimpang, padahal (sekali lagi) "egois" adalah AKAR masalah kejahatan manusia. Tokoh atau pejabat publik yang "sangat" egois pastilah malapetaka bagi rakyat, bangsa dan negara. Karena egois akut selalu merasa kurang, dan selalu punya alibi untuk membenarkan rasa kurangnya itu. Kebalikan dari egois adalah "peduli", kedua sifat itu akan menghasilkan tokoh-tokoh masyur tiada tara sesuai kadar sifatnya masing-masing, semakin hebat egoisnya juga menghasilkan tokoh hebat sesuai perangainya, begitu juga jika semakin hebat pedulinya. Contohnya adalah Hitler, Marcos, Idi Amin dan lain-lain yang pastinya sangat egois. Bunda Teresa, Mandela, Master Cheng Yen dan lain-lain yang sangat peduli. (Maaf atas contoh nama-nama jika tidak berkenan, dan saya tidak ingin memberi contoh nama tokoh dalam negeri.)

Bagaimana kita tahu bahwa kita tidak egois? Menurut rasa saya, sifat egois memang ada pada diri setiap manusia, tapi bagaimana kita mengelola sifat egois kita, itulah hal terpenting dalam hidup bermasyarakat. Kalau ingin mengelola sifat egois kita agar tidak merugikan orang lain, selalulah mempertanyakan hal-hal yang akan kita lakukan terlebih dahulu terhadap diri kita, "Bagaimana penerimaan kita seandainya orang lain yang melakukan hal yang akan kita lakukan?" Kalau "jujur" kita tidak keberatan, silahkan lakukan ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun